Carnelian
Bagaimanapun penyebabnya, Chuuya benar-benar bersyukur sekaligus tertekan ketika Raja memberi perintah itu.
"Kau harus mengawalnya."
Ingatannya berputar pada waktu ketika Raja menyuruhnya menghadap setelah disiksa atas tuduhan pengkhianatan.
"Karena kau orang yang paling kupercaya menjaga Sang Pangeran."
Hampir saja tiang beton raksasa menjadi sasaran tinju, jika Chuuya tidak mengingat kamera di sudut langit-langit dan membayangkan senyum durjana Raja melihatnya tersiksa.
Di balik pintu ini hanya ada seorang yang bagi Chuuya memiliki senyum sehangat kopi di pagi hari. Seorang Pangeran yang terbuang. Pangeran yang dihina tiap-tiap makhluk bernyawa di penjuru negeri. Pangeran yang akan Chuuya persembahkan seluruh jiwa dan hatinya jika ia meminta.
Chuuya mencintai Sang Pangeran. Dan sialnya, Pangeran juga merasakan hal yang sama.
"Tidak kusangka Raja akan memberi 'ya'," suara itu datang dari balik bilik pakaian. "Aku sangat merindukanmu, Chuuya."
Chuuya meredam amarah sampai ke perutnya. Tenggelam dan mencegah agar tidak ada emosi lolos menemani suaranya, "sekarang saya pengawal Anda."
"Kau masih temanku."
Chuuya tercekat.
"Pangeran, apapun yang terjadi dulu—"
"Akan kuingat sekarang."
Ucapan Pangeran diiringi dengan langkah anggun. Gagah dan lembut. Sosok itu berhenti di hadapan manik samudra, warna yang tidak ada di Bulan. Warna yang menceritakan mimpi yang tidak bisa dilihat Pangeran dari istana nerakanya.
Pipi ditangkup, Chuuya terpejam sejenak. Merasakan sentuhan itu sebelum kembali membuka mata karena mengingat statusnya sebagai Anjing Sang Raja.
"Aku senang melihatmu lagi."
Si Pengawal melihat masa lalunya, tangan di pipi lebih besar dari terakhir kali ia merasakannya. Sudah berapa lama mereka berpisah, berjarak antara Bumi dan Bulan, disekat bayang-bayang Raja Terkeji di Jagat Raya, tapi Chuuya tidak pernah melupakan perasaan itu.
Hanya dengan senyum dan suaranya, segala pertahan yang Chuuya bangun untuk melindungi kewarasannya ketika menjadi mesin pembunuh Raja, menghilang. Diganti desiran angin laut di permukaan Bumi yang indah. Hanya Pangeran yang bisa membawa kerinduan itu padanya.
Tapi Chuuya harus kembali ke kenyataan, menjauhkan tangan itu dari pipinya.
"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, Pangeran seharusnya tahu membedakan cara memperlakukan Pengawal dan Teman." Ia menatap lurus, memantapkan mata. "Saya akan kembali keluar."
"Kenapa?" tentu saja ia tidak terima. "Lebih aman jika menjagaku di dalam daripada kau berdiri di koridor sendirian. Bagaimana jika ada pembunuhan memasuki jendelaku?"
Mereka berdua tahu tidak akan ada pembunuh dari jendela karena kamar ini berada di lantai tertinggi menara istana. Tapi Chuuya hanya membalas senyum tipis, teriris. Betapa ingin ia memeluk sosok itu dan melepas rindu, tapi tidak ada kuasa baginya untuk hal tersebut walau mereka hanya berjarak satu langkah.
"Dengarkan aku, Dazai." Chuuya menggenggam kedua tangan kokoh itu. Pangeran tersenyum. "Kau yang paling tahu apa peranku disini. Kau juga yang paling tahu bagaimana aku akan melaksanakan tugasku saat ini. Kalau ada penjahat di dalam kamarmu, aku bersedia menerima seluruh tembakan itu untukmu. Kalau ada orang yang masuk dari jendelamu, aku bersedia memberi kepalaku untuk menggantikanmu. Jadi kumohon.. Kumohon, Dazai. Mengertilah."
