19 | Aku dan Ambisi Terbesarku


Sejak dulu orang mencari apa yang dinamakan dengan keadilan. Sejak kecil Garry ingin sekali merasakan yang dinamakan dengan keadilan. Apakah keadilan itu apabila seorang anak melakukan kesalahan lantas dihukum? Misalnya saja, memecahkan gelas ia harus menghadapi 20 kali cambukan rotan oleh ayahnya? Ataukah keadilan itu ketika ia mengadu tentang perilaku anak-anak sekolah yang nakal, tetapi mereka malah dibebaskan lantaran dari kalangan orang yang berduit, bahkan Garry harus meminta maaf atas perilaku mereka? Padahal dia tidak bersalah.

Di televisi ia menyaksikan para pejabat yang dihukum atas kesalahan mereka cepat sekali bebas. Sedangkan, mereka yang berasal dari golongan rendah harus menderita lebih lama dan sulit bebas. Dia juga melihat bagaimana sang ibu begitu sengsara setelah diceraikan oleh ayahnya, lantaran dosa yang tidak pernah dia lakukan. Ada seseorang yang memfitnah ibunya berselingkuh, padahal ibunya tidak pernah demikian. Ternyata, itu hanya kedok dari ayahnya agar bisa menceraikan ibunya agar bisa menikah lagi.

Apakah keadilan itu melepaskan anak seorang konglomerat yang baru saja menabrak anak kecil di jalan raya dengan segepok uang? Ternyata tak lama kemudian beberapa bulan setelah, anak konglomerat itu lagi-lagi menabrak orang lain. Tetapi kali ini yang ditabrak tidak terima. Alhasil tetap saja, anak konglomerat itu dinyatakan tidak bersalah di pengadilan. Malah keluarga korban yang ditabrak dinyatakan bersalah. Garry tertawa melihat itu semua. Peristiwa-peristiwa yang membekas di dalam hidupnya serasa memberikannya pelajaran, tak ada keadilan bagi orang-orang lemah. Keadilan itu hanya dimiliki oleh orang-orang kuat.

Lalu apakah ada salah satu formula agar keadilan itu bisa ada di muka bumi? Dengan cara apa? Dengan campur tangan yang bagaimana agar keadilan itu akhirnya datang? Apakah manusia-manusia seperti itu yang akan tinggal di muka bumi kelak?

Tidak. Garry justru heran kenapa manusia-manusia brengsek itu masih bisa berkeliaran di muka bumi. Keadilan apa yang ingin dikehendaki oleh semesta? Harusnya ada seseorang yang bisa menghukum mereka. Siapa? Siapa orang-orang yang bisa menghukum para pendosa itu? Para pahlawan super? Mereka hanya ada di dalam khayalan.

Sejak kecil Garry sudah menyenangi yang namanya ilmu pengetahuan. Dia beranggapan bahwa rumus keadilan bisa ia temukan suatu saat nanti. Keadilan yang membuat manusia-manusia menjadi kuat. Keadilan dimana bumi hanya diisi oleh orang-orang terpilih, orang-orang yang sanggup menciptakan dunia baru. Tapi tentunya tidak mungkin ia membuat virus untuk membunuh umat manusia. Dia bukan seorang pembunuh. Dia juga tak mungkin membuat bom nuklir. Sekali lagi ia bukan seorang pembunuh. Dia hanya ingin orang-orang lemah itu tidak ada, digantikan dengan orang-orang kuat.

Sudah lama Garry beranggapan kalau orang yang kuat adalah mereka yang memiliki kekuatan lebih. Itu sebabnya ia tak bisa melawan ayahnya. Ia juga tak bisa melawan orang-orang yang sering merundungnya. Dia pun bertanya-tanya kenapa orang-orang itu takut? Kenapa dia sendiri juga takut?

Dia pun menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Ternyata orang-orang itu akan patuh kepada orang-orang ditakutinya. Itulah alasan kenapa dia tak bisa melawan ayahnya, tak bisa melawan balik anak-anak yang merundungnya. Itulah alasannya. Kalau saja dia menemukan sebuah formula yang bisa menyebabkan orang lain takut, maka itulah jawaban dari semua pertanyaannya selama ini.

