#7

3rd Person's POV

September 2007,

Mitsuki terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Air mata menetes dari pelupuk matanya.

"Perasaanku tidak baik." Gumam Mitsuki.

============================

Laporan Penyelidikan Kasus Pembunuhan yang Melibatkan Seorang Pelajar.

Subyek Penyelidikan, SMK Jujutsu Tokyo Kelas 3, Geto Suguru.

112 Penduduk dipastikan tewas di sebuah desa tua lima hari setelah Geto Suguru ditugaskan di sana.

Sidang akan segera dilaksanakan, Geto Suguru melarikan diri dan telah ditetapkan menjadi buronan. Sudah terkonformasi penyebabnya adalah Manipulasi Roh Kutukan milik Geto Suguru.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut, Geto Suguru akan dijatuhi hukuman mati.

============================

"Itu tidak mungkin..." Ujar Mitsuki dengan suara yang bergetar.

"Maafkan aku, Mitsuki." Kata Yaga-sensei.

Tubuh Mitsuki bergetar setelah mendengar kabar tentang Geto Suguru dari mulut Yaga-sensei. Jantungnya berdetak sangat cepat sehingga dadanya terasa sesak dan perutnya bergejolak. Ia tak kuasa menahan mualnya hingga akhirnya berlari ke kamar mandi.

"Aeri!" Ieiri memanggil namanya dan segera berlari mengikuti Mitsuki ke kamar mandi. Ia menemukan Mitsuki yang sedang terduduk di lantai kamar mandi menyembah toilet.

"Aeri, tenanglah." Ujar Ieiri mengelus punggung Mitsuki sambil menggunakan teknik penyembuhan miliknya. Mitsuki berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Setelah tenang, Mitsuki mencuci wajahnya di wastafel dan memeluk Ieiri. "Aku tidak menyangka akan jadi seperti ini..." Ujar Mitsuki pada Ieiri.

"Yang terjadi akan tetap terjadi. Kau hanya memiliki kemampuan untuk melihat, bukan mengubah." Ujar Ieiri sambil mengelus punggung Mitsuki.

Setelah itu, Ieiri pamit duluan karena ingin membeli sesuatu Shinjuku. Seharusnya, mereka berangkat ke Shinjuku bersama, tapi melihat kondiri Mitsuki yang tak stabil, maka ia memutuskan untuk pergi sendiri.

Mitsuki berjalan di lorong yang kosong dan melihat Gojo di depannya, laki-laki itu sedang bersandar di jendela menatap keluar. 

Mitsuki berdiri di samping Gojo tanpa mengucapkan sepatah kata, manik melonnya melirik sebuah kancing seragam yang dipegang oleh Gojo. 

Dadanya sekali lagi terasa sesak melihat benda kecil tersebut. 

"Apa itu milik Suguru?" Tanya Mitsuki dengan suara pelan dan bergetar menahan nangis. 

"Benar." Jawab Gojo singkat.

Mitsuki menarik nafas panjang selagi pelupuk matanya tak dapat menahan lagi air mata. Ia menutup matanya dengan tangannya, berusaha tak membuat suara dalam isaknya. 

Di Jepang, terdapat tradisi dimana anak laki-laki memberikan kancing kedua dari seragamnya untuk orang yang ia cinta (crush) pada hari kelulusan. Kancing kedua adalah kancing yang paling dekat dengan hati si pemilik seragam

Mitsuki tahu, Geto sengaja melepaskan kancing itu dan menjatuhkannya. Entah apa maksud Geto sebenarnya, tapi Mitsuki berpikir itu adalah permintaan maaf Geto kepada Gojo setelah apa yang ia lakukan. Atau mungkin itu adalah tanda bahwa Geto telah meninggalkan kehidupannya yang lama.

"Jangan menangis, nanti kau terlihat jelek." Ujar Gojo sambil mengelus rambut merah muda milik gadis itu.

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Disisi lain Ieiri menyandarkan dirinya pada besi di pinggir trotoar. "Butuh korek?" Tanya seseorang kepadanya.

Ia menoleh, dan mendapati Geto Suguru di depannya menyalakan korek. "Hai!" Ujar Geto.

"Ada penjahat nih." Ujar Ieiri. Geto berjalan ke arah Ieiri dan bersandar di samping gadis itu. "Aku kesini untuk mencoba peruntungan." Kata Geto.

Ieiri tersenyum, "Langsung saja aku tanya. Apakah kamu difitnah?" Tanya Ieiri kepada laki-laki di sampingnya itu. "Sayangnya tidak." Jawab Geto.

Ia menghirup rokoknya, "Kenapa kamu melakukannya?" Ia bertanya lagi pada Geto. "Ingin menciptakan dunia yang hanya ada penyihir Jujutsu." Jawab Geto sambil tersenyum.

Ieiri tertawa mendengar jawaban pemuda disampingnya tersebut. "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Aku sudah bukan anak kecil, aku tidak berharap semua orang untuk memahamiku." Kata Geto. Ieiri menekan tombol-tombol yang ada di ponselnya, gantungan yang diberikan oleh Mitsuki terlihat lucu disana. "Ngambek karena tidak ada yang memahami, itu juga masih termasuk kekanak-kanakan." Ujar Ieiri sambil menunggu ponselnya tersambung.

"Gojo! Geto ada disini. Benar, di Shinjuku."

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Mitsuki memperhatikan Gojo dan Geto yang berbicara dari trotoar di sebrang mereka. Ia berharap bahwa Geto akan luluh jika Gojo berbicara padanya. Mereka itu sahabat kan?

Namun, harapannya pupus ketika Geto berjalan meninggalkan pemuda berambut putih itu, sedangkan yang ditinggalkan mengangkat tangannya, bersiap untuk membunuh.