Kini giliran Pangeran yang tercekat. Matanya berkaca, tapi ia tidak menangis. Memang ia yang meminta pada Raja untuk menjadikan Chuuya pengawal. Dia tidak pernah berpikir akan meminta hal seperti itu karena Raja menganggapnya tak lebih dari peninggalan almarhum Ratu. Tidak pernah ia tebak keajaiban akan jatuh ke Bulan yang kotor ini, mendekatkannya dengan satu-satunya jiwa yang ia cinta.
Kegelapan sering menyelimuti pikirannya akibat trauma, kobaran api dan darah yang terbakar di dalam istana. Namun sebuah tangan mungil selalu melingkar di tubuhnya dan memberi ketenangan. Setelah tangan mungil itu direbut bertahun-tahun lalu, ia menjadi sebuah benda mati. Termakan pikirannya, mulai melukai diri, dan siap mati kapan saja. Raja tidak membiarkan hal itu, seorang Pangeran bisa digunakan untuk diplomasi politik dan tidak akan ia sia-siakan. Dia hanya ingin memastikan Pangeran tetap kosong, dan menyiksanya lebih dalam. Memberinya mainan bernama Chuuya yang sangat ia rindukan, tanpa bisa memilikinya.
Chuuya milik Sang Raja.
Chuuya bukan lagi seseorang yang akan memberinya ketenangan dalam pelukan.
Air mata jatuh di manik carnelian Pangeran, Chuuya tidak menyeka. Tatapan mengarah pada takdir pahit di antara mereka, lalu mengutuknya.
"Pangeran—"
"Hush..." Setelah menyeka anak sungai di pipi, ibu jari Pangeran mengarah ke sepasang bibir merah muda. "Untuk yang terakhir."
Otot bahu melemas, Pengawal itu tidak bisa menolak titah dari Pangerannya, titah dari sosok yang paling berharga.
Ia menyembunyikan manik azurenya, merasakan bibirnya bertemu dengan sepasang yang lain, yang terasa manis, yang lebih hangat, yang sangat hangat sampai mencairkan es di matanya.
"Hn..."
Pangeran melepas pagutannya. Menyudahi kegiatan yang ingin ia lakukan sepanjang masa, berharap otaknya telah selesai menghapalkan bagaimana Chuuya dalam ciumannya. Lalu memberi kecupan lagi di pipi.
"Walau Bulan hancur, kau harus tahu perasaanku tidak pernah berubah."
Itu kata terakhir yang Chuuya dengar sebelum Pangeran berpaling darinya. Ia membungkuk, menahan airmata untuk tidak tertarik gravitasi buatan. Menunggu langkah itu hilang, mendengar selimut yang tersibak, sebelum kembali tegak dan pergi.
END
.
.
.
Aku terlalu bucin ama The Lunar Chronicles.. Udah lama baca sih, tapi baru lanjut Novel Winter karena baru sempat.. Dannnn..... Interaksi Jacin ama Winter itu manis banget.. (FYI, saya lebih suka Thorne ama Cress sih sebenernya, dan menurut saya hubungan SKK lebih mirip ke hubungan Cinder ama Thorne dengan bumbu romance sebenernya.)
Tapi untuk kali ini! Scene ini sangat menginspirasi sayaaa!!!! Terimakasih pada novelis atas karyanya yang indah.. ❤❤❤
Jadi bisa dibilang kalau settingan di sini kayak Lunar Chronicle. Mereka di Bulan, lagi perang ama Bumi, Raja jadi pemeran Levana, dan yap! Tepat seperti hubungan Jacin ama Winter, Dazai ama Chuuya temen kecil yang terpisah karena Chuuya dipaksa jadi Prajurit Raja demi Dazai... Tapi di Lunar Chronicle, pas scene ini sebenarnya Winter lebih semangat dan masih godain Jacin, sementara Dazai langsung nyerah dan yah gitu...
Kemudian untuk pict. Saya ngubek-ngubek folder ga ada yang pas dengan adegan break-up kiss mereka yang super simple.. So i go with that one!
Mungkin ada lanjutannya setelah saya selesai baca dan ada inspirasi. Silahkan dinanti XD
29 Juli 2019
SeaglassNst
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top