10 ~ Ini Kerja?
Setiap pekerjaan jika dinikmati akan berkah.
Berbahagia, suka pada apa yang dilakukan,
dengan lingkungan yang mendukung akan tercipta ketenangan.
Sebaliknya, sebanyak apa pun bayarannya,
tetapi pekerjaan itu penuh tekanan, suasana tidak nyaman,
maka hanya gelisah yang dirasakan.
(Hanggara Syauqi)
🍂🍂🍂
Dari hasil temuannya bersama Rafka, Angga tidak serta merta langsung menuduh adanya tindakan korupsi di perusahaan sang ayah. Dia memilih untuk bungkam dan terus mencari tahu keberannya.
Menuduh seseorang tanpa bukti yang kuat bisa dianggap fitnah jika tidak terbukti. Namun, meski ada bukti kuat dan yang dituduh adalah orang yang salah bisa dianggap pencemaran nama baik dan bisa dipidanakan.
Di zaman yang serba modern ini perlu kehati-hatian ekstra untuk menemukan bukti dan memberikan tuduhan yang tepat. Salah sedikit bukannya selesai justru persoalan makin runyam.
Selama beberapa hari Angga meminta bantuan Rafka untuk terus menemukan titik permasalahan. Namun, hasil yang didapat adalah nihil.
"Raf, kalau misal kita cari tahu soal Ar-Rahman dan Kak Ardi, gimana?"
"Bisa, sih, tapi agak lama. Kita nggak bisa cari tahu sendiri. Gue coba cari kenalan teman yang emang sering dan bisa diandelin."
"Gue serahkan semua sama lo, Raf. Semoga masalah ini bisa nemuin titik temu. Isi kepala gue udah nggak karu-karuan. Kepikiran terus."
"Dibawa santai, Ga. Ntar yang ada lo malah setres."
"Lo di sini aja, Agis semalam ngabarin kalau Bu Agnes mau ketemu. Gue cabut dulu, ntar balik lagi ke sini pas rapat sama para kepala bagian," tukas Angga.
Lelaki itu beranjak dan meninggalkan sahabatnya sendirian. Belakangan ini, Angga merasa semangat kerjanya sudah kembali. Bahkan lebih bersemangat dari sebelumnya, tetapi sekalinya bekerja dan fokus dia semakin tidak bisa mengendalikan waktu.
Kadang insomnia menemani malamnya. Begadang hingga dini hari bahkan baru bisa tidur setelah salat subuh dilaksanakan. Sehingga, baru saja terlelap selama satu jam alarm sudah berbunyi mengingatkannya untuk segera ke tempat kerja atau ke kafe.
Untuk sementara ini Angga sedikit abai pada skripsinya. Peristiwa pertemuan terakhir dengan Bu Agnes membuatnya enggan untuk menemuinya kembali.
Jika saja semalam Agis tidak memberitahukan dan memintanya ke kampus, sudah pasti Angga akan berbetah diri untuk tidak menemui dosennya sampai panggilan ditujukan padanya.
Rupanya, pertemuan dengan Bu Agnse cukup singkat. Wanita berwajah oriental itu meminta maaf atas kejadian sebelumnya dan memberikan kesempatan untuk Angga supaya mengajukan judul seminggu setelah pertemuan itu.
Angga memenuhi janjinya. Dia kembali sebelum jam makan siang dan langsung melaksanakan rapat bulanan bersama para kepala bagian. Setelah dibuka dengan salam, Rafka langsung menyalakan laptop dan memutar sebuah video.
Tampak sebuah motor melaju didepan ambulans yang diburu waktu karena kondisi pasien kritis. Kemacetan menghadang dan yang membuat geram adalah kesadaran warga yang minim tentang pentingnya mendahulukan ambulans.
Dengan sedikit usaha membuka jalan, akhirnya ambulans bisa sampai dan pasien mendapat penanganan tepat waktu. Mereka yang berada di ruang rapat mengangguk takjub dan mengacungkan jempol atas tindakan si pengendara motor.
"Saya ingin membuat J.A Expres lebih dikenal. Ini adalah salah satu solusi. Kita akan membuat tim khusus untuk Escort An Ambulance. Tugas mereka hanyalah mengawal ambulans supaya bebas hambatan dan sampai di tujuan lebih cepat."
"Apakah pihak rumah sakit dikenai biaya untuk pelayanan ini?" Ardi yang duduk di sisi sebelah kanan Angga mengajukan pertanyaan.
"Tidak, kita tidak akan mengambil keuntungan sepeserpun, tetapi dengan atribut lengkap J.A Express kita bisa mendapat keuntungan karena tim itu sering berinteraksi dengan publik."
"Lantas bagaimana dengan biaya operasional para rider?" Seseorang yang memiliki jabatan di bidang financial menanggapi.
"Perusahaan yang menanggungnya," ujar Angga.
Suasana ruangan menjadi sedikit ramai dengan suara bisik-bisik dari beberapa orang. Sebagian mulai paham, dan sisanya terkesan menolak dengan kebijakan ini.
"Apa yang kita dapat dari adanya tim khusus ini?" Koordinator kurir mencoba angkat bicara.
