We Meet Again

Tahun 2301

Sudah terlalu banyak perubahan silih berganti. Musim demi musim bergilir. Gadis bersurai keemasan itu hampir lupa, sudah berapa tahun berlalu sejak kejadian itu.

Sejak dia pergi. Dengan senyum di wajahnya yang begitu lega telah melaksanakan tugasnya. Sosok yang tampak seputih salju itu.

Sosok fana yang begitu rapuh itu.

Sudah 700 tahun berlalu sejak saat itu. Dan itu sudah nyaris dua kali lipat dari tahun yang telah ia jalani dalam keabadian. Namun rasanya masih seperti kemaren.

Ia rindu.

Namun bagaimana. Dia sudah tak ada dimanapun. Dirinya pun tak bisa mati. Kehidupan keabadian ini terasa sangat kosong.

Kosong

Kosong

Seperti nama orang itu. Nama yang sangat tidak sesuai dengan orang itu.

Tahun 2301

Eksistensi makhluk tak kasat mata sudah nyaris menghilang. Banyak jenis yokai yang tak ia temui lagi. Namun banyak yokai yang cukup pintar beradaptasi dengan dunia yang sekarang sudah terlalu banyak mesin.

Kadang melihat begitu banyak mesin di sekitar membuat ia kangen zaman-zaman dimana masih banyak pohon setiap ia melangkah. Saat-saat dimana banyak pejalan kaki alih-alih kendaraan.

Banyak yang ia rindukan.

Namun tetap, yang paling ia rindukan adalah orang itu.

Pria yang memilih membuang semua kehidupannya demi tinggal bersamanya bersembunyi dari keramaian. Yang berusaha keras untuk menepati janjinya untuk menemukan cara agar ia bisa kembali ke kefanaan.

Walau janji itu tak pernah tertunaikan hingga akhir hidupnya. Dia mati demi alasan lain. Demi orang banyak, demi dirinya.

Sekali lagi ia merindukan orang itu.

Apa konsep reinkarnasi masih ada di dunia ini?

Tap tap tap

Langkah kakinya terhenti ketika ia menyadari dirinya telah memasuki sebuah kuil. Gadis bersurai emas itu tertegun lama menatap toori di depannya.

Di zaman ini masih ada kuil?

"Selamat datang"

Sebuah suara datang dari belakangnya.Gadis itu terdiam. Lama sekali.

Suara itu...familiar.

Berapa lama ia merindukan suara ini. Suara yang begitu tenang bagai angin di awal musim dingin. Ia masih ingat jelas suara yang begitu teduh itu.

Tidak mungkin...tidak mungkin dia kan?

Gadis itu perlahan menoleh ke belakang. Sepasang manik mata keemasan itu membulat menatap sumber suara.

Rambut seputih salju, dengan wajah pucat seperti porselen. Mata merah yang sipit di depan matanya. Senyum teduh itu...

"A-"

Apa ia boleh berharap?

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya pemuda yang jauh lebih muda itu kepadanya tampak khawatir.

"Kau baik-baik saja Nona?"

Ia jarang menangis. Namun melihat apa yang didepannya sekarang membuatnya tak kuasa untuk menahan air matanya.

Berapa ratus tahun ia merindukan sosok ini?

"Utsu..."

Ia tahu. Ia tahu betul pemuda didepannya bukan orang itu. Tapi bagaimana mungkin ia tak menyebut nama itu sekarang.

Pemuda itu terdiam cukup lama. Menatapnya seolah tengah menyelami isi hatinya. Tatapan yang sama. Tatapan yang seolah berusaha untuk memahami orang lain. Perlahan tangannya terjulur. Mengusap wajah gadis bersurai emas itu.

"...Bagaimana bisa aku tidak peduli kalau melihatmu seperti ini"

Seulas senyum menghiasi wajahnya. Senyum yang begitu teduh. Seolah begitu lega.

"...Yanagi-san"

"..."

Gadis itu terkesiap. Ia belum menyebutkan namanya sama sekali. Tapi bagaimana...

Apa reinkarnasi itu benar-benar ada?

"...Utsuro-san? Benar-benar kau?"

Jangan...jangan membuatnya berharap.

Tapi...

Seulas senyum lagi-lagi menghiasi wajah porselen di depannya. Senyum yang seolah mengiyakan semua pengharapan gadis di depannya itu.

"Tadaima"

"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama..."

=======

Day 6 : tahun 2301

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top