26 | Kami Akan Melawan
Saatnya bertempur. Episode ini ke depan akan penuh pertempuran.
OST: zankoku na tenshi no teeze ( Soundtrack Neon Genesis Evangelion)
Gambar episode ini diambil dari Poster Ace Combat
|||
* * *
Johan terasa asing di dalam kegelapan. Di depannya ada Garry yang sedang berdiri di depan sebuah orb yang memancarkan cahaya berwarna ungu. Dalam benak Johan ia langsung tahu kalau itu adalah inti dari Shangri-La. Hanya saja, inti tersebut tidak seharusnya berwarna ungu kegelapan. Ada hal yang mempengaruhi Shangri-La sehingga menjadi seperti itu.
Bumi memperingati kepadanya bukan tentang bahayanya Shangri-La, tetapi bahaya orang yang menggunakannya. Shangri-La bukan saja senjata, tetapi juga pengetahuan yang tidak terbatas. Sudah semenjak ribuan tahun lalu Shangri-La memberikan pengetahuan kepada berbagai macam manusia, berbagai macam bangsa yang memiliki kemajuan, namun manusia menghancurkan semuanya. Kenapa Shangri-La harus datang lagi di saat yang seperti ini? Yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah tentu saja yang memanggil Shangri-La, yaitu Omega.
Johan bertemu lagi dengan entitas ini. Besar membuat ia tak mampu untuk mendongak lebih lama. Tubuhnya hanya sebesar kuku kakinya. Melihat begitu mudahnya makhluk ini menghempaskan Samudra membuatnya yakin bisa saja Omega menjadikan dirinya lenyap begitu saja.
Di sebelah Garry ada sebuah kotak dengan beberapa lampu yang menyala. Kotak ini yang dimaksud Galuh. Alat yang bisa membuat Garry berkomunikasi dengan Shangri-La. Johan bisa mengerti kenapa alat tersebut bisa seperti itu. Ada sebuah layar monitor yang menggambarkan berbagai macam kode-kode dan huruf, serta gambar-gambar. Dari sanalah Garry bisa berkomunikasi. Terlebih dengan bantuan Omega yang entah kekuatan apa yang telah diberikan Kesadaran Bumi tersebut kepada Garry.
"Aku pertama kali tahu tentang dirimu saat menyelidiki insiden kebakaran. Bagaimana mungkin seorang pemuda bisa terlibat dengan seorang perempuan yang memiliki kekuatan api? Ternyata masalah percintaan. Sejak saat itu aku sebenarnya tertarik untuk mempelajari banyak hal terutama orang-orang yang memiliki kekuatan ajaib seperti kalian," ujar Garry.
"Kau tahu tentang diriku?" tanya Johan.
"Iya, aku mempelajari kalian sejak lama. Empat manusia kuno, Geostreamer, Kesadaran Bumi dan Shangri-La. Aku tahu semuanya. Terlebih sejak aku mewawancarai langsung si perempuan api itu," jawab Garry.
"Kau, bertemu dengan Aprilia? Dia sudah tewas dalam peristiwa pohon raksasa di tengah kota Jakarta!"
Garry menggeleng. "Dia masih hidup. Kau tidak tahu tentang hal itu?"
"Tidak mungkin, aku melihatnya sendiri bagaimana dia terbakar!"
"Tubuhnya tak bisa disentuh oleh api. Dia bahkan masih hidup sampai sekarang, mengurung dirinya di rumah sakit jiwa. Dia merasa bersalah atas semua hal yang telah terjadi. Ah, tapi kita tak perlu membahas hal itu sekarang. Aku ingin melakukan tawar-menawar denganmu. Aku tahu tugasmu sebagai seorang Geostreamer sangatlah tidak mudah. Kau harus mengorbankan banyak hal, tetapi aku sangat salut kepadamu. Kau bisa sampai ke tempat ini, padahal sebenarnya aku ingin mencarimu. Karena kau sudah ada di sini, maka aku langsung kepada maksud dan tujuanku melakukan ini." Garry beringsut mendekat ke Johan.
