17 | Clockwise part 5 - Starrt in Einem Bankett

Agaknya kekhawatiran terhadap Sheila telah hilang. Melihat Sheila yang ceria seperti sekarang tentunya membuat dirinya sedikit terobati. Sheila bukan gadis yang lemah. Sheila gadis yang kuat. Bahkan Jamie mulai sekarang bertekad untuk lebih melihat perkembangan Sheila. Kesukaan Sheila kepada musik sangat besar. Akhirnya Jamie tahu kenapa Sheila bisa pintar dalam memainkan musik, sebab ia bisa melihat suara. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.

"Jadi Sheila, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kriez kepada Sheila.

"Tidak terjadi apa-apa kepadanya. Dia memang sedikit stress dengan salah satu pelajaran di sekolah," Jamie berbohong.

Kriez tiba di rumah sebelum makan malam. Wajahnya kelihatan kusut. Ditambah dengan persoalan anaknya yang membolos sekolah untuk pertama kalinya, membuat ia semakin dilanda stress. Namun ketika mendengar jawaban Jamie tadi membuat stressnya sedikit hilang. Ia menyadari kalau selama ini kurang memperhatikan Sheila. Kesibukan di dalam pekerjaan membuatnya tak pernah bertanya tentang putrinya. Ditambah lagi pindah ke Frankfurt merupakan hal yang sangat berat bagi gadis sekecil Sheila.

Sheila tak menjawab apapun. Ia tak menyalahkan atau pun membenarkan ibunya. Dia hanya diam, itulah yang saat ini ia lakukan. Hatinya memilih untuk tidak meneruskannya ke mulutnya. Bibirnya tertutup menyimpan sebuah rahasia. Kalau rahasia ini sampai terkuak keluar ia tak tahu lagi apa yang akan terjadi. Rahasia ini hanya mamanya yang tahu. Dan mamanya berkali-kali menasehati "jangan ceritakan apa yang kamu lihat ke papamu".

Kebisuan melanda Sheila. Apakah ia harus mengikuti perang dingin yang akan terjadi di dalam keluarga kecilnya? Ataukah ia merasa pura-pura tak tahu? Sheila sangat bisa menyimpan duka dan luka. Rahasia dirinya selama ini aman. Tak ada yang menyadari kalau sebenarnya dia bisa melihat suara selama ini. Hari ini ia bertekad untuk lebih banyak diam. Secara tak sadar, Sheila telah berada di dalam tahap dan masa di mana mentalnya sedang diuji. Seorang anak yang sekarang akan memasuki peristiwa yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Broken home? Kata-kata itu selalu terbayang di benaknya. Ia mengetahui kosakata itu saja dari televisi. Ah, andainya televisi bisa mengontrol diri untuk tidak menjelaskan segalanya. Tapi masalahnya acara televisi yang tidak terkontrol itu bisa membuat anak seperti Sheila cerdas belum pada waktu yang tepat. Bagaimana ia bisa mengetahui persoalan-persoalan yang seharusnya orang-orang dewasa saja yang mengetahuinya? Itu terlalu jahat. Lagi-lagi Sheila menasehati dirinya agar tap kuat. Dia adalah seorang gadis yang kuat.

Makan malam berlangsung dengan cepat. Sheila tak menghabiskan makanannya, ia langsung beranjak ke kamar. Besok hari Sabtu. Grundschule libur. Tak ada kelas di hari Sabtu. Terlebih ajakan Zack untuk makan malam sudah tak bisa diganggu gugat. Besok malam semuanya akan bertemu. Kriez tak tahu apakah Safuan juga akan diajak, mengingat ia adalah sahabat dari Zack. Seandainya tahu Safuan sahabatnya Zack, maka Kriez akan lebih berhati-hati waktu itu. Sekarang semuanya telah terlanjur. Hari itu ia harus menghubungi Brenda agar tidak berbuat aneh dan nekat waktu makan malam besok.

