The Day We be Together
Hari ini ketika pemuda bersurai putih itu terbangun, ia melihat hal aneh. Pemandangan serba merah yang tertutup asap hitam yang memualkan. Berkali-kali ia mengenjapkan mata untuk memastikan penglihatannya hingga ia dapat kembali menatap sekitarnya dengan normal. Dan akhirnya mendapati dirinya tengah berada di kamarnya.
"Ah...syukurlah kau sudah bangun, Utsuro-san"
Ia menoleh ke sumber suara. Seorang wanita dengan rambut emas disebelahnya tampak menatapnya dengan khawatir.
"...Yanagi-san"
"Apa yang terjadi?" Tanya pemuda itu mencoba mengingat-ingat.
"Kau ditemukan pingsan di depan pohon keramat. Ah sebelumnya ada aura yang sangat aneh menghantui seatreo kerajaan. Aku tak begitu tahu pasti apa penyebabnya" kata Yanagi memeras kain basah lalu menempelkan kain itu ke dahi pemuda yang rupanya panas.
Utsuro bisa merasakan dingin di kepalanya cukup membantunya tenang.
"Kau sudah tak sadarkan diri dua hari sejak hari itu. Dan sekarang pun kau masih sangat panas sekarang. Apa yang terjadi?" Tanya wanita itu khawatir.
Utsuro hanya diam ketika mendengar penjelasan Yanagi. Bukan karena tidak mau menjawab. Tapi entah kenapa sedari tadi penglihatannya terasa kacau. Berkali-kali ia kembali melihat pemandangan serba merah seperti tumpukan mayat di depan mata. Padahal ia tahu tak ada apapun.
Selain itu...
W̴̧͇̌́̀̀̍̕ă̶̺̤̰͚̬̰͔͚͓̝̎̒͝͠d̵̛̞̍̅̿͊à̴͎̯̪̗̓̃͜͝͝͝h̷̡̛͙͔͓̱͍͓͂̃̿͒͒̋ ̶̛͈̻̺̙̬̓̉̂̓͊̐ŷ̷̢̡̦̞͕̱̙̰̠͒̋̆̓͗͘͝͝͠â̶̡̰̘̹̐̀̌ņ̶̡̡͍̖̞͕͍͚̽̅̔̓̓͂̕͘͝͝g̴͎̮̯̈́ ̴̡̞̻͍̉̑b̸͓̱͐a̷̡̢̯̟̖͍̯̟͆̓̏̌̆̇̍͌̂͘g̶̰̥͚̋͂̒̆̈́̍͂̏̚ǔ̷̯̉̋̈̿͂̔̃s̷̡̛̖̘̘̱͉̥͎̓́̓̀̃͐̿̚
̸̧͖̟̻̞͕̞͐̾͊̔̀Ẅ̷̨͔̬̲̱̱͍͙̝́͌a̵̲͉̰̰̤̱̹̜͑͊̑̿d̵͉̣͇͈̞̄́̌̕ą̵͖̹̥̤̩̱͛̄ḩ̸͚͕̙͕̥͎̅̇̑ ̸̺͉͖́̓́̕y̵͕͌̾͌͂͒̂̃̅̋ǎ̸̹̈́n̷͚͓̣̜͛̍̀̽̋͐͠g̶̥̮̼̪̖̣̪̜͝ͅ ̴͕̈́͑́̂̃̈́k̶̢͚̦̦̐̾u̸̧̼̬͉̙͙̰͓̾͊͊̇͗̚ȁ̴̤̦̹͖̰̣̩̜̣͜t̸͙̘̜̺͖̄͌̿̓
̸̛̗̼͖͓͚͈̜͋͆͌̿̋͋̋̚P̵̡̠̺͔̓̄̒̌̎̾́̋̏ų̸̟̭̹̺͇͌n̶̳̮̱͕͈̩͉̽͐̈́͜y̶͍͇͔̌͗̌̑͊͝ą̶̛̮̥̫̟͙͑͗̔̒̐̎͗̚͝ͅk̵̗̱͈̹̾̑̎͑͑̎̓̽̏u̶̢̳̞̗͙̥̪̽͐̿̕͝
̷̧̨̟̳̰̥̫̫̠̥̊̈́̽̆́̓P̴̠̘̣̗̗͈̥̪̩͎̈́̉̽̈́͝u̴̧̫̝̥̞͈̣̲͖̇͛̄̏̀̎̉n̷͔͔̟͈̯͚͎͌͒̃͘y̸̨̌͂̏͂̐a̴̢̗̠̦̟̜͗̐̊̊̿̊k̶͎̭͍̬͋͊́̏ű̴̡̫̺̬̳̔̒̅̾̇͒
Sedari tadi ada suara aneh memenuhi kepalanya yang teramat berisik. Suara-suara haus darah yang penuh kebencian akan dunia. Nyaris meredam suara Yanagi di sebelahnya. Membuat nafasnya terengah karena kepalanya mulai sakit.