Johan terus mengamati Garry yang sekarang mulai memutari tubuhnya. Orang ini sepertinya sangat penasaran kepadanya. Johan bisa mengetahui hal itu, karena Garry seolah-olah berusaha mencari sesuatu yang lain.
"Terus terang, sebagai seorang ilmuwan aku ingin tahu bagaimana caramu bisa berkomunikasi dengan planet ini? Seorang manusia biasa yang bisa berbicara dengan planet. Aku sendiri tak pernah menyangka ada manusia yang bisa melakukan hal itu. Gen apa yang membuatmu menjadi spesial? Atau apakah di dalam tubuhmu mengalir mineral tertentu? Ah, aku jadi penasaran."
"Katakan apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Johan dengan tidak sabar.
"Sebentar. Biarkan aku berpikir dulu," jawab Garry. Dia menghentikan langkahnya lalu mendekat ke Johan. Tangannya langsung menangkap rahang Johan. Dia seperti mengamati segala detail yang ada pada tubuhnya. Johan langsung menepis tangan itu.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku benar-benar penasaran. Kau lihat? Aku bisa berkomunikasi dengan Omega, sedangkan orang lain tak bisa. Mereka bahkan tak bisa melihat Omega padahal dia selalu bersamaku selama ini. Mungkin sekarang ini kalian bisa melihatnya, karena Omega memang menginginkan dirinya muncul. Terlebih untuk menyambut Shangri-La, ia harus mempersiapkan wujud khusus untuk itu."
Garry kemudian berbalik. Dia kembali ke tempatnya semula. "Baiklah Johan, aku ingin memberikan tawar-menawar kepadamu. Anggap saja sekarang ini aku menyandera seluruh manusia di bumi. Tentu saja, aku akan melakukan ini dengan cepat. Kau boleh memilih siapa saja manusia yang ingin kau selamatkan, setelah itu aku akan memusnahkan semua manusia yang aku anggap memang perlu dimusnahkan. Aku sudah punya kriteria sendiri manusia seperti apa yang bisa selamat dari seranganku."
"Kau gila! Apa kau kira manusia itu semut-semut kecil yang tak berdaya, yang bisa seenaknya kau injak?"
"Iya. Memang demikian. Ketika kau tak punya kekuatan, kau hanya akan terinjak-injak oleh mereka yang memiliki kekuatan. Sekarang ini aku seperti raksasa, sedangkan manusia-manusia lainnya seperti semut. Aku mempelajari banyak hal selama ini, kalau untuk bisa mengubah bumi menjadi tempat yang baik untuk ditinggali, maka kita harus menyingkirkan manusia-manusia yang tak berharga. Mereka yang rakus, tamak, korup, jahat, sudah sepantasnya tak hidup. Dengan bumi diisi oleh manusia-manusia baru, maka bumi akan terawat dan terjaga. Bukankah seperti itu lebih baik? Kau sebagai seorang Geostreamer pastinya lebih paham dan menyadari keinginan planet ini. Bukan begitu?"
"Keinginan planet ini bukan itu."
"Kenapa kau masih membohongi diri sendiri, Geostreamer? Kau lebih tahu keinginan planet ini. Planet ini ingin manusia baik kepadanya. Planet ini sudah benci kepada manusia yang tinggal di atasnya. Ia lebih benci lagi saat manusia berusaha menghancurkan tempat dimana mereka tinggal, tidak menghargai rumah mereka sendiri. Kau tahu itu."
"Itu tidak benar!"
"Manusia, manusia. Aku paham kok. Aku juga manusia. Sifatku juga merusak, tetapi aku sadar diri kalau aku pun harus berubah agar menjadi manusia yang bisa mengubah bumi menjadi lebih baik. Melenyapkan sebagian besar populasi manusia adalah salah satu solusi. Ah, jangan kau samakan aku dengan Thanos. Thanos hanya menginginkan keseimbangan, tetapi aku tidak seperti itu. Aku menginginkan dominanisasi. Jika yang kuat, yang perkasa, yang lebih banyak kesempatan survive adalah kelompok manusia yang hidup di muka bumi, maka sudah pasti bumi akan terjaga lebih baik. Kita tak perlu membutuhkan teknologi maju untuk itu, sudah ada Shangri-La yang akan memberikan pengetahuan kepada kita, sudah ada bumi yang akan menjaga kita dari kelaparan. Apabila planet ini terjaga dengan baik, lalu diisi dengan manusia-manusia yang baik, sudah pasti kemajuan akan tercapai. Penjelajahan antar galaksi juga akan terlaksana. Impian semua manusia untuk bisa menguasai jagad raya pun akan tercapai. Bukan terus-menerus berada di bumi, menatap langit dan berkhayal tentang kehidupan di luar galaksi.