Angga menyandarkan punggungnya pada kursi sambil mengacungkan satu jarinya, "Pertama, kita tidak perlu repot-repot mempromosikan J.A Express terlalu sering karena mereka dalam tim khusus sudah mempromosikannya secara tidak langsung dengan menggunakan segala atribut berlabel J.A Expres. Kedua, setidaknya kepercayaan pelanggan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Ketiga, jadikan ini sebagai amal jariyah perusahaan ini."
"Beramal tidak hanya berupa materi, dengan kita turunkan tim khusus, setidaknya pasien, sopir ambulans, dan keluarga terbantu. Kita bermain dengan amal berupa jasa," ujar Rafka.
Semua pihak mangangguk paham. Sebagian yang berupaya menolak mencoba memahami dan akhirnya mengangguk setujut.
"Ini rencana saya, jika ada usulan lain atau perubahan bisa kita bahas di hari lain. Selamat beristirahat dan selamat siang," pungkas Angga.
Angga dan Rafka berjalan beriringan menuju ruang kerjanya. Setelah sekian lama enggan duduk di kursi kerja ayahnya, entah mengapa hari ini kepenatan justru membawanya untuk sekejap mencicipi kursi kerja sang ayah.
"Bro, datanya udah siap! Udah gue kirim via email." Rafka berujar dan memecah keheningan.
"Data apaan?"
"Soal hubungan Ar-Rahman dan Ardi Rusman!"
"Cepet banget dapet infonya?
"Gue nggak mau makan gaji buta kali, Ga!" ujar Rafka.
"Raf, ini beneran? Si Ardi Rusman jadi donatur tetap di beberapa panti asuhan dan panti jompo?" Angga bertanya dengan sedikit berteriak setelah menerima email dari Rafka.
Rafka menoleh dan mengangguk dengan mantap. "Beneran, dan di situ udah lengkap sama nama-nama tempatnya. Lo bisa cek di lembar berikutnya."
"Panti Asuhan Ar-Rahman? Ar-Rahman ..., jadi ini nama panti asuhan? kayak pernah gue denger, Raf! Lokasinya di mana?"
"Lokasi apaan?" tanya Rafka.
"Lokasi Panti Ar-Rahman!" Angga beranjak dari kursinya dan berniat menghampiri Rafka yang sedang menata berkas.
Belum sampai dua langkah, tubuh Angga oleng. Lelaki itu lekas berpegang pada meja kerjanya. Pusing di kepalanya terasa begitu hebat hingga menimbulkan sensasi berputar.
Rafka menoleh dan melihat temannya itu tengah meringis sambil memegang kepalanya. Rafka melebarkan langkah supaya bisa membantu Angga untuk duduk. Sayang, belum juga sampai, tubuh Angga sudah merosot dan bersandar pada meja.
"Heh! Lo kenapa, dah? Bisa bangun nggak?
Angga mengangguk dengan mata terpejam. Lelaki itu masih sadar, hanya saja jika membuka mata ruangan di depannya terasa berputar tiada henti.
"Gue kurang tidur, hampir semingguan lebih insom gue parah. Tidur abis Subuh, jam enam alarm udah jejeritan ngingetin buat ngantor."
Angga berbicara dengan mata yang masih terpejam. Rafka membantunya untuk duduk dan memberinya minum. Setelah terasa ringan baru si bos membuka matanya.
"Kebiasaan banget sih, Ga? Kalau misal Om Ahsya masih ada, gue yang bakal kena marah. Dipikir gue sekretaris pribadi ga becus ngurusin bos."
"Lo temen gue, bukan babu gue. Urusan makan doang, Raf! Masa semua urusan lo yang atasin?"
"Gue sekretaris pribadi. Catet di kepala lo, pri-ba-di, itu artinya semua jadi urusan gue."
Angga menyipitkan matanya dan menatap sahabatnya dalam-dalam. "Jangan terlalu perhatian, kalau gue suka gimana? Masa iya yang nikung Agis sahabatnya sendiri?"
"Najis, Ga! Gue masih punya Nindy, gue normal!" kesal Rafka.
Rafka beranjak dan meninggalkan Angga seorang diri. Angga yang merasa bahwa Rafka sedang kesal hanya tertawa kecil dan meringis kembali kala sensari berputar masih saja menyapa pengelihatannya.
Angga baru membuka mata saat mendengar suara pintu terbuka. Rafka masuk dengan membawa kresek. Setelah dibongkar, kresek itu berisi bubur sop kesukaan Angga dan rice bowl dengan menu beef teriyaki.
"Makan! Lo boleh kerja, tapi nggak kayak gini juga. Inget waktu, inget kondisi badan. Kalau nggak bisa ngatur lo itu bukannya kerja, tapi dikerjain kerjaan! Paham?" ujar Rafka.
Puaskah dengan double up?
Terima kasih sudah meluangkan waktu.
Tetap semangat untuk yang berpuasa.
Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan, ya!
🥰😍😘
🍂🍂🍂
ANFIGHT BATCH 8
#DAY 10
Bondowoso, 13 April 2021
Na_NarayaAlina
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top