Bab 5
Wali kelas atau sering dipanggil Pak Kurdi sedang berhadapan dengan Reyna. Gadis berwajah tirus itu tengah menguap karena kantuk. Dia membersihkan area meja di depannya dan hendak tidur kembali, sebelum Pak Kurdi berdehem, menghentikan aksinya.
"Masih ngantuk? Padahal udah melek lama." Pak Kurdi membuka obrolan.
"Iya nih, Pak. Ngantuk. Tidur bentar ya?"
"Enak saja!" jawab Pak Kurdi cepat, "sekarang kamu itu adalah di ruang BK. Nggak takut namamu dimasukkan ke buku hitam?"
"Hah?" Reyna menjawab lesu. "Tolong maklumin bisa nggak, Pak? Lagi ngantuk banget nih."
"Lah? Kamu begadang semalam?" tanya Pak Kurdi.
Reyna menggeleng pelan.
"Trus kenapa? Coba jelaskan ke bapak."
"Nggak ada, Pak, cuma bawaan ngantuk aja ini."
Pak Kurdi menghela napas panjang. Siswa di depannya ini masih belum sadar sepenuhnya. Kemudian dia memutuskan....
"Ya sudah, kamu bapak hukum membersihkan lapangan basket sepulang sekolah."
Reyna mengangguk setengah tidur.
Pintu diketuk, terlihat guru perempuan masuk dengan siswa laki-laki di belakangnya.
"Bu?" sapa Pak Kurdi melihat kedatangan mereka.
"Maaf Pak Kurdi, ada siswa saya yang ketiduran pas pelajaran. Makanya saya bawa ke sini."
"Wes, sama kita, Bu. Ini murid saya juga ada yang ketiduran di kelas. Akhirnya saya hukum bersihkan lapangan basket sepulang sekolah."
"Oalah, sekalian kalo gitu, Pak," lanjut Guru itu, "sekalian aja sama anak yang satu ini."
"Baik, Bu, siap." Pak Kurdi mengalihkan pandangan. "Kalian berdua, dengar kan apa yang harus kalian lakukan?"
Keduanya mengangguk.
"Coba ulangi," perintah Pak Kurdi.
"Membersihkan lapangan basket," jawab keduanya hampir bersamaan.
Begitu mendengar suara satu sama lain, mata mereka tiba-tiba menjadi ringan dan melihat ke wajah masing-masing.
"Ridho!"
"Reyna?!"
"Lo ngapain ke sini? Yahaha kasihan! Masuk BK kan lo?" Ridho menyindir serta mengejek.
"Hah? Lo juga sama, Rid. Katanya mau jadi guru, kok masuk BK? Haha!"
"DIAM!"
Seketika ruangan menjadi senyap ketika mendengar perintah tegas Pak Kurdi barusan.
"Sekarang bapak tidak ingin mendengar suara kalian lagi. Nama kalian sudah bapak catat, jadi jika ingin nama kalian dihapus, laksanakan hukuman kalian dengan baik."
"Baik, Pak," jawab keduanya lirih.
"Ya sudah, silahkan keluar dari sini."
Mereka pun keluar ruangan tanpa sepatah katapun. Ridho menutup pintu, dan hendak mengejek Reyna lagi tetapi dia malah terdiam ketika melihat wajah Reyna yang tersenyum lega. Ia mengurungkan niatnya.
Entah kenapa Ridho sangat menyukai momen ini, dia merasa seolah tak ingin ekspresi itu hilang. Ridho merasa candu seketika.
"Reyn!"
Sebuah suara merusak memon menyenangkan itu. Keduanya menoleh, dan terlihat Roy dan Nurul yang berjalan ke arah mereka.
"Kalian dihukum apa?" tanya Roy begitu tiba.
"Cuma disuruh ngebersihin lapangan basket," jawab Reyna santai.
"Fiu, syukurlah, nanti aku bantu ya." Nurul berinisiatif.
"Gue juga sekalian, biar cepat beres. Oh iya, nih bonekamu." Roy memberikan boneka beruang kecil berpita putih di lehernya.