"Lihatlah manusia yang telah menumpuk sampah di Samudra Pasifik! Apakah manusia-manusia seperti itu pantas untuk dibiarkan hidup? Kalau mereka sampai pergi ke luar angkasa, menguasai planet dan galaksi lain, mereka akan tetap menjadi sampah, membuat sampah, serta mengotori planet-planet lain. Tentunya yang akan musnah bukan saja golongan mereka, tapi makhluk-makhluk lain juga akan terkena imbasnya. Sekali lagi sebagai Geostreamer kau lebih tahu, aku tak perlu menjelaskan apapun kepadamu. Maka dari itu, di sini aku yang punya kekuasaan, aku yang punya kekuatan. Maka aku memberikan pengampunan kepadamu untuk memilih manusia-manusia tertentu yang berhak kau selamatkan. Sisanya aku akan habisi."
Johan memejamkan matanya sejenak. Orang yang berada di hadapannya ini sangat mengintimidasi. Dia harus tenang untuk berpikir lebih jauh lagi. Tak mungkin ia menuruti perkataan Garry. Tetapi saat ini pula, ia sudah kehilangan anak-anaknya, hanya Sheila saja yang dia punya.
Mata Johan terbuka, "Aku tak akan mungkin memilih. Tugasku adalah menjadi perantara antara bumi dan manusia. Aku akan melindungi keduanya."
Garry mengangkat bahunya, "Kau kenapa berpikir seperti itu? Secara perhitungan matematis, itu sangat tidak masuk akal. Kau lebih memilih melindungi manusia-manusia yang merusak, bahkan sudah merusak itu? Kau lebih suka seluruhnya hancur?"
Johan menggeleng. "Yang aku percaya, manusia tak butuh Shangri-La. Manusia bisa belajar dari apa yang mereka perbuat. Meskipun tidak semuanya. Kehidupan manusia memang tidak sempurna. Mereka ada yang baik, jahat, ada yang sejak dari lahir berkebutuhan khusus, ada pula yang sempurna, ada yang miskin, ada yang kaya. Ada yang berpendidikan, ada yang tidak. Tetapi semuanya mengisi satu sama lain menjadi suatu kehidupan yang harmoni.
"Terkadang memang manusia melakukan peperangan. Hanya saja, sebagian dari peperangan itu bertujuan baik. Sebagian dari mereka membela diri dari orang-orang zalim. Sebagian lagi memang ingin mendapatkan kekuasaan. Manusia memang ada yang berbuat jahat, tetapi manusia juga ada yang berbuat baik. Mereka semua saling mengisi. Manusia berbeda dengan makhluk yang lain, manusia adalah makhluk sosial dan juga makhluk yang bisa berubah."
Johan tersenyum sinis kepada Garry. "Aku tak akan mundur. Tawar-menawar ini tak ada artinya. Aku percaya para pemilik kekuatan ajaib akan menyelamatkan umat manusia. Aku tidak berjuang sendiri. Samudra, Agi, Windi, Galuh, mereka adalah orang-orang luar biasa. Mereka orang-orang baik. Aku percaya kepada mereka."
"Kau naif sekali."