"Utsuro-san. Kau baik-baik saja?" Wanita itu tampak khawatir melihatnya terengah-engah.
"Baik...aku baik..." Utsuro hanya memasang senyum. Mencoba bangun, seolah semuanya baik-baik saja. Namun tatapan Yanagi kepadanya seolah menyiratkan kalau ia tak bisa dibohongi.
"Aura aneh yang tak menyenangkan itu...kurasa aku tahu penyebabnya" kata pemuda bersurai putih itu akhirnya.
Ia menatap kedua tangannya. Berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. Semua yang ia alami sedaritadi tak lebih karena aura itu.
Ia telah dikutuk.
Karena ia berhasil mencapai sumber aura itu tanpa disengaja.
"Yanagi-san" ia kembali menatap wanita itu.
"Kau butuh sesuatu, Utsuro-san?"
Utsuro meneguk ludahnya. Jauh di sudut hatinya ia tak yakin dengan keputusannya sekarang. Tapi ia harus segera memutuskan tindakannya setelah ini.
Walau keputusan itu membuatnya harus kembali ke dunia itu.
"Kurasa...aku harus kembali. Menjadi Onmyoji di tanah ini" katanya lirih.
Ah sungguh jalan yang tak ingin ia pijaki lagi. Dia sudah menemukan kebahagiaannya sendiri sebagai pengurus kuil kecil di tengah hutan ini.
"Aku...harus mengirim surat ke kekaisaran. Bisakah kau mengirimkannya nanti?" Pintanya ke Yanagi mulai meraih meja kerjanya.
Ia mulai menulis surat. Walau kepalanya masih sangat sakit sekarang, bertemankan suara berisik yang tampak berebutan seolah ingin mengambil alih tubuhnya. Ia harus melakukannya. Karena ia merasakan firasat buruk terkait aura aneh yang ia lihat sebelum pingsan.
Di samping Utsuro, Yanagi hanya melihat pemuda itu dalam diam. Seolah memikirkan banyak hal. Mereka sudah bersama lima tahun, ia tahu betul pilihan itu sepertinya tidak disukai pemuda itu. Kalau sesuatu itu bisa membuat Utsuro kembali, pasti aura tersebut bukanlah hal yang bisa ditinggal.
"Baiklah" kata Yanagi akhirnya.
"Tapi Utsuro-san..." katanya menerima surat itu. Masih menatapnya khawatir.
"Mm?"
"Kau jangan terlalu memaksakan diri, oke? Aku...aku juga akan membantu sebisaku"katanya penuh tekat.
Utsuro hanya tersenyum manis.
"Aku akan jaga diri. Aku janji. Terima kasih Yanagi-san" katanya kalem.
"Tolong ya" titipnya.
Wanita itu mengangguk. Meninggalkan pemuda bersurai putih itu di kamarnya. Tampak raut wajah sedih yang seolah berusaha ia sembunyikan ketika meninggalkan tempat itu.
Sementara Utsuro...
Dia kembali tergeletak memegangi kepalanya yang sakitnya semakin menjadi karena suara suara aneh itu semakin berisik. Mentertawakannya, menghinanya, mengata-ngatai dunia. Dan segala kata-kata yang begitu penuh akan dendam begitu memekakkan telinga yang tak bisa ia usir dari kepalanya.
"...apa tujuan kalian?" Desisnya di tengah penderitaan itu.
Sayangnya mereka tak mau menjawab kata-katanya. Selain berisik dengan egoisnya hanya membicarakan diri mereka sendiri ataupun keluar dari benaknya.
Sepertinya Utsuro harus bersama mereka dalam waktu yang lama. Berapa lama....entahlah.
======
Day 1 : "Hari ini ketika aku terbangun..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top