Malam ini agak berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Tak ada pelukan dari Kriez untuk Jamie. Jamie berusaha menyimpan apa yang ia rasakan saat ini. Kriez semalaman chatting dengan Brenda. Sebenarnya bisa saja Jamie bertanya "siapa itu?" tapi tidak ia tanyakan. Dia biarkan suaminya berpikir seolah-olah dia tidak tahu. Kriez berusaha menasehati Brenda agar tidak berbuat yang aneh-aneh besok. Namun Brenda menganggap hal itu seolah persoalan yang sepele. Kriez emosi dia pun segera keluar dari rumah untuk menelpon Brenda, takut kalau istri dan anaknya mendengarkan percakapannya.

"Brenda, kamu mengerti tidak apa yang aku bicarakan?" desak Kriez.

"Tentu saja aku mengerti. Trus kenapa kalau tahu? Bagus kan? Artinya kamu akan bersamaku selamanya," jawab Brenda tanpa mau tahu apa yang sedang dihadapi oleh Kriez.

"Kamu gila, kita bisa jadi pemberitaan skandal di kantor. Aku tak mau itu terjadi, kamu pun tidak mau itu terjadi," ujar Kriez.

"Aku tentu saja tahu, kamu tenang saja. Aku bahkan bisa berbaur dengan yang lain tanpa menyinggung hubungan gelap kita. Semuanya akan baik-baik saja, kamu tak perlu khawatir, sayang," Brenda lagi-lagi meremehkan persoalan ini. Hal itu makin membuat perasaan Kriez tak tenang.

Sementara itu dari balik kaca jendela tampak Sheila mengintip papanya dari kamarnya yang berada di atas. Dia kembali beranjak ke atas ranjang kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut. Bersembunyi dari ini semua mungkin lebih baik batinnya. Sembunyi dari kenyataan pahit tentang apa yang sebenarnya terjadi. Malam mulai merayap menjadikan selimut bagi semua orang yang beristirahat waktu itu. Dunia serasa berhenti berputar. Sheila tidak bisa tidur. Sekali pun selimutnya hangat dan tubuhnya sudah lelah. Matanya juga sudah pedih, tapi pikirannya tidak mau tidur.

* * *

Makan malam sebagai pesta atas dibukanya kantor baru milik Zack di Frankfurt diadakan di sebuah restoran yang cukup mewah. Entah berapa biaya yang dikeluarkan Zack dari kantongnya. Bagi seorang jutawan seperti dia, mengeluarkan beberapa ribu Euro tidak masalah. Restoran yang sebagian besar menunya merupakan masakan dari Asia itu sudah dibooking. Dan hari itu restoran tutup, hanya melayani order dari para tamu saja.

Kriez datang bersama Jamie dan Sheila. Kriez agaknya tidak suka melihat Abelarch sudah ada di restoran itu, duduk di meja paling pojok. Tatapan mereka bertemu namun setelah itu dibuang begitu saja. Seperti ada magnet dengan kutub yang saling tolak-menolak. Sheila langsung menghampiri opanya. Sheila malam itu memakai gaun warna biru laut, menjadikannya gadis kecil cantik seperti Cinderella. Satu meja dengan Abelarch adalah Safuan. Dia tersenyum melihat Sheila datang.

"Mama, bolehkah aku duduk di sini?" tanya Sheila kepada Jamie.

"Silakan, tapi jangan nakal ya?" Jamie mempesilakannya. Dia dan Kriez menempati kursi di sebelah Zack.

"Hai, gadis pemanggil hujan," panggil Safuan.

Abelarch tak mengerti apa yang diucapkan oleh Safuan karena menggunakan bahasa Indonesia.

"Hai paman. Jangan panggil aku seperti itu," kata Sheila.

"Kenapa? Tak ada yang mengerti kalau aku panggil dengan panggilan itu bukan?"

Sheila mengangguk. Dari semua orang yang ada di ruangan, hanya Jamie, Sheila dan Safuan saja yang tahu bahasa Indonesia. Rata-rata orang yang ada di ruangan ini berbahasa Jerman dan Inggris. Abelarch sedikit penasaran terhadap apa yang mereka bicarakan. Dia juga heran kenapa harus satu meja bersama dengan Safuan yang mana Abelarch sendiri tak mengerti bahasa Inggris. Dia pun hanya diam saja sambil sesekali bertanya kepada Sheila apa yang mereka bicarakan.