Johan mendongak. Ia melihat Omega yang sedari tadi menatapnya. "Kau akan lihat, kami adalah makhluk yang unik. Kami akan terus berjuang, meskipun mungkin kelihatannya tidak mungkin untuk menang. Kami makhluk yang sangat gemar bertahan hidup. Kami juga makhluk yang paling banyak belajar. Biarpun nanti seandainya semesta hancur, tubuh kami hancur, tetapi kami tak akan menyesal. Karena selama hidup, kami telah mengenal cinta dan kasih sayang. Sedangkan makhluk-makhluk yang lain, mereka tak memiliki perasaan itu. Mereka hanya berpikir sesuai dengan logika mereka, padahal dalam kehidupan perasaan, empati, simpati juga diperlukan. Sehingga manusia bisa mengasihi satu sama lain, saling membantu satu sama lain, kehidupannya pun menjadi harmonis. Lalu buat apa kau membutuhkan manusia-manusia yang kuat, kalau akhirnya hanya akan menjadi robot-robot berjalan, kumpulan makhluk hidup tanpa perasaan? Itukah yang kau inginkan?"
Garry terdiam. Dia mencoba untuk mencerna kata-kata Johan.
"Kalau kau menginginkan itu, aku dan seluruh pemilik kekuatan, juga semua manusia di bumi tidak akan membiarkanmu. Kami lebih baik kau musnahkan, daripada cinta dan kasih sayang hilang dari muka bumi," kata Johan. Sepertinya tak akan ada lagi diskusi.
Garry tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Kau lebih memilih semua manusia musnah."
Terdengar suara rentetan tembakan dari luar, setelah itu disusul ledakan dari mulut lorong. Garry terkejut. Dia melihat sebuah pesawat sedang terbang menjauh sambil mengitari Shangri-La. Pesawat itu berwarna abu-abu dengan bercak kuning di tubuhnya. Pesawat ini adalah pesawat dengan model T-50 Golden Eagle. Pesawat ini biasanya digunakan sebagai pesawat LIFT (Lead in Fighter Trainer), tetapi keadaan berubah karena sekarang ini pesawat digunakan untuk bertempur. Samudra ada di dalamnya. Dia telah mendapatkan izin untuk menggunakan pesawat tempur ini dalam keadaan darurat. Sayangnya ia hanya dibekali 4 misil saja dan senjata mesin. 4 misil ini akan dia gunakan sebaik-baiknya untuk membidik sasaran.
"Sial, aku tak bisa melihat Johan. Semoga makhluk itu masih ada di sana," ucap Samudra. "Markas, aku akan menyerang lagi."
Belum sempat Samudra mempersiapkan diri untuk menyerang, tiba-tiba dari Shangri-La terbentuk beberapa moncong meriam yang mengarah kepadanya. Samudra menaikkan alisnya. "Are you fucking kidding me?"
Semua meriam dari tubuh Shangri-La menembak ke arah Samudra. Dengan lincah Samudra menggerakkan pesawatnya menghindari serangan tersebut. Tak hanya tembakan meriam, ternyata ada banyak misil yang berlarian mengejar pesawat T-50 tersebut. Suara alarm cukup berisik memberi tahu kalau ada misil yang sedang mengejarnya.
"WHOAAAAAA!!!!" pekik Samudra. Pesawatnya berputar-putar, menukik, naik, kemudian bermanuver. Dia mengeluarkan pengecoh misil agar misil-misil tersebut tak mengejarnya.
Beberapa misil akhirnya meledak di udara. Samudra lega sejenak karena tidak ada suara alarm misil tersebut. Tetapi itu cuma sebentar, karena dua detik kemudian suara itu terdengar lagi. Samudra bisa melihat puluhan misil masih mengejarnya.
"Are you serious?" gerutunya.
Sang pilot menjauh dari misil, dia terus berusaha menghindari misil tersebut sambil mengeluarkan pengecoh misil dari badan sayap pesawat. Beberapa misil saling bertabrakan, tetapi dua misil masih mengejarnya. Samudra kemudian terbang merendah untuk menghindari misil tersebut, lalu ia naikkan hidung pesawat. Setelah itu ia melakukan manuver berbalik menuju ke Shangri-La.
Dua misil masih mengejarnya. Ia makin menggenjot kecepatan jet tempur itu hingga mendekat ke arah Shangri-La. Setelah itu ia memutar badan pesawat dengan cara rolling. Dua misil menghantam badan Shangri-La. Dia selamat. Meskipun begitu, dia masih diserang dengan meriam-meriam yang muncul dari berbagai tempat di sudut tubuh Shangri-La.
"Orang itu benar-benar menjengkelkan. Dia Samudra, si pengendali angin," ucap Garry. "Aku tak menyangka ia sekarang menjadi pilot yang cukup handal."
