🦈26: Kenapa Menangis?

Tanpa peduli betapa dinginnya suasana, Daun dan Regan masih berjalan dalam diam. Masih banyak tetesan air yang jatuh ke sembarang tempat memang, tapi hal ini sama sekali tak memberi pengaruh apa pun bagi ketiganya.

Regan masih setia mengikuti dari belakang. Kali ini pikirannya benar-benar dibuat tak tenang, apalagi sebuah reputasi buruk sudah tercipta dalam lingkungan eskul renang.

"Bang," panggil Regan bersama sedikit harapan.

Daun sama sekali tidak menoleh, ia masih fokus melangkah membawa sang sepupu pergi ke UKS khusus perempuan.

Ya ... UKS di SMA Bunga Bangsa terpisah untuk perempuan dan juga laki-laki. Mungkin untuk menghindari terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan.

Tentu saja mereka tidak diperbolehkan masuk ke tempat yang berlawanan, tapi untuk kasus kali ini, sepertinya sah-sah saja.

"Kak Daun," panggil Edel takut-takut, "itu dia manggil Kakak."

Daun sempat melemparkan tatapan aneh pada Edel. Bagaimana bisa gadis ini peduli dengan seseorang yang sudah memperlakukannya secara semena-mena?

Astaga ... ada yang ia lupakan. Sesuatu yang sangat penting dan sepertinya adalah jawaban dari semuanya. Baiklah, Daun akan membuat rencana setelah Edel selesai mendapatkan pengobatan.

"Kak?" Edel kembali bersuara dengan lirih. Namun, lagi-lagi keheningan menjadi jawaban. Tak ada sedikit pun niat untuk menjawab. Biarkan saja Regan terus memanggil, tapi yang jelas jika sudah berani menyentuh sang sepupu kesayangan—terkecuali Ariyanto—ia harus mau melangkahi mayat Daun.

Akhirnya Edel terdiam lagi. Tubuhnya memang terasa sedikit menggigil, apalagi saat sepoy-sepoy angin menelusup ke dalam tubuhnya. Entahlah mengapa embusan itu datang, tapi yang jelas tadi terasa panas hingga tak terlalu nempengaruhi fisiknya.

"Di-dingin, Kak." Daun mengangguk paham. Ia sendiri pun merasakan hal yang sama. Langkahnya bergerak semakin cepat menuju UKS, berharap di sana Edel akan diberikan selimut untuk menghangatkan tubuh.

Sebenarnya bukan karena angin saja yang membuat Edel harus mengeluh, tapi tetesan air yang menyelinap ke dalam tubuh seolah membuat lukanya ikut berteriak kencang.

"Sabar, itu UKS udah di depan. Nanti lo buka baju lo di dalem, hangetin pake selimut dulu. Nanti gue beliin seragam baru buat lo di koperasi, yang lo pake sekarang terserah mau dibuang atau dibawa pulang."

Edel kembali mengangguk paham.  "Kak Daun gimana?"

"Gampang, gue ada baju di loker. Ada handuk juga, nanti gue bawain buat lo. Gue nggak usah lap badan nggak apa."

Regan yang sedari tadi mengikuti dari belakang pun nyatanya sibuk mendengar pembicaraan mereka. Tampak jelas Daun yang sangat menyayangi Edel, dan ia justru menjadi lelaki tak berkeperimanusiaan. Haruskah meminta maaf? Sulit rasanya.

Setelah akhirnya sampai di depan UKS, Daun mengetuk pintu. Berharap ada dokter jaga yang datang dan bisa mengobati sang sepupu.

Tok ... tok ... tok!

Seorang wanita muda keluar. Matanya terbelalak saat melihat Edel yang terkulai lemah. Untung saja selepas mengadakan check up tahunan untuk guru, ia tidak langsung pulang. Bisa-bisa menjadi lebih miris pula nasib gadis di hadapannya.

"Kamu dudukkan saja dia di atas sana, Nak." Dokter Ninis menunjuk ke arah kursi plastik yang berada tepat di depan meja konsultasi.

Daun mengangguk paham. "Bentar, Dok. Saya beliin dia seragam dulu, boleh nanti bantu sepupu saya ganti baju? Saya ambilin handuk juga buat dia nanti, ada di loker."

Dokter Ninis mengangguk bersama sebuah senyum ramah. Wanita berkucir satu pirang itu akhirnya mengikuti langkah Daun dari belakang yang mulai mendudukkan Edel, sementara Regan justru sibuk menunggu di luar. Tak mungkin jika ia ikut masuk, bisa semakin parah pula masalahnya dengan Daun.

"Kenapa kamu, Nak? Kok bisa kayak gini? Mau saya buatkan teh hangat?"

Edel terdiam kaku sembari menatap Dokter Ninis datar. Perlahan, air matanya kembali bermain. Rasanya seperti terharu saat mendapat perhatian dari orang lain. Jadi mengingat Tiara.

"Loh, kenapa kamu nangis? Ada yang sakit? Jujur aja sama saya, biar nggak jadi bahaya."

600 kata dulu ya bebsky piranha.

Oh ya kali ini mau rekomendasiin CEO yang Meruntuhkan Iman punya azizahKai lagii. Sumpah ini ceritanya menguras esmosih, wahai kawan.

Happy reading!

Love u,

Bong-Bong❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top