Makin lama, tamu undangan makin banyak yang berdatangan. Jamie menoleh kiri kanan mencari tahu siapa wanita yang bernama Brenda. Tapi tentunya amat tidak etis kalau dia bertanya kepada Zack ataupun Kriez. Mereka akan bertanya-tanya kenapa. Maka dari itu ia hanya menduga-duga saja dari pancaran mata yang Kriez tunjukkan. Agaknya sedikit aneh dalam acara makan malam seperti ini Jamie malah seperti seorang agen spionase yang melirik kiri kanan mencari sesuatu. Safuan memperhatikan Jamie. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan wanita itu. Jamie tidak bicara melainkan ada yang bertanya kepadanya. Beberapa saat kemudian seorang wanita dengan gaun berwarna merah menyala masuk. Saat itulah Zack langsung menyapanya.

"Ah, Brenda!" Zack langsung menyambutnya dengan pelukan dan ciuman di pipi kiri dan kanan. Jamie mengangkat dagunya dan mulai mengerti siapa Brenda. Hanya saja ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Itukah wanita yang membuat Kriez memberikan "malam yang hebat"? Jantung Jamie berdegup lebih cepat. Ia mencoba membuang muka dan matanya bertemu dengan mata Safuan.

Safuan menyadari hal ini. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi kepada Jamie. Dia kemudian bertanya kepada Sheila, "Maaf Sheila, aku tak ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan keluargamu. Apakah orang tua kalian bertengkar?"

Sheila menggeleng.

"Tidak?" sekali lagi Safuan bertanya untuk meyakinkan diri. "Tapi apakah mama kamu tahu sesuatu tentang papamu?"

Sheila mengangguk.

"Oh tidak," Safuan menghela nafas. Ia sekarang mengerti sikap Jamie barusan. Dia ingin melihat wanita teman selingkuh suaminya. Dan kalau dugaannya tidak salah, sepertinya akan terjadi badai dalam biduk rumah tangga mereka. Dan puncaknya adalah malam ini, di mana semua orang bertemu.

"Mama tahu papa punya hubungan dengan wanita itu, tapi mama menyimpannya dalam hati," ujar Sheila.

"Hei, Sheila. Kamu jangan pikirkan hal itu. Pikirkan saja sekolahmu. Kamu anak yang cerdas. Tak perlu kamu juga memikirkan apa yang terjadi dengan orang dewasa, mengerti?" Safuan memberikan nasehat.

"Aku mengerti," jawab Sheila.

"Kalau suatu saat terjadi sesuatu antara mama dan papamu, jangan pernah kamu benci keduanya. Kamu paham?" Safuan mencoba memberikan suntikan rasa keberanian di dalam diri Sheila. "Apapun yang terjadi mereka tetap orangtuamu. Mereka tetap meyayangimu. Hanya sebuah keadaan saja yang membuat mereka nanti akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit."

Sheila mengangguk lagi.

Abelarch mengusap janggutnya. Ia melihat Sheila begitu akrab dengan Safuan. Mereka terlihat seperti ayah dan anak. Orang tua ini lalu menoleh ke arah Kriez. Dia tampak sedang berbincang-bincang dengan rekan kerjanya. Tatapan mata orang tua ini mengenai seorang wanita dengan gaun merah yang baru saja datang tadi dan duduk di antara Kriez dan Zack. Abelarch mengenali wanita itu. Dia teringat kepada saat di mana Kriez masih sekolah di Oberstufe. Kriez pernah dekat dengan seorang gadis kala itu. Hanya saja Abelarch tak mengira gadis yang dulu pernah dekat dengan Kriez ada di sini. Matanya menangkap tatapan mata Jamie yang melirik ke arah Brenda. Dari sini Abelarch seperti bisa membaca sesuatu.

"Katakan kepada opa kalau engkau pernah melihat wanita berbaju merah itu," Abelarch menunjuk Brenda dengan tatapannya.

Sheila mengangguk, "Opa kenal?"