Tiba-tiba dari arah lain ada tembakan yang cukup besar. Tembakan itu menghantam tubuh Shangri-La hingga membuat seluruh bagian dari Shangri-La bergetar hebat. Garry melihat dari kejauhan ada entitas yang berbentuk seperti kapal perang luar angkasa.
"Jadi, kau sudah tahu caranya untuk menggunakan ECHO? Baiklah, akan jadi apa pertempuran ini nanti?" gumam Garry.
"Pertempuran ini milikku!" ucap Omega. Omega mulai bergerak. Langkah kakinya benar-benar menggetarkan seluruh tempat.
Johan berlari keluar dari Shangri-La. Dia tahu urusannya di dalam tubuh Shangri-La ini tak bisa diselesaikan. Satu-satunya jalan untuk bisa menghentikan perang ini adalah menghancurkan Shangri-La.
"Agi, kalau kau bisa dengar aku. Maka aku ingin kau hancurkan Shangri-La beserta isinya," ucap Johan di dalam benaknya.
Agi yang mendapati sinyal itu menangkap apa yang dipikirkan oleh Johan. Dia melihat Johan baru saja keluar dari dalam Shangri-La, bersamaan dengan itu dilihatnya tubuh raksasa Omega keluar juga dari Shangri-La. Omega mengembangkan sayapnya, sepertinya berusaha untuk terbang.
"ECHO, selamatkan Johan! Aku akan melawan Omega," ucap Agi. "Sepertinya sobatku sudah tak sabar ingin bertarung dengannya."
"Baiklah," kata ECHO.
"Aku akan masuk ke dalam Shangri-La," ucap Galuh yang juga saat itu ada di dalam ECHO.
"Kau yakin bisa mengatasinya? Jangan ragu untuk memanggilku kalau kau dalam bahaya!" pinta Agi. "Aku tak mau kehilanganmu."
"Aku akan baik-baik saja. Aku adalah Galuh, tak ada yang aku takuti sekarang," ucap Galuh sambil tersenyum kepada kekasihnya.
Agi langsung mencium Galuh sekali lagi sebelum pergi. Keduanya seolah-olah seperti menyiratkan kalau ini adalah ciuman terakhir mereka kalau tidak selamat. Setelah itu lubang kokpit terbuka untuk Agi. Agi melepaskan ciumannya. Dia mengusap pipi Galuh sekali lagi sebelum terbang keluar. Di saat bersamaan Omega sudah melesat menuju ke arahnya sambil mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan cakar raksasa yang dimilikinya. Dari belakang Agi muncul sesosok naga hitam yang besarnya tak kalah dari Omega. Naga itu juga mengayunkan cakarnya hingga kedua cakar tersebut saling bertabrakan.
"ULTIMA!"
"OMEGA!"
Keduanya seolah-olah saling menyapa sebagai pertanda, "Ayo kita bertarung"
ECHO terbang cepat menuju ke arah Johan yang saat itu sudah berada di pinggir Shangri-La. Melihat ECHO menghampirinya ia segera bersiap untuk naik ke tubuh alien itu. ECHO kemudian berhenti tepat di dekat Johan membukakan pintu serta memberikan anak tangga kepadanya. Johan hendak naik ke sana, saat itulah Galuh muncul.
"Kau? Kenapa turun ke sini?" tanya Johan.
"Aku sudah tahu tugasku. Anda silakan pergi dulu, tak aman berada di sini. Profesor Garry biar aku yang menangani. Sekaligus juga Shangri-La," jawab Galuh.
"Kau sudah bertemu dengan Kesadaran Bumi yang memberikan kekuatanmu?"
Galuh mengangguk. "Dia sudah memberitahu semua yang harus aku lakukan."
Johan menghela napas lega. Dia kemudian segera naik ke dalam ECHO. Galuh kemudian turun berjalan menuju ke dalam Shangri-La. Tujuannya cuma satu menggunakan kekuatan pesonanya untuk menaklukkan Shangri-La. Dan kini matanya menyala keemasan menerangi segala penjuru ruangan Shangri-La.
* * *
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top