Astral Projection
Pagi yang cerah, dan cukup tenang untuk meditasi. Waktu yang bagus untuk melakukan perjalanan meragasukma.
Sebentar cek sekitar dulu. Utsuro tak ingin Yanagi tiba-tiba menemukannya pingsan lagi ataupun diganggu Tanuki-sama untuk menyeretnya pergi ke distrik remang-remang. Sesat memang dewa satu itu.
"..."
"Aman sepertinya"
Ia lalu pergi ke pohon keramat di samping kuil. Tempatnya biasa meditasi. Lalu mulai memejamkan matanya.
Beritahu dia tentang masa lalu itu. Tentang segala sumber dari masalah mereka akhir-akhir ini. Asal miasma hitam gelap itu.
Begitu ia membuka mata yang ia dapati adalah tempat yang tak ia kenal.
Ada banyak pasukan berkuda dengan pakaian bulu. Padahal bukan musim dingin. Dari pakaiannya juga tidak seperti pakaian umum dikenakan penduduk Edo.
Dia dimana?
Utsuro memutuskan untuk sedikit menyusuri sekitar. Baru beberapa menit tahu-tahu ia sudah berada di pasar. Pasar ini juga tak terlihat seperti pasar Edo. Terutama orang-orangnya memiliki wajah sipit yang berbeda dengan mereka.
Lebih mirip orang...Tiongkok? Entahlah Utsuro belum pernah bertemu langsung dengan mereka, ia hanya pernah mendengar cerita orang-orang negeri seberang itu di perdepokan.
Tapi kalau benar begitu kenapa dia disini? Memangnya miasma hitam itu berkaitan dengan mereka?
Utsuro masih menatap bingung sekitarnya ketika ia melihat orang-orang itu transaksi tidak menggunakan kepingan emas. Melainkan kertas bergambar yang membuatnya mengerutkan dahi. Kenapa tidak menggunakan emas? Aneh sekali.
"Ah ada hukuman mati lagi"
"Ini sudah keberapa kalinya"
Terdengar pembicaraan yang cukup aneh dan lebih anehnya lagi mereka membicarakannya terdengar seolah sudah sangat biasa. Bagaimana bisa mereka membahas hal sesantai itu?
Utsuro memutuskan untuk mengikuti orang-orang yang membahas hukuman mati barusan, dan akhirnya perjalanannya membawanya kepada adegan penggal massal di alun-alun kota oleh pasukan berkuda dengan mantel bulu tadi. Utsuro meneguk ludahnya pahit.
Ia melihat aura hitam itu di sekitar mereka. Berbau putus asa, kebencian, dan kehancuran. Tak setebal yang menjadi masalahnya akhir-akhir ini. Namun tetap terdengar familiar.
"Hidup kaisar Khan"
Terdengar beberapa teriakan seperti itu. Terdengar seperti teriakan perang.
Ah...ia tahu lawannya apa sekarang.
=====
"...ro-san"
"Utsuro-san..."
"Bangun Utsuro-san"
"Hah?!"
Pria berambut putih itu kembali membuka matanya. Mengenjapkan mata berkali-kali. Apa yang ia lihat sekarang lebih familiar. Kuil yang dikelilingi hutan pinus. Kuil Tanuki.
"Utsuro-san. Kau mimisan" sebuah suara disampingnya membuyarkan lamunannya. Tampak gadis bersurai emas tampak menatapnya khawatir.
"Ah...maafkan aku Yanagi-san" reflek ia menutup hidungnya. Tertawa kecil menatap wanita itu.
"Kau astral projection lagi? Bukannya itu bisa semakin membahayakan nyawamu. Bagaimana kalau 'rakuen' membawa lari tubuhmu dan kau tak bisa kembali ntar" sungutnya sepertinya akan memulai ceramahnya untuk kesekian kalinya.
Utsuro hanya bisa tertawa miris mendengarnya.
======
Day 17 : Dinasti Yuan
Aku ga tau aku tutup mata saja T^T
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top