Ketika Aku Mati
----
Ketika aku mati,
Aku akan merindukan rumah.
Aku akan merindukan teras kecil dimana Chuuya memberiku handuk sehabis menerjang hujan.
Ketika aku mati,
Aku akan merindukan puntung-puntung rokok yang telah habis dihisap.
Karena Chuuya sangat peduli pada paru-paruku dan berhati-hati agar asap rokok tidak masuk ke dalam rumah.
Ketika aku mati,
Aku berharap masih bisa merasakan masakan Chuuya.
Di mangkuk biru kesukaanku yang kemarin pecah karena aku ceroboh saat mencucinya.
Ketika aku mati,
Aku tidak akan bisa melihat daun ivy yang jatuh pertama ketika musim gugur tiba.
Ketika aku mati,
Mungkin pemilik pub akan bertanya kenapa Chuuya pergi sendiri kesana ketika lampu penanda hampir redup.
Tidak apa, aku tidak pernah suka cocktail-nya yang bewarna jingga.
Ketika aku mati,
Aku akan mengingat kembali judul film yang kita lihat di malam badai.
Aku memeluk Chuuya yang bosan dan tertidur lalu aku melupakan film itu dan melihatmu bermimpi.
Ketika aku mati,
Aku akan mengumpulkan bunga-bunga merah kesukaanmu, apa Chuuya akan mengumpulkan punyaku juga?
Tidak perlu.
Aku tidak akan disana untuk melihatnya.
Ketika aku mati,
Ketika aku mati, Chuuya.
Jangan rindukan aku.
Karena aku tidak akan merindukanmu.
----
----
"Surat konyol."
Kertas itu sudah hampir robek sebab Chuuya selalu membacanya dengan cengkraman dan air mata. Berkali-kali dia merasa sakit melihat tiap baris, namun tidak pernah sekalipun berniat berhenti. "Kalau kau benar-benar ingin mati, jangan menghantui orang lain dengan wasiat bodoh seperti ini.."
Karena baginya kehilangan Dazai Osamu adalah hal terberat yang belum bisa ia hadapi. Di setiap sudut kota yang damai dan kosong akan selalu ada bayangan mereka bersama. Mengingatkan Chuuya bahwa dirinya memiliki seribu satu penyesalan yang membuatnya mengutuk diri.
Karena dia selalu marah meski Dazai hanya ingin bertemu ketika hujan. Memberi handuk sekadar mengeringkan, tanpa mengizinkan Dazai mendekat untuk mencari sebuah kehangatan.
Karena dia menolak pemuda itu datang dan memilih merokok sendirian di luar sebab melihat Dazai membuatnya ingin selalu berada di rengkuhan kedua lengan itu.
Karena dia tidak bisa menyadari kesehatan Dazai yang memburuk sampai tidak dapat melakukan apa-apa hingga semuanya terjadi.
Penyesalan Chuuya bukan karena telah membiarkan Dazai mati, namun karena ia tidak pernah menghabiskan waktu singkat mereka dengan baik. Tidak pernah berpikir akan sebuah akhir dan selalu membangun tembok kokoh di hubungan rapuh.
Andai saja Chuuya bisa kembali dan menepihkan ego barang sehari lalu menghabiskan malam berdua hanya untuk saling menghangatkan. Mendengar semua ocehan yang biasanya membuat darah mendidih, namun ketika itu dia akan tersenyum sambil merintih bahagia.
Andai saja Chuuya tidak meninggalkan Dazai untuk pergi ke pub hanya untuk melihat pria itu menyusul dan kemudian dia akan meninggalkannya lagi. Kenapa Chuuya begitu ingin Dazai berjuang saat dirinya sendiri merasa angkuh dan tinggi?
Kini Dazai tidak ada lagi. Orang yang berharga itu tidak lagi bersamanya di dunia ini. Karena Chuuya tidak peduli.
Andai saja satu detik itu bisa terulang agar Chuuya tetap terjaga dan mencegah Dazai pergi di malam badai. Chuuya tidak perlu membawa semua lily ini untuk memenuhi peti coklat tempat raga Dazai terlelap.
Jika sejak dulu Chuuya bisa lebih jujur dan mengatakannya dengan lantang, dia tidak akan merasakan semua perasaan yang seharusnya indah menjadi beban berduri.
Tapi Chuuya tidak bisa.
Chuuya tidak bisa mengulang dan membalas apa-apa selain berteriak dengan isak dan sepi.
"Aku merindukanmu."
END
13 Juni 2020
SeaglassNst
#BSRDazaiMemorial
#Akutaksukaangst.
Music_Quite Miss Home
Music_Turn Back Time
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top