Garry terus belajar, belajar dan belajar. Dia tak pernah menghiraukan yang terjadi kepada dirinya. Ia menjadi maniak, menjadi orang yang sangat senang sekali dengan ilmu pengetahuan. Hal itu semata-mata dia lakukan agar ia bisa menemukan formula yang bisa membuat orang lain takut. Takut secara pasrah, alamiah, naluriah. Dia mencoba untuk membuat ramuan kimia, tetapi efeknya sangat buruk bagi penggunanya, maka ia urungkan hal itu, hingga datanglah suatu ketika peristiwa itu.

Suatu ketika Garry melihat berita di tevelisi, seorang perempuan bisa mengeluarkan api. Dia membakar apapun yang ada di hadapannya. Sampai akhirnya dia mencelakai seorang temannya sendiri. Perempuan itu bernama Aprilia. Yang kemudian dikenal dengan sebutan "Si Perempuan Api". Hanya saja nasib perempuan itu tak diketahui lagi, hingga akhirnya pohon-pohon raksasa muncul dari permukaan tanah yang menyebabkan jakarta dalam keadaan genting. Entah bagaimana pohon-pohon itu tiba-tiba terbakar sampai habis.

Garry merasa ada yang aneh dengan kejadian-kejadian itu. Ia menyelidiki segala peristiwa yang terjadi. Hingga akhirnya ia pun membuat kesimpulan bahwa ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Siapa perempuan yang bisa mengeluarkan api itu? Apakah dia manusia biasa? Alien? Ataukah yang lain?

Bukan Garry namanya kalau tidak penasaran. Dia penasaran dalam segala hal. Keingin tahuannya pun akhirnya membawa dia kepada wawancara khusus dengan Aprilia. Dengan berbagai cara ia ingin agar bisa berbicara dengan perempuan itu, meskipun mungkin dengan membayar sejumlah uang kepada penjaga Rumah Sakit Jiwa tempat dimana Aprilia dirawat. Siapa sangka Aprilia masih hidup setelah peristiwa yang membakar seluruh pohon dan juga dirinya. Tubuhnya ternyata tak bisa terbakar oleh api. Api seolah-olah enggan untuk melumat habis dirinya. Atas keputusannya sendirilah perempuan itu tinggal di rumah sakit jiwa dengan nama lain, sekarang namanya adalah Lastri.

Nama Aprilia menjadi Lastri didapatkan Garry saat ia mencoba untuk melacak orang-orang yang selamat dari peristiwa terbakarnya pohon-pohon raksasa. Dari setiap data rumah sakit tak ada pasien yang terbakar, hanya saja ada yang aneh ketika ada pasien yang masuk di salah satu rumah sakit jiwa dengan kondisi yang "istimewa". Garry pun menyelidiki hingga ke foto pasien, ia pun menemui kesamaan foto pasien dengan foto Aprilia. Aprilia masih hidup dengan nama lain.

"Siapa kamu?" tanya Aprilia saat Garry ada di hadapannya mengobservasinya dari atas sampai bawah.

Aprilia memakai straight jacket. Sebuah jaket khusus yang biasanya digunakan untuk orang-orang yang ketidak warasannya kumat. Pihak rumah sakit jiwa sering menggunakan jaket yang dibelit rapat itu kepada pasien-pasien khusus. Jaket tersebut membelit tangannya seperti orang memeluk, lalu di bagian punggung diikat kuat.

Sang ilmuwan pun mengernyit dengan kondisi yang sedang dialami Aprilia. Menyedihkan. Kenapa perempuan itu mau tinggal di rumah sakit jiwa, padahal dia bisa hidup di dunia luar.

"Langsung saja ke pokok permasalahan. Bagaimana kau mendapatkan kekuatanmu?" tanya Garry.

Aprilia keheranan. "Aku tak tahu maksudmu."

