3.2-Last Memory

Shia memegang mata kanannya, dia berpikir "Apa yang terjadi dengan mataku?"

*14 Tahun Lalu*


"Shiro, selamat ulang tahun. Sekarang kamu sudah besar, jangan nakal ya" ucap seorang lelaki dengan perawakan bapak bapak.

"Ibu berharap kamu menjadi anak yang baik" Sahut Seorang Wanita juga.

Anak kecil tersenyum manis, dengan rambut bersurai Rose dan warna mata ungu. "Terima kasih ayah.... ibu"

..........

Dia tersadar dalam sebuah tempat. Yang terbakar dan hangus, sangat panas. Dia merasakan Pipi kanannya seperti terbakar.

Dia berdiri dan mencari sekitar. Tak ada satupun orang yang melihat keadaannya saat ini. Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa rumahku terbakar......

Setelah terdiam sebentar, Shiro teringat orang tuanya. Dia segera berlari ke arah dapur.
Ingat, ga ada yang bisa memprediksi takdir. Shiro melihat orang tuanya terbakar seluruhnya, "kurasa ini hanya mimpi, barusan. Kita merayakan ulang tahunku ke-4 tahun. Kenapa kalian memberikan kejutan ini? Bisakah aku tau soal ini? Beritau aku"

Shiro segera ke ruang keluarga, dia merenung sambil menangis. Dia melihat kue ulang tahunnya "Yokai-Sia" itulah nama yang tertulis di atas kue tersebut. Shiro semakin aneh. Dia segera mengambil cermin dan melihat kondisi wajahnya, ".....apa? Ini apa? Wajahku menjadi keriput"

Dia semakin ketakutan, tapi dia sama sekali tidak merasa ingin menangis. Walau melihat kondisi orang tua, rumah bahkan dia sendiri. "Aku...... Membunuh mereka. Aku membunuh mereka..... kenapa aku masih ada didunia ini?"

Shiro mencoba tegar. Tapi bagaimana? Dia hanya bocah berusia 4 tahun yang baru mengerti apa itu remote tv. Tapi menurtnya itu bukan masalah. Dia beranjak keluar dari rumah yang sudah menjadi tumpukan kayu hangus. Berlari dari balik panggung ini. Tapi, dia tidak bisa bernafas dengan bebas ditempatnya dan akhirnya dia pingsan dengan berpasrah "Baiklah. Aku akan hidup setelah reinkarnasi"

........

"Halo?" Sapa manis seorang anak lelaki.

Shiro membuka perlahan matanya, di lihat langit langit yang hangat dan kokoh. "Ayah?"

Dia di bantu bangun oleh seorang anak yang tadi menyapanya "ah, ini dirumah keluarga. Ku kira kamu perlu minum? Atau apapun itu?" Anak itu memberi shiro segelas air putih.

Shiro masih tidak paham soal ini semua.

"YokaiSia, nama yang bagus"

Shiro "maaf, Aku siapa? Dan aku dimana? Kamu siapa?"

"Perkenalkan namaku Kuro. Aku akan menjagamu dari sekarang, Sebagai kakak aku akan selalu ada"

"Lalu? Siapa aku?"

Kuro tersenyum manis "namamu, Sia, Jyokaisia"

Shiro akhirnya mengakui namanya Sia, dia tersenyum dan menerima segelas air tadi lalu segera meminumnya.

Kuro "aku jadi ingat adikku, dia bernama Kookie. Ah dia sepertimu tetapi kurasa umur kalian jauh beda. Ah sia, umurmu.... 4 tahun"

Sia menggelengkan kepalanya, kuro tertawa "aku memberitahumu! Umurmu itu 4 tahun" dia mencubit pipi tembam milik sia.

Sia menyeringai kesakitan "sa-sakit!!" Dia merasakan pipi kanannya sedang di tutup oleh perban. "Onii-chan?"

Kuro makin kegirangan saat sia memanggilnya onichan "aku sangat bersyukur mempunyai adik sepertimu"

Sia tersenyum "apa yang terjadi dengan pipi sebelahku ini?"

Kuro memeluk sia dengan hangat "ada luka di situ, jadi oniichan memperbannya untukmu"

Sia bertanya lagi "lalu, rumah keluarga itu apa?"

Kuro melepaskan pelukannya, dia tersenyum tidak ikhlas "Panti Asuhan" menatap mata violet milik sia, kuro mengusap mata kiri sia "aku bersyukur, tidak ada cacat di kedua matamu, sia"

Keadaan sangat canggung antara kuro dan sia. Mereka berdua saling menatap dan bertukar senyuman.

Kuro berdiri "kamu bisa panggil aku aniki"

Sia "memang apa salahnya oniichan?"

Kuro tertawa "aku tidak ingin setiap kamu memanggilku, aku selalu kegirangan"

..............