"Di mana kamu melihatnya?" tanya Abelarch. "Apakah kamu melihatnya bersama papamu?"

"Itu....," Sheila tidak melanjutkan lagi. Ia bingung mau menjawab bagaimana. Seumur hidupnya ia tak pernah berbohong. Sheila memang pandai menyembunyikan sesuatu seperti Jamie, tapi tidak pandai berbohong. Abelarch gusar. Artinya jawaban Sheila adalah iya.

"Teganya Kriez melakukan hal ini? Oh cucuku, sini opa peluk!" Abelarch merentangkan kedua tangannya. Sheila kemudian berhambur ke pelukan kakeknya. "Kamu tak perlu memikirkannya, OK? Tak perlu. Biarkan orang dewasa menyelesaikan urusan mereka sendiri." Abelarch merasa hatinya teriris-iris ketika menyadari akan apa yang bakal terjadi. Sheila masih sekecil ini harus merasakan sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

"Mr. Safuan juga menasehatiku seperti itu," ujar Sheila.

"Benarkah?" Abelarch memegang bahu Sheila.

Sheila mengangguk. "Dia bertemu papa di hotel bersama wanita itu."

Abelarch menoleh kepada Safuan, lalu tatapan matanya kembali ke Sheila, "Kenapa kamu sampai tahu?"

"Setelah papa mengantarkanku sekolah, aku tidak masuk sekolah. Dengan uang sakuku aku memanggil taksi untuk mengikuti mobil papa. Kemudian aku mengikuti papa hingga sampai di hotel. Di sana Mr. Safuan bertemu dengan papa," terang Sheila.

"Kamu tidak sekolah?" Abelarch bingung.

"Aku membolos opa. Mama marah kepadaku dan mama mengetahuinya. Aku kemudian ditolong oleh Mr. Safuan dan kami makan bersama hingga mama dan papa datang," sambung Sheila.

"Sheila, jangan lakukan hal itu lagi, mengerti?" Abelarch menasehatinya.

"Ini yang terakhir opa, tidak lagi. Aku janji," Sheila menjewer telinganya sendiri.

Abelarch sekali lagi memeluk cucunya. Sekarang tatapannya beralih ke Safuan. Pria yang satu meja dengan dia ini ternyata begitu baik sampai mau menolong Sheila. Ia tersenyum penuh arti kepada Safuan. Pria Indonesia ini membalas senyuman Abelarch dengan senyuman yang lebih tulus. Lagipula Safuan tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Zack kemudian mulai berdiri dengan mengetuk gelas kristal yang berisi wine dengan gelas. "Perhatian! Perhatian!" semua mata kemudian tertuju ke arahnya.

"Ladies and gentleman. Malam hari ini adalah malam di mana saya sangat bersyukur kepada kalian semua yang telah hadir dalam undangan makan malam. Saya perlu bersulang untuk perusahaan ini. Ini adalah cabang kedua setelah saya mendirikan kantor di Hamburg. Cheers!" Zack mengangkat gelasnya lalu menenggak minumannya.

"Setelah itu aku ingin jelaskan kepada kalian bahwa kita semua sekarang sedang dalam era global yang mana tak cukup kerja keras saja, tapi juga kerja cerdas. Ketika saya pertama kali mendirikan kantor sekuritas sendiri saya hanya mempunyai modal sedikit. Itu saja dari warisan papa saya yang sekarang sudah ada di surga. Terima kasih papa. Semoga ia selalu menyertai kita. Anda tahu bahwa papa mengajari saya banyak hal di antaranya tidak boleh menyerah. Semua kegagalan adalah hal yang biasa dalam berusaha. Seperti teman saya Kriez. Anda boleh tidak percaya kalau saya dan Kriez bertemu pertama kali saat taruhan ketika menyaksikan pertandingan Bundes Liga. Kita tak akan mungkin bertaruh untuk Bayern Munich saat itu, buat apa bertaruh untuk tim yang tak terkalahkan. Tapi kami bertaruh siapa wasit yang bakal memimpin atau siapa yang akan meraih angka pertama. Taruhan seperti itu lebih seru menurut kami, dan dari sanalah kami pun bicara mengenai enterpreneurship. Dia punya wawasan yang luas terhadap bisnis yang aku jalankan. Hingga akhirnya kami pun bersepakat untuk bekerja di kantor yang sama. Aku serahkan bisnisku saudaraku di Hamburg, kemudian aku pun pindah ke Frankfurt.