"Sudahlah, kau tak usah menyangkal lagi. Aku tahu siapa kamu. Di dalam rumah sakit jiwa menggunakan nama Lastri. Namamu yang asli adalah Aprilia, seorang bidan. Hanya saja entah bagaimana kau terlibat dalam kebakaran yang membakar pohon-pohon raksasa itu. Katakan kalau aku salah," ujar Garry.

Aprilia terdiam.

"Satu hal yang bisa aku tarik kesimpulan, kekuatan apimu luar biasa. Bahkan membuat dirimu tidak terbakar sedikitpun. Kau juga membuat pemakaman palsu tentang dirimu, itu artinya sudah kau siapkan semuanya bukan? Tetapi aku tak percaya dengan berita itu. Kau pasti mempunyai alasan untuk memalsukan kematianmu. Mungkin salah satunya karena orang yang kau cintai. Bukan begitu?"

Aprilia masih terdiam tak menjawab.

"Dengarlah, aku kemari tidak untuk bicara banyak kepadamu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kau mendapatkan kekuatanmu itu. Dari lahir? Ataukah dari sesuatu? Aku tak peduli dengan urusan asmaramu. Aku juga tak peduli apa motifmu melakukan ini semua. Aku hanya ingin agar kau menjelaskan darimana kau mendapatkan kekuatanmu itu."

Aprilia mulai bicara, "Ada urusan apa memangnya kau dengan kekuatanku?"

"Nah, aku suka kau bicara," jawab Garry yang makin sumringah. "Aku tertarik untuk menciptakan formula agar orang-orang tidak menjadi takut lagi."

Aprilia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak bisa mengatakannya. Apa kau akan percaya dengan apa yang aku katakan? Aku saja sudah menjelaskan ke banyak orang tentang apa yang terjadi kepadaku tapi mereka menganggapku gila dan memasukkanku ke sini."

"Wow, wow, wow, tunggu! Aku bukan orang seperti itu. Aku kemari benar-benar murni ingin mendapatkan ilmu pengetahuan," sanggah Garry.

"Tak ada yang bisa kau lakukan. Kau ingin mendapatkan kekuatan ini bukan? Tak ada yang bisa kau lakukan. Kau tak akan bertemu dengan makhluk itu. Makhluk itu hanya akan bertemu dengan orang-orang yang mereka pilih," jelas Aprilia.

"Jelaskan kepadaku!"

Aprilia menarik napas panjang. Dia cukup berat untuk bisa bercerita. "Suatu ketika ketika aku masih SMA. Sehabis berkencan dengan Johan. Biasalah anak muda. Saat itulah aku berpapasan dengan rumah yang terbakar. Tak ada orang yang tahu, tetapi aku bisa dengar ada suara minta tolong di dalam rumah tersebut. Mau tak mau tanpa pikir panjang aku pun segera pergi ke rumah tersebut. Pintunya terkunci ternyata. Aku kemudian mengambil ancang-ancang untuk mendobraknya.

"Pintu terbuka. Di dalamnya aku berusaha mencari-cari suara minta tolong itu hingga akhirnya aku menemukan dua anak kecil yang terkunci di dalam kamar. Aku dobrak sekali lagi pintu kamar tersebut, tetapi tidak bisa. Tenagaku ternyata tak cukup. Suara anak kecil yang ada di dalam kamar itu makin melemah. Ia pasti kehabisan napas. Aku panik. Mau tak mau aku mencari segala cara agar bisa menolognya. Aku tendang pintu itu, aku dorong, sampai kakiku sakit, akhirnya pintu terbuka. Tetapi permasalahannya tidak cukup sampai di situ.