Kuro memukul kepala shia "apa kau sudah selesai istitahatnya?"

Shia menyeringai "Aniki..... gw lagi berpikir apa yang terjadi dengan mata gw ini"

Kuro menyipitkan matanya "hm? Untuk apa?"

Shia "karena gw kepo-"

Kuro segera memojokkan shia, menarik kerah bajunya ke atas dan menatap tajam "jangan melakukan hal bodoh"

Shia "......."

Kuro dengan nada tenang "aku gak segan segan memberitahumu soal ini, yokaishia. Jangan kau berani melakukan itu. Sedikitpun"

Kuro melepaskan pegangannya "cepat bergegas membantu arata"

Shia masih merasakan ketegangan ini, dia merasa jika terjadi sesuatu di masa lalu.

.........

Kuro memberikan semangkok sup dan satu potong roti untuk sia "makanlah ini! Aku membuatnya untukmu"

Sia "aniki!! Setelah ini bisakah kita bermain di luar! Shia ingin melihat dunia luar!"

Kuro "sia, kamu taukan kata dokter tadi?"

Sia "aku harus banyak makan wortel! Biar penglihatan mata kananku membaik bukan?"

Kuro tersenyum "tentu saja! Makanya aniki membuatkan sup ini untukmu"

.....

Dokter memeriksa hasil pemeriksaan mata sia.

Kepala rumah itu bertanya "bagaimana kondisinya?"

"Entah bisa apa saya? Anak ini menderita kanker mata di mata kanannya, sesegera mungkin matanya harus di amputasi"

Kuro terdiam, pupilnya mengecil "hah?", "dia cacat dari lahir?"

........

Sia melihat awan dan matahari yang selalu bersama "ah..... aniki! Bisakah manusia seperti awan dan matahari!"

Kuro tersenyum "bagaimana maksudmu itu?

Sia "mereka menyatu walau bentuk dan kedudukan mereka berbeda"

Kuro jongkok di samping sia "manusia ya..... jika kita membicarakan soal jutaan orang di dunia ini. Kita gak akan bisa menilai dari diri kita sendiri. Apakah kita sudah bisa menerima seseorang yang dekat dengan kita atau belum?"

Sia berputar putar "aniki...... kepala sia tidak kuat memahami perkataan aniki"

Kuro tertawa "intinya, kita hanya perlu mengurus urusan kita. Baru kita bisa mengurusi urusan orang lain"

Sia menarik baju kuro "anikiiiii, ayo kita bermain petak umpet!"

Kuro "hum? Kita bermain di dalam rumah saja ya?"

Sia "kenapa?"

Kuro "nanti ada orang aneh!!!"

Sia "baiklah!! aniki yang menghitung, sia akan bersembunyi!!"

Kuro menutup matanya dan dia mulai menghitung. "1......2.....3......-"
Sampai dengan 10. Dia membuka matanya, tidak ada tanda tanda sia di sekelilingnya. Kuro mulai memperlihatkan wajah seriusnya. Dia melihat sekitar dengan sangat teliti, terlihat laki laki kecil bersurai merah sedang bersembunyi di belakang meja makan. Kuro mendatanginya perlahan, dia tepat disamping sia yang sedang bersembunyi. Kuro tersenyum "sia~ kamu kena"

Sia kaget dengan perkataan kuro, dia tersenyum lebar dan berkata "selamat aniki nemuin aku!!!

Kuro "tentu, aku gak akan meninggalkanmu sendiri"

Sia terdiam, senyum di wajahnya menghilang "Aniki.... Sia mengingat jika ada seseorang seperti aniki. Tapi sia sama sekali tidak mengingatnya"

kuro "...... Gak perlu mengingatnya, kamu tetap menjadi kesayangan aniki"

........

Sia melihat kanan kiri sekitarnya, dia melihat jendela. Banyak anak anak yang sedang bermain di depan rumahnya. Dia berpikir, jika dia bisa ikut bermain bersama mereka. Akhirnya sia pun keluar dia ke anak anak yang sedang bermain. Sia tersenyum "Bisakah Aku Ikut bermain dengan kalian?"

Seketika raut wajah anak anak disana berubah "hah? Si Yatim Piatu ini ingin bermain dengan kita?" . "Bubar bubar ahahahaha, Si Cacat Dateng" Teriak beberapa anak lainnya.

Sia terdiam, dia berhenti tersenyum dengan perakataan mereka. "Aku Tidak cacat!!" teriak sia

"LALU KENAPA MATAMU DI PERBAN? KARENA KAU MALU KAN? DENGAN KECACATAN MU!"

