#8

Mitsuki mengayunkan katananya, menebas roh kutukan yang ia dan Satoru lawan, mengakhiri hidup dari roh tersebut.

Nafasnya terengah, ia memasukkan katananya yang penuh dengan darah ke dalam tempatnya. Ia mengusap wajahnya yang terciprat banyak darah dari roh kutukan. Mitsuki juga membersihkan pistol kutukannya dari darah roh terkutuk.

"Lelah?" Tanya Gojo dari atas tiang listrik. Mitsuki menoleh keatas namun tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya.

Sejak Geto dikeluarkan dari sekolah, banyak misi yang dilimpahkan kepada Mitsuki dan Gojo. Mitsuki tidak diperbolehkan pergi ke misi sendirian karena kemampuan bertarungnya yang belum sempurna.

Gojo melompat turun dari atas sana, kemudian berjalan kearah Mitsuki. Ia mengacak rambut Mitsuki sambil tersenyum, "Otsukare!" Ujar Gojo.

Jantung Mitsuki berdegup setiap kali Gojo mengelus kepalanya. Namun hal tersebut adalah hal yang paling ditunggu oleh Mitsuki setiap harinya.

Sejak Geto pergi, Mitsuki lebih sering menghabiskan waktu bersama Gojo dibanding dengan murid lainnya dalam misi. Setiap misi selesai, Gojo akan mengacak rambut Mitsuki dan berkata 'Otsukare'. Sama dengan yang dilakukan Geto Suguru dulu.

Mitsuki tersenyum tipis, "Lumayan." Jawab gadis berambut pink itu. Ia tak mengingkari bahwa ia senang diperlakukan seperti itu.

"Karena kau menunjukkan banyak kemajuan belakangan ini, bagaimana kalau aku traktir makan malam?" Ujar Gojo sambil merangkul temannya itu.

Mitsuki membulatkan matanya terkejut ketika Gojo merangkulnya. Buka hal yang biasa dilakukan oleh pemuda itu kepadanya. Ia tersenyum dan mengangguk senang. "Sepertinya tuan muda Gojo sedang dalam mood yang baik hari ini." Ujar Mitsuki.

Gojo tersenyum lebar mendengar perkataan Mitsuki. "Anggap saja ini kencan sepulang sekolah." Katanya.

Mitsuki merasakan pipinya menghangat, ia yakin betul pipinya sekarang sudah berubah menjadi merah muda sepeerti rambutnya. Namun daripada bersikap malu-malu, Mitsuki tertawa pelan. "Kalau mau mengajakku kencan, setidaknya yang proper dong! Aku ini kan, tuan putri."

Gojo tertawa mendengarnya, kemudian ia menoleh ke Mitsuki dan tersenyum. "Kau benar, tapi itu bisa nanti, ayo makan malam bersama hari ini." Ujarnya.

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Gojo membawa Mitsuki ke sebuah restoran tradisional jepang. Mereka duduk di sebuah ruangan tertutup yang hanya ada mereka berdua.

Mitsuki memesan makanan kesukaannya, Salmon sashimi. Ia melahap makanannya dengan wajah senang.

Gojo tersenyum memperhatikan gadis di depannya. Manik birunya menatap Mitsuki dari balik lensa hitam yang ia kenakan. Menurutnya, mtsuki memang terlihat cantik dan seperti anak SMP.

"Apa?" Kata Mitsuki menyadari Gojo memperhatikannya.

"Tidak, hanya mencari alasan kenapa Suguru selalu memberi perhatian ekstra kepadamu." Ujar Gojo tersenyum.

"Karena aku cantik?" Kata Mitsuki menyeringai tipis, Gojo tersenyum mendengar jawaban Mitsuki. "Benar."

Mitsuki langsung mengalihkan pandangannya dari Gojo. Wajahnya merah karena sepatah kata yang dikeluarkan oleh pemuda di depannya barusan.