"What the hell dude? Kamu pindah ke Frankfurt? Ya, dan sebenarnya kepindahan ini juga kepindahan yang boleh dibilang nekat. Kalian tahu sendiri Frankfurt adalah kota finansial yang mana saingan kita lebih banyak daripada di Hamburg. Tapi siapa takut? Meninggalkan Hamburg untuk mendapatkan uang di sini bukankah lebih baik?" jelas Zack. Seketika itu sambutan tepukan tangan membahana.

"Baiklah tak usah sungkan-sungkan lagi. Anda bisa pesan langsung menu yang ada di meja. Malam ini aku yang mentraktir. Dan tak perlu ragu untuk menguras kantongku malam ini. Nikmati saja makan malamnya! Aku tak mau besok akan tersiar di surat kabar Fankfurt kalau ada orang mati gara-gara seorang CEO lama berbicara ketika makan malam," Zack akhirnya mengakhiri pidatonya. Disambut dengan gelak tawa semua orang.

Ponsel Brenda bergetar. Ada pesan masuk. Ia pun membacanya. Dia melihat pengirimnya adalah Kriez.

"Kamu luar biasa malam ini. Sangat cantik"

Brenda tersenyum dan membalasnya.

"Dan tak cuma kamu sepertinya yang sadar. Hampir semua mata di ruangan ini melihatku termasuk istrimu."

Kriez yang mendapati pesan itu menoleh ke Jamie. Jamie mengernyitkan dahinya saat Kriez menatapnya, "Ada apa?"

"Oh, tidak ada apa-apa," ujarnya.

Makan malam pun berlangsung dengan meriah. Diiringi musik dari band lokal, serta canda tawa di meja-meja para tamu membuat makan malam itu cukup ramai. Sheila banyak menghabiskan waktu bercanda dengan Abelarch. Safuan hanya menikmati makan malam saja tanpa banyak bertanya. Takutnya ia akan merusak suasana.

"Kapan paman akan pulang?" tanya Sheila.

"Dua hari lagi, mungkin. Kenapa?" Safuan balik bertanya.

"Opa ingin bertemu dengan paman sebelum pulang," ujar Sheila.

Safuan menatap kakek tua itu kemudian Abelarch mengangguk. Safuan membalas anggukannya. Safuan tak mengerti kenapa Abelarch ingin bertemu dengannya, tapi pasti ada sesuatu yang sangat penting.

"Apa kita bisa bertemu lagi paman?" tanya Sheila.

Safuan menipiskan bibirnya. Ia sendiri tak yakin akan hal ini. Kembali ke Jerman itu hal yang mustahil. Dia menggeleng. "Aku tak yakin, Sheila."

Tampak raut wajah kecewa tergambar di wajah Sheila.

"Tapi jangan khawatir. Akan aku suruh Kapten Bumi ke negara ini suatu saat nanti," terang Safuan.

"Benarkah?" Wajah Sheila berubah menjadi cerah.

"Iya. Aku janji. Tapi satu hal yang kamu harus ingat. Kalau nanti bertemu dengannya aku tak ingin kamu cerita kalau aku menyuruhnya ke Jerman karena aku ingin kamu bertemu dengannya!"

Sheila tertawa, "Baiklah. Aku janji. Tapi kapan dia akan ke sini?"

"Nanti kalau dia sudah kuliah. Aku akan paksa dia ke Jerman. Dia sekarang sama seperti kamu kelas dua. Jadi nanti kalau dia sudah lulus di Highschool pasti akan aku suruh dia ke sini," terang Safuan.

"Tapi, bagaimana aku bisa bertemu dengan dia?"

"Panggillah dia sebagaimana kamu memanggil hujan!"

Sheila mengernyitkan dahi. Ia tak mengerti maksud dari Safuan.