Sia bukan tipe anak yang mudah menangis, anak anak di sekitar situ segera pulang ke rumahnya masing masing. Matahari sudah di tengah bumi, Arti nya sudah mulai sore. Sia tetap di depan rumahnya, dia berdiri menatap tanah, dia sangat ingin menangis. Saat ini, dia sangat ingin menangis.

"Eh? Adek kenapa? Tersesat"

Sia menatap arah suara itu muncul, terlihat lelaki dengan suara kakak-kakak.

"Eh? Kamu......"

Kakak-kakak itu segera membawa sia lari, dia menggendongnya menjauh dari rumahnya. Sia merasa tidak aman dengan kakak² ini. Dia segera berteriak "ANIKI!!!!"

Kuro "......".Kuro berjalan keruang tamu, tempat dia meninggalkan sia tadi. Dia membantu pemilik asuhan mengurus anak anak lainnya. Kuro "Sia? Apa kamu melihat hal mengerikan?".

Kosong. Tidak ada keberadaan sia disana. Kuro tersedak, dia segera mengambil jaket dan pisau. Dia langsung bergegas keluar mencari sia. Keadaan hatinya sangat buruk. Tidak peduli siapapun yang membawa sia, dia akan menusuk orang itu dengan pisau yang dipegangnya. "Gak akan Kubiarkan hidup, siapapun yang menculik sia..."

......

Sia "oniichan....."

Lelaki itu berhenti berlari, mereka berdiri di gang sepi dan gelap. Dia menurunkan sia.

"Perkenalkan,namaku Jinshi Shia"

Sia kebingungan, nama kakak kakak itu mirip dengannya "Aku Yokai Sia"

Jin memegang tangan sia dengan kasar, dia memojokkannya, mengambil suntikkan di kantong bajunya, "Tenang saja Yokai. Kamu akan baik baik saja"

Jin menyuntikkannya ke bawah mata kanan sia. Sia merasakan rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Perih dan menyakitkan, itu yang dirasanya sekarang. Setelah menyuntikkan itu, jin mengeluarkan gunting dari  sakunya yang lain.

Jin mengarahkan guntingnya ke mata Sia. Sia "onii-chan?-"

..........

Kuro mencari dari semua tempat yang selalu dikunjungi sia, tapi sia tidak ada disana. Dia segera berlari ke kota untuk mencari kepastian tentang keberadaan sia.

Setelah lama berlalu, kuro tak kunjung mendapatkan tanda tanda keberadaan sia. Dia gak akan berhenti berlari sampai menemukan sia, dia gak akan berhenti. Kuro "Aku Gak Bakal Berhenti, Sampai aku Menemukan Penculiknya dan mencongkel keluar matanya"

Hari semakin gelap, kuro sudah hampir memutar di seluruh kota, "kurang satu tempat lagi....". Kuro memasuki daerah yang banyak isu tentang kegelapan di kota itu. Banyak hal terjadi di gang tersebut, seperti pencopetan, pembunuhan bahkan bisa di bilang, jika kau ingin mati silahkan kau memasuki gang itu.

Kuro gak peduli tentang keadaan gang apapun itu, asal sia di temukan, maka selesai urusannya. Banyak orang orang yang mulai memandanginya, kuro sama sekali tidak peduli dengan pandangan orang orang.

Sampai akhirnya, ada 2 anak kecil kembar mendekatinya.

Kira "salam kenal! Nama kami kira dan kara"

Kuro "Jauhi aku"

Kara "kami sangat kelaparan, bisa beri kami makanan?"

Kuro "Jauhi aku"

Kira "ayolah oniichan....beri kami makan"

Kuro "SUDAH AKU BILANG, JAUHI AKU" kuro menusuk leher depan kira dengan keras. Kara langsung berteriak dan menangis, sementara orang orang di sekitarnya segera berdiri.

"Oi bocah, kau barusaja melakukan apa?"

Kuro "....."

Seseorang dari belakang kuro mengeluarkan pisaunya "Dasar Anak Sok Sok an" Dia mengarahkan pisaunya ke atas "Mati saja anak sepertimu"

Wajah kuro datar, tanpa ekspresi, seakan akan ekspresinya menghilang. Tanpa orang orang di sadari. kuro berada di belakang mereka. Leher kira masih menancap dipisau itu, kuro melempar mayat kira, tatapannya kosong tetapi tajam "sudah aku bilang, jauhi aku..." kuro menusuk orang orang satu persatu tanpa gentar.

Beberapa orang yang masih di belakang segera berlari menjauhi kuro.

Kuro berdiam diri, dia melihat ekspresi kara sangat ketakutan. Kuro berjalan mendekati kara, dia memegang tangan kanan kara. "Tusuk tangan kiriku" kuro memberikan kara pisau miliknya. Kara menggelengkan kepalanya "Kara gak bisa....... Itu terlalu gila!"