"Anak itu memang sudah aku temukan, ada dua. Satu laki-laki satu perempuan. Mereka masih bayi mungkin tiga tahun. Saat aku mulai menggendong mereka untuk pergi, tiba-tiba saja atap rumah rubuh. Di situlah aku merasa ada yang janggal. Meskipun atau itu runtuh tetapi aku bisa melihat sesuatu di depanku, sesosok yang cukup tinggi sedang meringkuk di tengah rumah. Sosok itu berbadan api dan sedang menyentuh atap. Ia bukan hendak merobohkan tetapi hendak menyelamatkanku. Meskipun tubuhnya api, tetapi tidak dengan matanya. Matanya adalah cahaya, di atas cahaya. Cahaya yang mampu memadamkan api. Dia lalu menyapaku, 'Kau bisa melihatku?'

"Aku hanya bisa mengangguk karena tak berani untuk berkata apa-apa. Sosok itu lalu mendekat kepadaku, aku bahkan sampai ketakutan setengah mati, ototku lemas dan tubuhku tak mampu digerakkan lagi. Sosok itu masuk terus mendekat hingga jarakku dan jaraknya hanya sejengkal. Dia lalu berkata, 'Namaku Agni, kesadaran bumi. Aku sudah menduga akan bertemu dengan pemilik kekuatan api. Mulai sekarang api tak akan bisa melukaimu, api bisa kau perintah sesuka hatimu. Terimalah kekuatan ini.' Dia lalu menyentuh keningku. Anehnya aku tak merasa panas, bahkan api-api yang ada di sekeliling rumah yang terbakar itu terasa dingin. Tiba-tiba saja sosok itu lenyap.

"Sejak saat itulah aku bisa mengendalikan api. Dan api yang membakar rumah itu bisa aku padamkan. Aku bisa perintahkan mereka agar padam. Aku bisa menolong dua anak kecil itu, kemudian orang tuanya datang. Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Dia hanya meninggalkan anak-anak mereka sebentar ke toko, tetapi malah menyebabkan rumahnya terbakar. Dia juga berterima kasih kepadaku. Masyarakat yang berdatangan pun keheranan, bagaimana bisa api itu bisa padam sendiri. Yah, mereka tak tahu apa yang aku lakukan. Sejak saat itulah aku tahu kalau kekuatanku ini cukup berbahaya," akhir cerita Aprilia.

"Kesadaran bumi?" gumam Garry.

Aprilia tersenyum sinis. "Kau tak percaya? Aku bisa menerimanya."

"Kesadaran bumi ya? Emcyia y Ardlun. Aku pernah membaca suatu manuskrip sebagai suatu kegiatan isengku. Ada ajaran tertentu pada masa lalu, pada bumi di fase 4 manusia kuno berkuasa disebut ada Emcya y Ardlun. Suatu entitas yang akan memberikan kekuatan-kekuatan kepada manusia-manusia pilihan. Aku kira itu cuma mitos belaka, ternyata itu benar adanya," ujar Garry.

"Apa tadi kau bilang?"

"Ah, kau tak perlu tahu. Terima kasih, informasimu sangat berharga. Dan kau tak pernah bertemu atau bicara dengan Agni lagi?"

Aprilia menggeleng.

Garry tersenyum puas. Dia mengangguk-angguk. "Cukup aku rasa. Aku sudah mendapatkan bukti yang akurat. Tinggal sekarang adalah bagaimana agar aku bisa berkomunikasi dengan mereka."

"Kau tak akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran bumi. Mereka hanya memilih orang-orang yang mereka inginkan," kata Aprilia.

"Aku tahu. Dan aku juga tahu tentang Geostreamer. Dia satu-satunya manusia yang bisa berbicara dengan semua kesadaran bumi. Aku tak tahu dimana si Geostreamer ini, kalau tahu aku akan minta kepadanya agar aku bisa mendapatkan kekuatan yang sama denganmu."

"Tujuanmu apa sebenarnya dengan mengumpulkan informasi ini?" tanya Aprilia.

"Rahasia. Aku tak mau mengungkapkan kejutan, tetapi aku tadi sudah memberi clue kepadamu. Aku ingin menciptakan sebuah formula yang membuat orang lain tak menjadi takut," jelas Garry. "Baiklah, Lastri alias Aprilia. Aku harus pergi."

