🥯4: Playboy

"Please, bukain!" Suara Edel masih terdengar keras dari luar sana. Josh dan Doxy pun merasa semakin iba walau mereka sedikit merasa aneh dengan karakter Edel.

"Lo harus jadi babu gue sampe kita lulus!" Ucapan itu lolos begitu saja dari bibir Regan. Josh dan Doxy berhasil dibuat menganga. Apakah cowok itu tidak memiliki rasa perikehewanan, eh perikemanusiaan terhadap seorang perempuan? Memang, sih, Edel itu termasuk salah satu cewek aneh di sekolah. Tapi bagaimana jika Edel berani melapor?

Edel tersentak dari dalam. Itu artinya selain harus melayani Ariyanto di rumah, ia juga menjadi babu di sekolah.

"Ya-ya-ya udah, aku mau. Tapi bukain." Sebuah senyum kini terulas di wajah Regan. Bagus, ia tak salah berucap. Dengan mudah pula gadis itu setuju walau sebenarnya Edel melakukan ini semua bukan karena takut terhadap Regan, tapi ia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama di luar rumah.

"Bukain pintunya," perintah Regan pada kedua laki-laki yang berdiri di belakangnya sekarang.

Sedikit celah dari pintu yang terbuka secara perlahan sudah menampilkan wajah Edel yang berantakkan. Berbagai jenis anak rambut sudah berdiri seperti sedang menyaksikan pemandangan di depan, sementara dagunya terus bersembunyi.

Jantungnya sudah berhenti melakukan senam irama, sementara kakinya sangat bersemangat empat puluh lima untuk berlari dan meninggalkan situasi horror ini.

"Tunggu. Jangan kabur dulu." Edel yang baru saja melangkah sontak berhenti.

Tangan Regan membawa selembar tisu keluar dari saku celana abu-abunya, kemudian mengarahkan tangannya ke hadapan wajah Edel.

"Lap dulu air mata lo."

Tangannya bergemetar saat meraih tisu pemberian Regan. Apakah ini bukan jebakan?

Karena waktu untuk masuk tinggal menghitung menit, akhirnya tisu itu ia letakan secara kasar di atas tangan Edel.

"Jangan geer. Gue ngasih tisu ini bukan karena kasian sama lo, tapi kalau sampe lo masuk ke dalem kelas pake topeng tomat kayak gini, bisa bahaya nasib gue."

Edel mengangguk pelan. Ia paham maksud Regan. "Makasih, ya."

"Cie ... Regan, cie ...." Josh dan Doxy memukul bahu satu sama lain—seolah takjub dengan apa yang diperbuat Regan. Ternyata temannya ini masih memiliki sedikit rasa kasihan.

Regan menatap keduanya sinis.

"Inget satu hal lagi, lo harus tepatin janji lo tadi. Kalau sampe lo nggak nurut, gue bakar semua buku-buku lo. Nggak cuman itu aja, gue bakal pastiin kalau hidup lo nggak akan tenang!" Regan meletakkan jari telunjuknya di depan wajah Edel.

"I-iya, aku bakal nurut sama kamu." Edel benar-benar pasrah. Apakah mungkin ia sudah ditakdirkan untuk hidup di bawah perintah orang lain? Ibarat menjadi pembantu tanpa upah.

Regan mengacungkan jempol, kemudian memutar badan—diikuti Josh dan Doxy—'tuk kembali ke dalam kelas.

Sungguh ... ini adalah hari paling menyenangkan yang pernah Regan alami seumur hidupnya. Edel adalah manusia pertama yang dengan mudahnya ia buat menurut. Tidak seperti yang lainnya.

Tiba-tiba saja langkah Regan terhenti. Ia menoleh ke belakang. Ah, ia lupa menjelaskan apa saja yang harus Edel lakukan selama mereka masih ada di satu sekolah yang sama.

"Woi, Manusia. Gue minta nomor WhatsApp lo. Gue bakal sebutin satu-satu apa aja yang harus lo kerjain."

"Nama aku Edel, bukan manusia."

"Cie ... modus," ledek Josh.

"Bodo amat nama lo siapa! Berapa nomor lo?" Regan mengeluarkan ponselnya dari saku celana, sementara Josh yang dikenal sebagai playboy sekolah ikut mencatat. Siapa tahu saja ia bisa memainkan hati gadis aneh itu. Bukankah seru jika di masa putih abu-abu yang indah ini memiliki banyak mantan? Jadi, ketika melaksanakan reuni nanti, ada bahan bercerita untuk ditertawakan.