"Urusai." Ujar Mitsuki dengan pipinya yang panas, ia menutup mulut dan pipinya dengan tangannya yang ia letakkan diatas meja.

Gojo terkekeh melihatnya. Ia tak menyangkal kalau ia menikmati pemandangan di depannya, Mitsuki dengan wajah merona karena malu.

Mitsuki menghela nafasnya, "Aku bukan Utahime-senpai, jadi jangan menggodaku." Kata Mitsuki.

"Aku lebih menyukai reaksi malu yang kau berikan daripada reaksi Utahime yang marah-marah." Ujar Gojo tersenyum lebar. Mitsuki hanya menghela nafas dan lanjut menyantap makanannya.

Gojo  menyantap makanannya. Berbeda dengan pesanan Mitsuki yang berisi full daging Salmon, Gojo memesan Sukiyaki karena udara diluar mulai dingin.

Gojo memisahkan beberapa potong daging dan berbagai macam sayur ke sebuah mangkok kecil, kemudian menyodorkannya pada Mitsuki. "Makanlah, sayur itu baik untuk pertumbuhan."

Perempatan muncul di dahi Mitsuki begitu mendengar kalimat Gojo. "Aku tumbuh dengan baik kok!" Ujar Mitsuki.

"Apa kau yakin?" Ujar Gojo membuat (pura-pura) wajah terkejut, membuat Mitsuki melempar satu potong Sashimi kearah Gojo.

Gojo menghentikan sashimi yang terbang ke arah wajahnya dan tertawa, kemudian ia tersenyum pada Mitsuki. "Aku serius loh, selain tinggimu yang kurang, kau kan juga sering kekurangan stamina." Ujar Gojo meledek.

Mitsuki menghela nafasnya sekali lagi guna meredakan amarah sesaatnya. Ia mengambil mangkok yang diberikan oleh Gojo kemudian mencium makanan tersebut. Ia menatap sayuran yang ada di dalam sana, mengambil sendok dan memasukan salah satu sayuran ke dalam mulutnya.

Mitsuki menutup mulutnya, mencoba menelan sepotong sayuran yang ia masukan ke dalam mulutnya barusan. Ia memaksakan diri untuk mengunyah dan menelan hingga matanya berair.

"Benar-benar deh." Ujar Gojo menatap Mitsuki yang terkesan berlebihan saat memakan sayuran.

Mitsuki segera meneguk minumannya agar sayuran yang ia benci itu cepat bergerak dari kerongkongan ke perutnya.

"Maaf, aku benar-benar tidak suka sayur. Rasanya aneh." Kata Mitsuki setelah meminum minumannya.

"Bagaimana kau bisa hidup dengan tubuh seperti itu?" Ujar Gojo menghela nafasnya kemudian melahap makanannya.

"Dengarkan aku ya tuan muda Gojo, aku hidup dengan baik selama ini. Lagian kenapa rasanya belakangan ini kau sangat memperhatikan aku sih?" Ujar Mitsuki menatap Gojo.

Pandangan mereka bertemu, Gojo kembali memberikan senyuman lebar pada gadis di depannya. "Kenapa ya? Aku juga penasaran." Ujar Gojo.

Tidak bisa dipungkiri, semakin lama Gojo menghabiskan waktu bersama Mitsuki, ada perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Penasaran dengan apa yang telah dilakukan gadis petite itu kepadanya.

"Ngomong-ngomong ayo kita pergi ke suatu tempat akhir pekan nanti." Ujar Gojo pada Mitsuki.

Mitsuki's POV

Aku terdiam sebentar mendengar ajakan Satoru, kemudian aku membuka ponsel lipatku untuk melihat kalender, memastikan aku kosong di akhir pekan.

"Oke, aku akan menghubungi Shoko nanti." Kataku setelah memastikan aku tidak ada kegiatan pada akhir pekan.