Tunggu.
Reyna tampak tak asing dengan benda ini. Dia merasa pernah melihatnya baru-baru ini ... benar! Bukankah ini milik arwah anak kecil itu?
"Lo nemuin ini dimana?" tanya Reyna sebelum menerima boneka itu.
"Di atas meja lo," kata Roy, "Btw, sejak kapan lo punya tuh boneka, Reyn?"
"Sejak kedatangan gue!"
Suaranya datang dari belakang mereka. Semuanya menoleh dan terlihat gadis seksi berkacamata yang memegang dokumen di tangan kanannya. Bibirnya begitu merah dan menggoda.
"Afsari! Udah selesai urusan di gedung kemaren?" tanya Roy yang begitu terkejut dengan kedatangan siswa itu.
Gadis yang bernama Afsari itu hanya mengibas rambut hitam panjangnya. Dia berjalan maju dan memberikan dokumen tersebut kepada Reyna.
"Itu adalah berkas penandatanganan kontrak jual-beli saham. Oh iya, lo lo pada kenapa bisa ada di depan ruang BK kek gini?"
"Itu, gue sama Ridho ketahuan tidur di kelas. Makanya dipanggil ke sini. Tapi nggak papa sih, hukumannya cuma ngebersihin lapangan basket doang."
"Oh, ya sudah, selesai rapat OSIS gue ikut bantu ya." Dibalas dengan anggukan Reyna. "Maaf nih, gue harus ke ruangan OSIS, sebentar lagi ada rapat."
"Oke."
Setelah itu, Afsari pun berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Jadi, kita mau ngapain sekarang?"
"Ke kantin, yuk! Aku mulai laper," saran Nurul yang mengelus-elus perutnya.
Semuanya setuju dengan saran itu dan segera bergegas ke kantin.
***
Setelah bell berbunyi tiga kali, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Mereka berteriak kegirangan karena sekolah hari ini telah berakhir. Sementara Reyna dan teman-temannya menuju ruangan lapangan basket, mengambil alat pembersih dan sejumlah ember berisi pewangi.
Ridho bertugas untuk mengepel seluruh lapangan sementara Reyna menyapunya. Nurul dan Roy bantu-bantu di bagian pemungutan sampah yang ada di lapangan, dan memungut bola yang berserakan.
Semuanya bekerja dengan baik, tak ada satupun yang bermalas-malasan. Tak terasa, pekerjaan mereka hampir selesai, hanya perlu mengembalikan ranjang bola ke gudang dan membuang kotak sampah karena sudah penuh.
Afsari pun datang sambil ngos-ngosan. Dia terlambat karena rapatnya mengalami kendala dan baru bisa selesai sekarang.
"Maaf semua, gue terlambat. Tadi ...."
"Santai aja, Af, pekerjaannya juga ringan kok. Lihat, lapangannya udah kinclong, 'kan?" Nurul menenangkan Afsari yang terlihat bersalah.
"Tapi kan gue udah janji mau bantuin, Rul."
"Ya sudah, kalau begitu, bantu aku buang sampah yuk. Ridho sama Roy balikin bola ke gudang ya."
"Oke siap," kata keduanya sambil memberikan jari jempol.
Reyna mengangkat tangan. "Eh trus, gue ngapain?"
"Reyna istirahat aja. Nanti kami balik lagi kok."
Reyna menerima usulan Nurul barusan. Dia akhirnya memilih untuk duduk di sana satu kursi penonton lapangan itu. Suasananya begitu berbeda saat semua teman Reyna pergi.
"Seandainya gue waktu itu tidak berpikiran pendek."
Sebuah suara terdengar tak jauh dari tempat Reyna duduk. Dia menoleh, dan terlihat seorang siswa seumuran dengannya, tetapi dengan tatapan mata putih dan berkulit pucat gelap.
"Makasih tadi udah bantuin gue," jawab Reyna.