"Ah, elah ... ikut-ikutan aja lo, Josh," ucap Doxy yang sudah tak habis pikir dengan temannya yang satu ini.

"08 5213-14567," sebut Edel.

Suaranya berbunyi dengan pelan, bahkan mungkin yang bisa mendengar hanyalah kawanan semut.

"Kencengan kalau ngomong!" Regan menggelengkan kepala sembari merampas ponsel Edel 'tuk menelepon ponselnya.

Josh terdiam dalam perasaan kecewa. Sudahlah salah satu kandidat siswi di SMA Bunga Bangsa sudah berkurang. Tangannya menempel di depan dada untuk menghayati suasana. Ini adalah bentuk kegagalan hidup semasa ia bersekolah hampir satu tahun.

🍉🍉🍉

"Gan, lo nggak kasian apa sama Edel?" tanya Josh yang sedang berjalan sejejer bersama Regan dan juga Doxy menuju kantin.

"Kenapa gue harus kasian sama manusia aneh itu?"

"Karena kalau diliat-liat, dia cantik juga," balas Josh.

Regan seketika terdiam sembari menatap lurus ke depan. Memang sedari dulu pun selalu sama ketika menghadapi korban perempuan sejak mereka SMP. Apa mungkin jiwa playboy Josh merupakan keturunan dari keluarganya?

"Lo pikir kalau pacarin banyak cewek itu nggak jahat? Apa bedanya lo sama Regan, Njing? Sama-sama jahat. Udah yang paling baik emang cuman gue," sahut Doxy.

Tiba-tiba saja seorang perempuan datang menghampiri Josh, sedangkan Regan dan Doxy langsung melangkah begitu saja tanpa mempedulikan Josh yang tertinggal. Sudah pasti cowok itu akan diteror oleh para mantan yang tak terima diakhiri hubungannya begitu saja oleh Josh.

"Woi, Gan, Xy! Tungguin gue, dong!" teriak Josh yang sudah tak bisa berkutik.

Gadis berkucir dua dengan kacamata bulat seperti Boboho itu kini memeluk pergelangan tangan Josh sembari menggenggam sebuah permen lolipop pelangi kesukaannya. "Kamu mau?"

"Nggak, makasih," balas Josh singkat dengan posisi tangan kanan ia gunakan untuk merapal doa pada yang maha kuasa agar bisa lepas.

"Kamu kenapa kemaren putusin aku?! Kamu nggak cinta sama aku? Iya?!" Nadanya dibuat agak tinggi, dan tentu saja beberapa siswa yang sedang berlalu-lalang harus membiarkan urat tertawa mereka bekerja.

Josh menggeleng cepat. Sudah salah pula ia menjadikan perempuan ini sebagai pacar seminggu lalu.

"Udah, ya, gue mau ke kantin. Temen-temen gue udah pada pergi. Lo mau gue nggak punya temen? Lo cinta kan sama gue?" Josh memelas pada gadis itu yang justru membuat pelukannya menjadi semakin erat.

"Aku nggak mau lepasin kamu sampe kamu mau balikan sama aku!" teriak gadis itu sambil memasukkan permen lolipop miliknya ke dalam mulut.

"Ah, elah ... kita balikannya kapan-kapan aja, ya! Gue janji." Walau tak tega, tapi ia harus berani melakukan ini. Kakinya menginjak sepatu kembaran Boboho versi perempuan ini kencang agar terlepas. Berhasil, kini mereka terpisahkan oleh jarak dan Josh bisa berlari menyusul kedua temannya. Jika tahu seperti ini konsekuensi menjalin hubungan dengan manusia itu, lebih baik ia bertobat.

Cewek itu menjerit kesakitan. Sungguu tega mantan pacarnya itu. Lihat saja, tak akan ia lepaskan cowok itu saat mereka bertemu lagi.

Yaudine karena ini babnya nyeritain soal karakter Josh, jadi pake yang pinky-pinky🤣

Happy reading, yaw!

Lav u,

Bong-Bong

Cie kangen Bong-Bong nggak setelah berpisah beberapa waktu? 🤣

Bong-Bong up ini setiap 2 hari sekali yaw, karena jujur nggak punya tabungan bab sama sekali🤣. Jadi ini ibaratkan write than publish🌚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top