CHAPTER 11
Nimue dan Osric secara bersamaan terkejut. "Apa?" Keduanya saling bertatapan setelahnya.
"Sekarang habiskan sarapan kalian, aku harus mendapatkan peta Gaia secepatnya." Eira meneggak birnya lagi.
Namun, Osric yang masih penasaran dengan cerita Eira yang seolah belum berakhir mulai menanyai dhampir itu lagi. "Lalu apa setelahnya? Ke mana manusia itu?"
Diliriknya Osric yang masih haus akan jawaban. "Tidak ada setelahnya. Habiskan sarapanmu, aku sedang terburu-buru."
Baru saja Eira akan memesan bir lagi pada pelayan, saat suara ribut-ribut terdengar dari luar kedai. Diliriknya jendela di dekat mereka, selusin prajurit Kerajaan Troan sudah memenuhi luar kedai. "Kita harus pergi sekarang," ujarnya sambil bangkit dengan cepat.
Nimue yang melihat ekspresi Eira yang tidak biasa segera melirik ke luar jendela. "Oh, tidak." Dia pun mengikuti Eira yang sudah bergegas menuju seorang pelayan yang sedang membereskan meja.
"Di mana pintu belakangnya?" tanya Eira pada si pelayan bar.
Pelayan itu bergeming, ragu untuk menunjukkan jalannya, namun dengan lima koin emas Clovrint akhirnya dia menunjukkan pintu belakangnya. Nimue mengekor Eira, sedangkan Osric masih bingun dengan apa yang terjadi.
"Hey, ada apa? Itu hanya prajurit Troan, mereka tidak akan melakukan apa-apa pada kita jika maksudmu adalah perkelahian tadi." Osric mulai mengikuti kedua perempuan yang wajahnya begitu terkejut saat kedatangan para prajuit Troan di depan kedai.
"Antarkan kami ke tempat di mana bisa membeli peta," Eira memimpin jalan keluar dari kedai melalui pintu belakang.
Osric masih terus mengoceh, sedangkan kedua perempuan itu sedang mengendap-endap agar para prajuit Troan tidak melihat mereka. Hingga lelaki manusia serigala itu menyadari sesuatu. "Kalian adalah buronan?" pekiknya yang langsung dihadiahi dekapan mulut oleh Nimue.
"Shhh ... Ceritanya panjang, sekarang antarkan kami ke tempat yang kau katakana itu." Nimue kemudian melepaskan dekapan tangannya dari bibir Osric.
Bukannya takut, Osric justru begitu bersemangat saat mengetahui hal itu. "Oh, kalian benar-benar menarik. Ceritakan padaku dengan lengkap bagaimana kalian bisa menjadi buronan Troan!" Dia terkekeh.
Eira mengintip dari balik pondok lima meter jauhnya dari kedai tadi. Kuda-kuda mereka masih berada di sana. Jika jarak untuk pergi ke tempat yang Osric katakan bisa ditempuh dengan berjalan kaki, maka dia akan memilih kembali nanti untuk mengambil kuda-kudanya.
"Apa tempat yang akan kau tunjukkan padaku tidak jauh dari sini?" tanya Eira yang sekarang menoleh pada Osric.
"Ya, dia tinggal di belakang desa, dekat danau." Osric bersidekap sambil bersandar pada dinding pondok.
"Kalau begitu kita akan berjalan kaki, kita tidak bisa mengambil kuda jika para prajurit Troan masih berada di sana."
Osric mengangguk-angguk. Namun dia belum juga bergerak dari tempatnya untuk memimpin jalan. Sampai Eira dan Nimue akhirnya memandangi lelaki itu bersamaan. "Oh, ya. Kita berangkat," katanya sambil memimpin jalan.
Selama perjalanan, Eira tidak berbicara, sedangkan Osric dan Nimue mengobrol. Peri Aziza itu juga memberi tahu bagaimana mereka menjadi buronan. Eira jelas bukan orang yang akan langsung percaya pada orang dia kenal, namun tidak dengan Nimue. Dia yang begitu akrabnya dengan Osric membuat Eira jadi bertanya-tanya apakah seperti itu caranya untuk bisa mendapatkan teman?
"Hey, apa sudah dekat?" tanya Eira, memotong percakapan kedua orang itu.
"Ya," jawabnya singkat. "Oh, omong-omong , apa yang terjadi dengan Pangeran Dwarf setelah kau meninjunya?" Kali ini Osric menoleh pada Eira.
Eira hanya memberikan tatapan datar. "Menurutmu apa? Dia tidak sadarkan diri dan aku meninggalkannya di sana."
"Oh, aku kira kau menciumnya dan membangunkan si Pangeran Tidur," canda Osric yang diikuti oleh tawanya dan Nimue. Melihat Eira yang sama sekali tidak berekspresi, mereka berdua berhenti tertawa. "Whoa, kau benar-benar seperti seorang vampir."
Kali ini, Eira menanggapi. "Bagaimana denganmu, Serigala? Tanpa kelompok dan mencari keributan di Troan. Jika bukan karena seorang perempuan, berarti karena mencuri sesuatu dari kelompokmu," ketusnya, tidak suka disamakan dengan ras setengah yang dimilikinya.
"Hey, aku tidak dibuang. Aku seorang amarok, manusia serigala yang berkelana sendiri tanpa kelompok," tuturnya membela diri.
Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu, sampai pada sebuah pondok dipinggir danau, Osric memperingatkan sebelum mereka mengetuk pintunya. "Barang-barang yang dia jual akan bernilai cukup mahal, aku harap kau punya cukup banyak koin untuk membelinya."
Tidak dihiraukan, Eira masuk tanpa mengetuk. Di dalam, rak-rak memenuhi ruangan. Berbagai benda-benda aneh terpajang. Bahkan sebuah kepala zulu* terpajang di sana. Nimue yang tidak terbiasa melihat pemandangan seperti itu bergidik saat mulai memasuki pintu.
Seorang dwarf tua dengan rambut panjang yang berantakan muncul dari balik tirai di dekat perapian. "Ada yang kau inginkan?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Sebuah peta," jawab Eira sambil menyelidik si empunya rumah.
"Hmm ...." dia bergumam, kemudian berjalan menuju salah satu rak dan mencari sesuatu di sana.
"Apa barang-barang ini di jual semuanya?" tanya Nimue yang penasaran.
Si dwarf tua yang membelakangi mereka masih sibuk mencari sesuatu di sana, namun dia menyahut. "Ya."
"Dari mana kau dapatkan semua benda-benda ini? Apa kau seorang pemburu?" Kali ini Eira yang dibuat penasaran. Pasalanya, hampir semua benda yang dia lihat berasal dari monster-monster yang telah mati. Organ tubuh leyak* di dalam toples besar berisi air, liur zulu, kepala anka* yang masih bisa berubah wujud menjadi wajah orang lain, dan berbagai jenis monster lainnya.
Dwarf tua itu kemudian berbalik, sebuah gulungan berada ditangannya, dia kemudian mendekat pada Eira dan menyodorkan gulungan itu. "Aku mengenal seseorang yang suka berburu." Diliriknya jari Eira yang terulur untuk menanggapi gulungan yang dia berikan. Namun, dwarf tua itu menarik kembali gulungannya. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan dengan peta ini?"
Eira melirik dwarf tua itu yang kemudian berjalan menuju sebuah meja di dekat perapian. "Aku akan membayar untuk peta itu, kau tidak perlu tahu urusanku."
Dwarf tua itu meletakkan petanya di atas meja, kemudian beralih pada lemari kaca dibelakangnya dan mengambil 4 gelas antik. Eira hanya memandangi si dwarf selagi dia menuangkan minuman ke dalam gelas.
"Mau minum?" tawarnya.
"Tidak terima kasih," sahut Eira. Dia tidak mau berlama-lama berada di tempat itu, lagipula kepentingannya saat ini hanya untuk membeli peta, bukan untuk minum.
Si dwarf tua itu kemudian menawarkannya pada Nimue dan Osric yang dibalas dengan gelengan. "Seseorang yang mencari peta sudah pasti kau dan teman-temanmu sedang mencari sesuatu." Dwarf itu kemudian mengangkat kedua gelas, menawarkannya lagi pada Eira.
Tidak ingin berdebat, Eira menanggapi gelas tersebut. "Jika aku mengatakannya, kau akan memberikan peta itu?" tanyanya.
"Ya, dengan 100 koin emas Clovrint."
"Akan kuberikan kau 1 koin emas Frocrint dwarf jika kau memberikannya tanpa bercerita," tawar Eira.
Dwarf tua itu melirik Eira cukup lama, sebuah tawaran yang menggiurkan baginya. "Setuju," katanya sambil mengangkat gelas itu dan mengisyaratkan Eira untuk meminumnya.
Tanpa ragu, Eira meneggak cairan yang berada dalam gelas. Padahal, cairan itu saja belum sampai ke perutnya, namun rasa panas sudah menjalari sekujur tubuh. Meludah, dhampir itu membuang semua isi cairan di mulutnya. Sedangkan gelas terlepas dari tangannya seketika. Dia berlutut di bawah, kesakitan.
"Apa yang kau lakukan?" Nimue terkejut bukan main. Sambil menghampiri Eira yang mulai terkapar.
Dwarf tua itu kemudian menegluarkan kapak dari balik mejanya. Osric yang melihatnya langsung mengeluarkan taring-taring serigalanya sambil menggeram. Nimue mulai merapalkan mantra penyembuh, namun apapun yang dwarf tua itu berikan pada Eira, terlalu kuat hanya untuk mantra sekelas peri seperti dirinya.
"Kau racuni apa dia?" Nimue meneriaki dwarf sialan itu.
"Maafkan aku, tapi cincin Andvaranaut harus menjadi milikku." Dwarf tua itu kemudian mulai menggertak Osric yang wajahnya sudah setengah berubah.
Nimue masih merapalkan mantra, walaupun itu sama sekali tidak berguna. Eira mulai terengah-engah karena kehabisan napas, dia bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Hingga dadanya mulai naik-turun dengan lambat dan seketika Eira meregang nyawa.
~***~
*Frocrint, koin emas kerajaan. 1 Frocrint bernilai 1000 emas Clovrint.
*Clovrint, koin emas biasa. 1 Clovrint bernilai 100 perak.
*Zulu, monster kadal dengan bisa beracun yang mematikan.
*Leyak, monster pemakan bayi dan menyerang ibu hamil untuk dibunuh.
*Anka, monster burung dengan kepala manusia yang telah dia makan, saat mati, kepalanya masih bisa berubah-ubah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top