"Kamu tahu, ketika kamu melihat pita warna-warni dari dalam bumi naik ke atas kemudian kamu dengan gitarmu memainkan melodi dengan pita warna-warni sebagaimana biasanya. Kombinasi alunan melodi pada petikan gitarmu yang kemudian hujan turun setiap kali kamu memainkannya," jelas Safuan.

Sheila mengangguk. Ia mengerti maksudnya Safuan. Dia tidak akan melupakan hal ini. Sheila berjanji kepada dirinya sendiri akan terus memainkan melodi-melodi itu dengan gitarnya agar Kapten Bumi mendengarnya. Sesuatu yang mungkin absurd. Karena ia sendiri tak tahu seperti apa Kapten Bumi, siapa dia, bagaimana anaknya.

Brenda permisi beranjak dari mejanya. Ia berjalan menuju ke toilet. Jamie tampak masih berbincang-bincang dengan teman satu mejanya. Kebanyakan pembicaraannya adalah mengenai anak-anak. Jamie bercerita tentang Sheila dan menceritakan bagaimana cerdasnya Sheila, kesibukan mereka setiap hari mengurus rumah tangga dan sebagainya. Tak berapa lama Kriez pun ijin ke toilet. Saat itulah Jamie menoleh ke arah Kriez. Brenda dan Kriez tak ada di mejanya. Jamie mengikuti kemana Kriez pergi. Hal itu membuat Jamie penasaran.

Brenda langsung menggeret Kriez ketika mereka bertemu di belakang restoran. Dengan penuh nafsu Brenda langsung melumat bibir Kriez. Kriez menerimanya tapi berusaha mendorong Brenda.

"Brenda, ini saat yang tidak tepat!" sergahnya. "Kamu ingin kita ketahuan?"

"Oh, ayolah Kriez. Kamu tidak tahu bagaimana aku tadi terangsang dengan elusan tanganmu di pahaku? Kamu brengsek membuatku horny!" sekali lagi Brenda melumat bibir Kriez. Mereka berdua kemudian melihat sekeliling, setelah itu Brenda mengajak Kriez keluar dari restoran melalui pintu belakang. Keduanya dengan gerak cepat menuju ke tempat parkir hingga sampai di sebuah mobil. Brenda kemudian membuka pintu mobilnya setelah itu keduanya masuk. Dan kejadian berikutnya adalah keduanya harus bisa menuntaskan nafsu yang sudah berada di ubun-ubun.

Jamie melirik ke arah arlojinya. Sudah sepuluh menit semenjak Brenda dan Kriez pergi. Hal itu membuat Jamie curiga. Ia kemudian beranjak ke belakang. Sheila ingin menyusul mamanya tapi dicegah oleh Abelarch.

"Sebaiknya tak usah menyusul mamamu!" ucap Abelarch.

Sheila kemudian mengerti.

Saat Jamie pergi ke toilet wanita, ia tak menemukan ada siapapun di toilet tersebut. Sampai kemudian dia mencoba mencari ke toilet pria, tapi tak ada siapapun di sana. Jamie semakin penasaran. Kepalanya semakin dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habisnya. Wanita ini kemudian hanya berpegang kepada instingnya. Ia pun kemudian berjalan ke luar restoran lewat pintu belakang. Tak ada siapapun di sana. Dengan penuh rasa penasaran akhirnya ia sampai di tempat parkir. Jamie menuju ke mobilnya siapa tahu Kriez ada di sana, ternyata tak ada. Akhirnya ia pun pasrah, ia tak tahu di mana Kriez berada dan juga Brenda.

Namun saat Jamie ingin memutuskan kembali ke dalam restoran ia mendengar sesuatu yang tidak biasa. Suara deritan. Ia menoleh kiri kanan untuk memastikan suara itu. Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil bergoyang-goyang. Dahinya berkerut, ia mencoba memahami apa yang sedang terjadi dengan mobil itu. Bukankah semua orang berada di dalam restoran, lalu apa yang sedang terjadi di mobil itu? Pencuri? Jamie berdebar-debar, antara takut dan penasaran ia pun kemudian mencoba untuk berpikir positif. Dia mengambil ponselnya dan bersiap untuk melaporkan ke pihak kepolisian kalau memang itu adalah ulah seorang pencuri.