Ia berlari menyebrangi jalan raya dan mengejar pria tinggi yang bernama Geto Suguru itu. Nafasnya terengah-engah karena berlari cukup jauh ditengah keramaian Shibuya.

"Suguru!" Mitsuki memanggil namanya. Geto menghentikan langkahnya dan berbalik badan melihat Mitsuki.

Rambut gadis itu berantakan dan matanya sembab. Ia dapat melihat nafas Mitsuki yang terengah-engah. "Kau sudah mengetahuinya sejak awal kan, Aeri?" Kata Geto tersenyum pada gadis berambut pink itu.

Mitsuki berjalan ke hadapan Geto, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak tahu akan jadi seperti ini. Aku kira kau hanya bertengkar dengan Satoru." Ia menunduk saat tangisnya pecah, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Maafkan aku." Ujar Suguru sambil merapihkan rambut merah muda itu. "Kau bilang kau akan selalu melindungiku." Kata Mitsuki sambil terisak.

"Kau yang bilang kita tidak bertanggung jawab atas keselamatan orang lain. Lagipula, kau itu kuat, Aeri." Jawab Geto sambil mendekatkan tubuhnya pada Mitsuki, menenggelamkan wajah gadis itu di dada bidangnya.

Dada Mitsuki terasa sakit dan sesak begit mendengar jawaban dari Geto. Nangisnya bertambah pecah saat itu.

"Sshh... jangan menangis. Datanglah ke tempatku kapan saja. Aku akan mengirimkan alamatnya." Ujar Geto sambil mengelus kepala Mitsuki. Anggapannya, Mitsuki dapat cukup dipercaya untuk diberitahu tempat dimana ia tinggal.

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Gojo duduk di tangga di depan pintu gerbang sekolah sambil menopang dagunya, matahari yang mulai terbenam menyoroti wajah tampannya dengan cahaya kuning.

Yaga-sensei berjalan ke arahnya, "Kenapa kau tidak mengejarnya?" Tanyanya pada Gojo.

"Sensei serius menanyakan hal itu?" Gojo bertanya balik pada Yaga-sensei. Yaga sensei terdiam sesaat dan menghela nafasnya. "Tidak, lupakan saja. Aku yang salah."

Gojo memejamkan matanya dan menghela nafas. "Sensei, aku ini sangat kuat kan?" Kata Gojo menegakkan badannya. "Ya, kau sangat kuat sampai belagu begitu." Ujar Yaga-sensei menjawab pertanyaan Gojo.

"Tapi tidak ada gunanya jika hanya aku yang kuat. Orang yang bisa kutolong hanyalah orang yang sudah siap untuk ditolong." Ujar Gojo

Mitsuki melangkah menuruni tangga, melewati Yaga-sensei dan Gojo yang duduk disana. Mitsuki tidak mengatakan sepatah kata pun kepada mereka. "Mau pulang?" Tanya Gojo.

"Mau lompat dari gedung" Ujar Mitsuki Ketus. "Hei!" Yaga-sensei menyilangkan tangannya. Mitsuki menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, "Ya tidak mungkin kan? Lagian pakai bertanya." Katanya sambil menatap mereka berdua kesal. Pandangan Mitsuki dan Gojo bertemu.

Gojo berdiri dari tempatnya dan menghela nafas. "Haaah, tunggu aku. Ayo pulang bersama." Jawab Gojo sambil berjalan ke arah kelas untuk mengambil tasnya.

Tak butuh waktu lama, Gojo kembali dengan tasnya. Mitsuki menyilangkan tangannya, "Lama sekali." Ujar Mitsuki.

Mereka berjalan berdampingan, suasana diantara mereka sangat sepi karena tidak ada yang membuka pembicaraan, hanya suara langkah kaki yang meramaikan suasana.

"Hey Aeri, sebenarnya kau sudah melihatnya bukan? Kejadian ini?" Ujar Gojo sambil melirik gadis disamping (bawah)nya.

"Huum." Jawab Mitsuki membenarkan pertanyaan Gojo.

"Kenapa tidak bilang?" Tanya Gojo lagi. Mitsuki menghela nafasnya, berusaha menjawabnya dengan sabar. "Ya aku mana tahu akan jadi seperti ini? Siapa yang menyangka kalau dia akan menghabisi seluruh penduduk desa?"

"Katanya kau sudah tadi melihatnya?" Tanya Gojo dengan nada sedikit kesal.

Nada bicara Gojo menyulut kekesalan Mitsuki. "Ya memangnya aku melihat seluruh kejadian itu? Aku hanya melihat kalian bertengkar di Shinjuku! Aku kira kalian hanya berdebat saja. Kau kira aku akan membiarkan dia melakukan hal seperti itu? Lagipula kalaupun aku melihat, aku tidak bisa mengubah takdir, tahu." Ujar Mitsuki dengan nada kesal.

Mereka berdua menghela nafas guna menurunkan amarah. Gojo mengelus kepala gadis di sampingnya, "Aku minta maaf." Ujar Gojo.

"Aku sudah mengatakan padamu untuk jangan terlalu arogan." Ujar Aeri dengan nada sedih.

Hati Gojo tersentil mendengar perkataan Mitsuki, ia langsung teringat dengan apa yang Geto katakan di Shinjuku. Ia menghela nafasnya berat. "Benar, ini semua salahku." Ujar Gojo.

Setelah kejadian itu, semua orang mau tidak mau harus besikap seperti biasa, beraktivitas seperti biasa, dan bekerja seperti biasa. Mitsuki banyak berlatih menggunakan katana dan pistol yang dipilih oleh Satoru dan Suguru selagi ia tidak sibuk.

.

.

.

.

.

𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞
(っ◔◡◔)っ ♥ Thank you for Reading! ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top