A Lie

Mayat surai putih itu hanya bertopang dagu menatap sesosok manusia bersurai putih sepertinya tengah fokus mengumpulkan makanan yang masih bisa ia selamatkan untuk bertahan hidup.

"Jack kau mau yang mana?" Katanya pria itu menunjukkan beberapa bungkus onigiri ditangannya. Ada isian ayam dan daging.

"..."

"Kau lupa aku juga zombie?" Kata mayat surai putih yang dipanggil Jack itu menyipit.

Pria itu tertawa.

"Haha...habis kau anomali gini membuatku sering lupa kalau kau itu zombie" kekehnya.

"Aku sudah selesai, ayo pergi ke tempat aman" kata pria itu selesai dengan urusannya.

Jack hanya menurut. Sembari memendarkan pandangannya ke sekitar. Memastikan tidak ada zombie  yang tiba-tiba menyerang. Jack tak masalah dengan dirinya toh dia sendiri zombie. Hanya saja ia tak ingin Deny — pria ini dalam bahaya.

"Haha makan malam seadanya seperti ini membuatku kangen dengan anakku" kata Deny begitu mereka sudah ada di tempat aman. Menikmati makan malam seadanya.

Mulai lagi

Deny sering bercerita tentang anaknya yang terpisah darinya saat terjadi kekacauan. Penyesalannya. Satu-satunya alasan Deny masih tetap di kota mati ini tak lain adalah mencari anaknya.

Minimal ia ingin menemukan mayat anaknya. Ia sudah bertahan hidup bertahun-tahun hanya untuk motivasi itu.

"Bagaimana kehidupanmu sebelumnya, Jack? Apa ingatanmu sudah kembali?"

Jack menatap pria itu cukup lama. Memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian ia hanya menggeleng.

"Ada yang kuingat tapi sepertinya belum semua" katanya mengangkat bahu dengan ekspresi datar

"Eh apa tuh?" Deny tampak penasaran. Ia selalu penasaran dengan zombie anomali ini. Kenapa dia memilih menemaninya mencari anaknya dan sebagainya.

"..."

Ia menghela nafas panjang. Ingatan yang muncul baru-baru ini jelas sulit ia ceritakan kepada orang ini.

"Aku—"

Aku bersyukur menjadi anakmu, Ayah

Jelas sebuah kata yang takkan bisa ia katakan seumur hidup kepada pria ini.

"Seumur hidupku, aku tak pernah tahu kalau aku punya ayah"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top