Kaki Jamie berjalan perlahan-lahan menuju ke tempat itu. Ia mulai mendekati mobil BMW berwarna merah yang catnya sangat berkilau. Mobil itu bergoyang-goyang seperti ada sesuatu di dalamnya. Jamie terbelak ketika melihat sesuatu di dalamnya. Emosinya pun memuncak, ia mengambil ponselnya dan menjadikannya sebagai alat perekam video. Ia merekam peristiwa itu di ponselnya, sebuah peristiwa yang sangat memalukan yang akan dia gunakan sebagai bukti kuat di pengadilan untuk bercerai dengan Kriez. Di dalam mobil tersebut dia melihat Brenda dan Kriez sedang melakukan hubungan terlarang. Kedua tubuh mereka setengah telanjang dengan Brenda berada di pangkuan suaminya. Kriez tak menyadari kalau Jamie merekam mereka selama kurang lebih satu menit lamanya. Setelah itu Jamie menyimpan ponselnya kemudian mengetuk kaca mobil Brenda.

Kriez dan Brenda terperanjat melihat Jamie yang mengetuk kaca mobilnya. Brenda buru-buru memakai pakaiannya lagi dan Kriez sekarang tertangkap basah. Ia buru-buru membetulkan celananya yang terbuka. Jamie menggeleng-geleng tak percaya, ia segera berbalik pergi ke dalam restoran. Langkah Jamie sangat cepat bahkan Kriez yang baru saja keluar dari mobil itu tak sanggup untuk mengejarnya.

Di dalam restoran terlihat bagaimana wajah Jamie yang menyala merah. Sheila menyadarinya, sesuatu yang tidak biasa terjadi dengan mamanya. Safuan pun menyadari sesuatu itu. Ia menepuk punggung Sheila, "Ingat, biarkan orang dewasa menyelesaikan urusan mereka."

Sheila mengangguk.

Jamie mengambil tasnya yang berada di kursi tempat dia duduk. Setelah itu ia berjalan menuju ke arah Sheila, "Sheila, kita pulang!"

"Gleich mama," ujar Sheila. Ia melambai kepada Abelarch dan Safuan.

Saat Jamie menggandeng Sheila untuk pergi dari restoran itulah saat di mana Kriez baru masuk ke dalam restoran. Abelarch menyaksikan hal itu, sepertinya tahu sesuatu bakal terjadi.

"Jamie, tunggu! Tunggu dulu!" panggil Kriez. Semua orang jadi melihat ke arahnya termasuk Kriez. "Jamie!" berkali-kali Kriez memanggil istrinya tapi wanita itu sama sekali tak bergeming.

Jamie keluar dari restoran bersama Sheila. Mereka pun pulang dengan naik taksi, bahkan panggilan Kriez berkali-kali tak pernah dihiraukan oleh Jamie. Acara makan malam itu pun rusak gara-gara tatapan-tatapan mata yang menggoda. Kriez mengumpat berkali-kali. Ia tak percaya semua ini bakal terjadi.

* * *

Kejadian hari itu adalah awal di mana Jamie melayangkan gugatan cerainya kepada Kriez. Malam itu terjadi pertengkaran hebat di dalam keluarga Sheila untuk pertama kali. Kriez merasa tak bersalah sekali pun jelas ia telah mengkhianati istrinya. Ia punya alasan-alasan yang tidak masuk akal seperti Jamie sudah tidak perhatian lagi kepadanya, Jamie tidak bertingkah seperti seorang istri, Jamie tidak lagi memberikan kepuasan di ranjang dan alasan-alasan yang membenarkan tindakan seorang Kriez. Jamie tidak tahan dengan sikap Kriez. Baginya yang terpenting adalah kehidupan Sheila. Untuk pertama kali dalam pikiran Jamie adalah Sheila. Kalau misalnya ia bercerai bagaimana kehidupan Sheila kelak? Ia akan hidup tanpa figur seorang ayah. Namun setiap kali memikirkan hal itu, bayangan tentang bagaimana Brenda si wanita jalang itu menaiki tubuh suaminya tak pernah bisa ia singkirkan. Hal itulah yang membuatnya membulatkan tekadnya untuk mengambil satu kata yaitu "cerai".