Garry kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan Aprilia. Dia sekarang berjalan dengan sangat mantab. Awal penjelajahannya tentang segala fenomena yang terjadi di planet ini mulai terkuak. Ia sendiri tak menyangka akan bertemu dengan Aprilia bahkan mendapatkan informasi yang penting. Hingga, ia pun keluar dari rumah sakit jiwa tersebut.

Di luar rumah sakit jiwa, ada sesuatu yang aneh. Malam sudah tiba ternyata. Tetapi ini terasa malam yang tidak biasa. Ada kegelapan di luar sana yang sepertinya menunggunya. Ia pun melangkah menembus kegelapan itu. Ia sendiri lupa dimana ia taruh kendaraannya. Tak ada lampu, tak ada penerangan. Dahi Garry berkerut. Ini kegelapan yang tidak biasa.

"Apa? Siapa?" tanya Garry. "Jangan bersembunyi, aku tak bisa melihatmu tapi aku bisa merasakan kehadiranmu."

Tiba-tiba dari kegelapan muncul suatu benda seperti kuku raksasa. Garry berjingkat hingga ia jatuh ke belakang. Kuku itu sangat besar, seperti kuku macan. Tidak, bahkan itu sebuah kaki hewan. Bagaimana kaki hewan bisa sebesar tubuh seorang manusia dewasa?

"Kau melihatku dalam kegelapan? Rasanya sudah lama tidak ada yang bisa melihatku, ah memang belum ada. Kenapa? Kau takut? Sudah sepantasanya kau takut," terdengar suara berat dan menggema.

"Siapa? Siapa?" tanya Garry sambil ketakutan.

"Beberapa waktu lalu kau sangat senang ketika mendengar tentang kesadaran bumi, kenapa sekarang kau merasa ketakutan?"

Garry terperangah. Kesadaran bumi. Apakah suara itu kesadaran bumi?

"Aku adalah Omega. Karena kau menginginkan kekuatan gelap. Ketakutan. Maka sebenarnya aku memilihmu. Ditambah kau bisa melihatku, itu artinya kita memang ditakdirkan untuk bisa bersama," kata suara tersebut.

"O-Omega?" tanya Garry.

"Sebelum dunia ini tercipta, aku adalah satu entitas bersama Alpha. Setelah peristiwa ledakan besar kami membagi diri-diri kami menjadi bintang, planet, meteor, asteroid dan banyak lainnya. Kalian juga adalah salah satu bagian dari serpihan kami. Dan kau beruntung mendapatkan serpihanku," jelas Omega.

"Maksudmu aku terpilih?"

"Ya, kau terpilih. Tetapi pertanyaannya aku ganti. Apakah kau siap menerima kekuatan yang sangat menakutkan?"

Garry menelan ludah.

"Kalau kau siap? Sentuhlah kakiku!" pinta Omega.

Tanpa banyak tanya dan ragu, segera saja Garry bangkit. Ia berjalan perlahan-lahan mendekati kaki Omega yang terlihat sangat besar itu. Perlahan-lahan tangan Garry di dekatkan, hingga akhirnya mereka bersentuhan. Seketika itu asap hitam menyelimuti Garry, semuanya berdesakan untuk masuk ke setiap lubang yang ada di tubuhnya.

Garry sempat memberontak karena rasanya sangat aneh. Tubuhnya seperti kemasukan air darimana pun. Tetapi setelah asap itu masuk semua ia pun linglung, nyaris terjatuh. Dia terperangah saat melihat hari masih cerah. Bukankah tadi malam?

"Kenapa? Kau terkejut?" terdengar suara di kepalanya.

"Apa? Siapa?"

"Aku Omega. Sekarang kita berada satu tubuh."

"B-bukankah katanya kesadaran bumi tidak akan berbicara lagi kepada pemilik kekuatan?"

"Kau kira aku kesadaran bumi biasa? Kau salah. Aku adalah Omega. Mari kita ambil manusia-manusia yang tidak memiliki rasa takut!"

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top