Kuro menatap mata kara, dengan dipegangnya pisau di tangan kara. Kuro menusukkannya paksa ke tangannya sendiri. Kara ketakutan, nafasnya sesak. Kuro terdiam "Ray, Namamu sekarang Ray. Kau di hidupkan kembali. Selamat datang ray".

Kuro meninggalkan kara, dia berjalan mencari sia. Dengan luka di tangan kirinya. Kuro berhenti ditengah jalan, dia sudah tidak bisa menahan rasa sakit di tangan kirinya "Persetanan dengan rasa sakit"

"Kau tidak bisa seperti itu!"

Kuro mendengar suara lagi "Sudah aku bilang, pergi atau mati"

"Bagaimana jika pilihannya, Bergabung denganku atau dihancurkan?" seorang anak kecil datang dari gang kecil di depannya "Halo, Namaku Arata. Dan kurasa kamu Cocok, KuroShiro Akumura"

........

Kuro berjalan kembali setelah lama duduk, dia ke satu gang yang bisa di bilang, daerah kumuh. Dia melihat siluet lelaki sedang menyandra anak kecil. "Aku Bertaruh jika itu Sia" kuro langsung berlari, dia menendang lelaki itu dengan keras "BERANI SEKALI KAU MENYENTUH ADIKKU"

Jin menatap tajam kuro, dia mencoba berdiri "hah? Adikmu? yang kau maksud adalah adikku"

Kuro familliar dengan suara ini "JINSHISHIA. AKU TAU OBSESIMU TENTANG MATA KANAN ADIKMU"

Jin "lalu?"

Kuro "Dia bersamaku sekarang. Jangan Berani kau menyentuhnya dengan Tangan kotormu itu"

Jin "Aku memang berencana seperti itu, tapi aku hanya ingin menyelamatkannya. Kau tau kan? Mata kanan sia"

Kuro melihat kembali wajah sia "....APA YANG KAU LAKUKAN! KAU MENCABUT MATANYA!?"

Jin "Dia menderita kanker"

-

Sia terbangun, dia mendengarkan kuro sedang saling membentak dengan seseorang "Aniki?"

Kuro melihat wajah sia, dia kembali menatap jin "pergi dari sini, atau mati?"

Jin tersenyum, dia mengangkat tangannya dan menjatuhkan gunting yang dipegangnya. Kuro kesal, dia melemparkan pisau yang dipegangnya, hampir juga lemparan itu mengenai telinga jin. Tanpa pikir panjang, jin pergi dari sana.

Kuro segera memeluk sia "syukurlah kamu baik baik saja..."

Sia menatap kuro dengan kebingungan "kenapa sedih?"

Kuro terdiam "apakah lukamu sakit? Aku akan segera mengobatinya"

"Luka?"

Kuro ".......di mata kananmu...."

"Luka apa?"

Kuro "......Kamu, bisakah kamu merasakan cubitanku saat ini?"

"Hah? Apa?"

Kuro "......"

"Ano, aniki. Namaku siapa?"

Kuro "..... Shia, Namamu YokaiShia"

".....Shia"

Kuro terdiam hatinya berdetak keras, hampir copot. Aku Terlambat, kata kata yang terlintas di pikiran kuro saat ini.

........

"Saya Gak tahu Harus berkata apa, tapi indra perasa dan peraba anak itu mati. Syarafnya masih baik baik saja. Tetapi tidak berfungsi. Dia tidak merasakan sakit apapun"

Mata kuro tampak kosong, tak ada yang bisa dia pikirkan lagi

"Kurasa seseorang menyuntikkan narkoba sejenis obat penenang kepada anak itu dengan dosis yang tidak beraturan, dan juga obat bius yang dosisnya terlalu banyak"

Kuro "......."

"Sangat Keajaiban Anak itu tidak mati"

Kuro "Obat Penenang? Obat bius?"

Kuro "......"

.......

Kuro mengajak shia di lapangan terbuka, seseorang datang dari belakang.

Arata "bagaimana? Kuro? aku sudah menemukan pengasuh untukmu, tapi tidak untuk adikmu. Dia terlalu merepotkan"

Kuro "hm? Aku tidak peduli. Aku tidak akan menerima pengasuh itu tanpa shia"

Arata "baiklah..... Arata akan mencarikanmu"

Kuro "shia?"

Shia "kenapa, aniki?"

Kuro mengambil tongkat yang sudah dia siapkan. Dia memukulnya di kepala shia dengan keras "maafkan aku"

Arata "selamat datang di dunia ini lagi, Shia"

..........

Kashu ngebanting shia ke lantai "Hey, Tai Kocheng. Bantu kami"

Shia bisa merasakan tulangnya retak "iye iye gw bantu"

Di pikiran shia masih merasakan jika akan ada masalah setelah ini....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top