Beberapa jam lagi pesawat yang akan dinaiki Safuan akan berangkat. Ia sekarang berada di Studio Der Abstract. Sebagaimana janjinya akan menemui Abelarch sebelum berangkat kembali ke Indonesia. Sayangnya saat itu Abelarch tak bisa menemuinya karena harus ke rumah sakit.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Safuan kepada salah seorang yang memang bisa berbahasa Inggris. Kebetulan yang menemuinya adalah Gina, salah seorang yang menjaga studio musik milik Abelarch.

"Ah, aku tak tahu tapi hari ini adalah rutin untuk kesekian kalinya beliau pergi ke rumah sakit," terang Gina.

"Oh, pemeriksaan rutin. Baiklah, apakah ada pesan untukku?" tanya Safuan.

"Oh iya, sebentar," Gina kemudian masuk ke dalam studionya sebentar. Tak berapa lama setelah itu dia memberikan sebuah bungkusan panjang berwarna coklat yang dibungkus dengan rapi. Di sana tertera tulisan "FOR SAFUAN".

"Apa ini?" tanya Safuan.

"Ini katanya untuk Anda. Abelarch berpesan ini diberikan kepada Anda karena Anda berusaha memberikan kehidupan kepada Sheila atas tindakan Anda ia berterima kasih," jawab Gina.

Safuan terhenyak. Ia seakan tak percaya apa yang ada di tangannya sekarang. Ia tahu isi bungkusan itu. Dengan gemetar ia menerima bungkusan tersebut. Bungkusan ini, tidak salah lagi, bungkusan ini berisi sesuatu yang ada di ruangan Abelarch, bungkusan ini terlihat panjang karena isinya digulung, apalagi kalau bukan kanvas dari lukisan Abelarch. Dan pasti ini adalah lukisan seekor induk burung yang memberi makan anak-anaknya itu.

"Benarkah Abelarch memberikan ini untukku?" tanya Safuan.

"Iya," jawab Gina.

"Tidak mungkin, aku tak percaya. Berapa aku harus membayarnya?" Safuan masih gemetar menerimanya.

"Tuan Abelarch tak menyinggung uang, jadi ia memberikannya cuma-cuma," jawab Gina sambil menyunggingkan senyum.

"Danke, danke!" Safuan tak bisa menahan haru. Akhirnya ia mendapatkan lukisan itu tanpa harus membayar sepeser pun. Ia tak bisa berjanji apakah akan bisa kembali ke Jerman untuk mengucapkan terima kasih kepada Abelarch.

Safuan kemudian kembali ke Indonesia dengan tenang. Ia tak akan melupakan Jerman. Setidaknya ia tak akan melupakan Sheila, sang Dewi Hujan dengan Pita suara warna-warninya. 


______________

Dari author:

Arti dari bab ini adalah Tatapan-tatapan menggoda di dalam perjamuan. Tumben saya nulisnya dikit. Iya, karena masih harus menyelesaikan urusan kantor yang belum kelar. Pusing mikirin bikin aplikasi. Kepengennya sih bikin web semacam wattpad gini, tapi ntar bukunya juga bisa dicetak. Kayaknya keren tuh. Hihihihi. 

Bab selanjutnya menyusul yes. Sudah aku ketik. Sepertinya bakal sampai 20 bab lebih nih. Tapi gak apa-apa kaaan?

Aku kurang begitu bisa membuat cerita perselingkuhan. Berkali-kali baca bab ini juga rasanya nggak sreg. Tapi apa mau dikata, show must go on. Yang penting ini kelar dulu deh ceritanya. Karna ada project lain. Aku nggak mau project yang satu ini keganggu. 

Tetap menerima vote dan komen. Plus kalau ada typo atau kalimat yang aneh tolong tunjukin yah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top