Saat bersih-bersih tadi, Reyna meminta bantuan arwah tersebut. Reyna merasa kasihan karena arwah itu hanya duduk termenung sejak awal kedatangan Reyna dan teman-temannya, jadi Reyna memberikannya sedikit pekerjaan.
"Gue nggak pernah tau kalo ada indigo di sekolah ini."
"Jelas lah. Selisih kita beda empat tahun. Wajar aja kalo lo nggak tahu keberadaan gue. Tapi kalo boleh tau, lo meninggal gegara apaan?"
***
Seorang perempuan berdiri di depan kantor ekspedisi. Di tangan kanannya yang pucat, terdapat amplop putih polos. Tak lama, perempuan itu masuk.
Di dalam, dia menyerahkan amplop dan sejumlah uang untuk membayar jasa pengiriman tersebut.
"Baik, satu amplop dikirim kepada Reyna ya. Terima kasih, selamat datang kembali, Kak," kata sang pelayan. Dia tak begitu memperhatikan orang di depannya, dia terlihat sibuk di depan komputer dan memakai headphone di telinganya. Perempuan itu pun pergi dari sana, uang yang dia terima barusan pun tiba-tiba berubah menjadi daun dan si kasir memasukkannya ke mesin tanpa mengecek.
***
REKOMENDASI NOVEL
Yang pertama, aku rekomendasi adalah cerita dengan judul Katanya Mimpi itu Cuma Omong Kosong milik kak dkfmxk genre: Teenfic, Thriller, Fantasy
Blurb :
Val pikir, semua orang yang punya kehidupan layak dan dikelilingi keberuntungan bisa hidup bahagia. Val pikir, dengan memiliki hidup seperti orang lain bisa membuatnya bahagia pula.
Itulah yang membuat Val akhirnya bersedia hijrah ke Norch, kota di mana Tempat Pelelangan Nasib Baik berada. Berharap setelah ini hidupnya bisa semanis orang lain. Namun sepertinya, Val melupakan satu hal bahwa semua yang terlihat, tidak selalu seperti apa yang dia lihat.
***
Yang kedua, aku merekomendasikan Lets Not To Fall In Love milik Mak bluebellsberry
Genre: Romance Fantasy
Blurb:
Alice mati setelah diracuni Rosse, sesaat setelah ia menemukan Dave, suaminya, tewas di ruang kerja karena kejang akibat serangan jantung. Akan tetapi, keesokan paginya ia terbangun dan kembali ke rentang waktu dua tahun yang lalu, sebelum hari pernikahannya dengan Dave. Alice menyadari ada yang salah, dan mulai mencurigai Rosse. Di kehidupan keduanya, Alice pun bertekad untuk menghentikan kemalangan yang akan terjadi pada ia dan suaminya, yang ternyata melibatkan salah satu orang kepercayaan Dave.
***
Yang terakhir aku punya The HAZEL milik Kak arlianiarsl
Genre : Thriller - Romance
Blurb :
Dari semua angan Paramitha Loka untuk bisa dekat dengan Radeva, perwira kepolisian yang diam-diam ia kagumi, tak pernah terbayang jika prosesnya harus melalui sebuah kasus penemuan bola mata manusia di dalam mobil terbengkalai. Penemuan potongan tubuh korban di hari berikutnya, ternyata juga membuka jalan menuju teka-teki kematian orang tua Radeva belasan tahun silam.
Secercah harapan kebersamaan lahir ketika Loka dan Radeva menjalin kerjasama penyidikan. Tapi, bagaimana jika Loka adalah kepingan yang hilang dari kasus pembunuhan orang tua Radeva? Perlahan, takdir memaksa harapan kandas melalui tabir fakta yang tak pernah terduga.
Persahabatan, persaudaraan, harapan, ketulusan, dan cinta. Pada akhirnya, terkhianati oleh rahasia kelam pada tiga masa berbeda.
***
Hallo, Horrores, terima kasih banyak telah membaca sejauh ini. Aku sangat bersyukur karena ada manusia sebaik kalian yang mau baca cerita Horor pertamaku. I love u all❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top