Satoru menautkan kedua alisnya, kemudian ia menghela nafas. "Ini ajakan kencan. Jadi hanya kita berdua saja." Ujar Satoru tersenyum.

Jantungku berdegup kencang, aku juga merasakan pipiku menghangat. Pasti warnanya sudah berubah menjadi pink sekarang.

"Yasudah." Ujarku sambil mengambil sashimi yang ada di depanku dan memasukkannya ke mulut. Berusaha mengalihkan perhatian agar wajahku tidak bertambah merah.

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Akhir pekan pun tiba tak lama setelah hari dimana kami makan malam bersama. Hari ini aku bangun lebih pagi dari akhir pekan biasanya hanya untuk bersiap-siap.

Aku berdiri di depan cermin, menatap diriku sendiri sambil berputar-putar. Aku telah mengganti bajuku beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk memakai outfit ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengenakan outer turtleneck dan rok pendek putih. Aku juga mengenakan stocking bewarna kulit dan rompi hitam agar tubuhku tetap hangat. Aku mengikat rambutku agar tak berantakan saat bermain nanti. Terakhir, aku memberikan sentuhan jaket pink, tas putih dan sneakers putih untuk melengkapi outfit of the day hari ini.

"Mau diantar oleh supir Ojou-sama?" Tanya salah satu pelayan dirumahku.

Aku menggeleng. "Tidak perlu, terima kasih. Aku berangkat dulu." Ujarku sambil melangkahkan kaki keluar rumah dan pergi ke tempat kami berkumpul dengan menaiki kereta. Kami bertemu di stasiun Shinkasen Tokyo.

"Yo!" Ujar Satoru mengangkat satu tangannya dan tersenyum saat menyapaku. Aku tersenyum ketika dia dapat menemukanku diantara kerumunan orang-orang.

Sejujurnya, aku cukup terpesona dengan penampilannya, ia tetap terlihat tampan walau pakaiannya terlihat sederhana. Ia mengenakan jaket putih dengan turtleneck dan celana hitam, tak lupa kacamata hitam bulat  favoritnya.

"Ohasas. Kau sudah sarapan?" Tanyaku pada Satoru.  

"Sudah, bagaimana denganmu?" Katanya sambil berjalan ke arah tempat check in Shinkansen

Aku menggeleng, "Belum, aku bisa makan di shinkansen nanti." Jawabku.

Hari ini kami berencana untuk pergi ke taman bermain di Osaka. Katanya itu adalah taman bermain terbaik di Jepang saat ini.

Kami duduk bersebelahan di Shinkansen, aku melirik Gojo yang sedang membuka ponselnya. Mataku terpaku pada foto perempuan yang ia jadikan wallpaper. Waka Inoue, seorang idol, tarento, sekaligus aktris yang cantik dan berbakat.

"Waka Inoue? Kau suka wanita yang seperti dia ya?" Ujarku dengan nada meledek, ia menoleh dan tersenyum. "Dia cantik, tidak seperti kau." Katanya dengan nada meledek.

Rasanya seperti ditusuk pisau tepat di belakang dadaku begitu mendengar kata-kata tersebut.

Aku merebut ponselnya dan membuka kamera, melebarkan dua jariku dan mengambil foto kami berdua. Kubuka galeri fotonya dan kujadikan foto yang baru saja kuabadikan sebagai wallpaper ponselnya. "Aku juga cantik kok!" Ujarku.

Satoru terlihat terkejut awalnya, namun kemudian ia tertawa. Bahkan ia tak protes tentang wajah Waka Inoue di ponselnya yang sudah berubah menjadi wajahku sekarang.

"Percuma cantik kalau bukan pacarku." Ujar Satoru meledek. Kelopak mataku terbuka sedikit lebar dan aku memukulnya pelan dengan botol minum yang hampir kosong, "Memangnya Waka Inoue itu pacarmu hah?!"

.
.
.
.
.
.

𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

(っ◔◡◔)っ ♥ Thank you for Reading! ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top