Bab 3

Arwah anak itu menghilang, tetapi Reyna masih dengan jelas merasakan hawa keberadaannya. Suasananya semakin mencekam begitu benda-benda yang ada di atas meja Direktur berjatuhan. Cermin bulat besar yang ada di ruangan itu tiba-tiba retak.

"Cepat bereskan! Aku sudah tidak tahan melihat kengerian ini."

Direktur berteriak, wajahnya penuh kepanikan. Napasnya terengah-engah melihat kejadian barusan.

Roy mendekati dan berusaha menenangkannya. "Pak Direktur dimohon tenang, bos saya sedang melakukan pekerjaannya. Diharap untuk tidak mengganggunya."

"Masa bodoh!" Direktur menepis tangan Roy dari lengannya. "Jika ini lebih lama lagi, aku akan gila. AKU AKAN GILA!"

"Jangan-jangan—"

"Bukan!" Reyna menyelah. "Keberadaannya masih bisa dirasakan tetapi bukan di tubuh Direktur itu. Anak kecil itu menginginkan kedatangan ayahnya. Roy, siapkan garam dan buat lingkaran, aku ingin memasuki alam gaib."

"Siap, Reyn."

Roy beralih mendekati Reyna, dia menabur garam dalam bentuk melingkari tubuh Reyna. Sementara Reyna bersemedi dan membaca mantra-mantra.

Begitu Reyna membuka mata, dia sudah berada di alam yang berbeda. Dengan kata lain, saat ini dia ada di alam roh. Manusia biasa tak akan bisa melihatnya.

Reyna mulai berdiri dan pergi mencari arwah anak kecil tadi. Reyna mencoba mencari di lantai tersebut tetapi tak menemukan apapun. Hingga dia tiba-tiba mendengar tangisan anak kecil di sudut toilet.

Anak kecil berambut sebahu itu menangis sambil memegang boneka beruangnya. Reyna perlahan mendekatinya dan menyamai tinggi mereka.

"Hai adik," sapa Reyna lembut.

Tangisannya berhenti, dia perlahan mulai menatap Reyna dan kebingungan. "Kakak siapa?"

"Aku adalah manusia. Sama sepertimu."

"Apa kakak teman ayahku? Ayah sering membawa perempuan muda ke rumah dan bermain di atas ranjang tidur."

"Ah, begitulah." Reyna hanya tersenyum tipis mendengar perkataan arwah itu. "Apa kamu mengenal kalender?"

"Kenal Kak, kalender berisikan nomor hari, bulan dan tahun."

"Pintar!" Reyna memujinya. "Sekarang tahun berapa?"

"Eh .... 2018."

3 tahun yang lalu ya? Itu berarti sejak Direktur itu menjabat. Pikir Reyna.

"Kenapa Kakak diam? Salah ya? Tapi aku yakin udah bener kok."

"Ah tidak, kamu benar. Oh iya, kamu kelas berapa?" tanya Reyna lagi.

"Aku masih TK, Kak. Apa aku tidak terlihat seperti anak TK?"

Reyna menggeleng. "Anu, bisa kamu sebutkan nama lengkap Ayahmu? Aku sedikit lupa."

"Ah iya, namanya—"

Tiba-tiba mulut gadis itu membisu. Senyap, tak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya.

DEG!

Jantung Reyna berdetak kencang, rasa sakit perlahan mulai datang dan Reyna mau tak mau menyudahi pertemuan mereka.

Sial! Reyna menutup sebelah matanya, tubuhnya terasa berat untuk digerakkan.

Mata Reyna kembali terbuka, kini dia sudah ada di alam nyata. Roy yang sejak tadi menjaganya terkejut.

"Reyn, kau baik-baik saja?" Roy tampak khawatir dengan Cewek berambut silver panjang itu, dia bahkan memegangi kedua bahunya.

"I-Iya, aku baik-baik saja."

Reyna menepis tangan Roy dengan lembut. Roy tampak sedih, tetapi dia segera menghapusnya dan mengalihkan topik pembicaraan.

"Bagaimana? Sudah mendapatkan informasinya tentang arwah itu?"

Sayangnya Reyna menggeleng. Dia gagal mendapatkan informasi, padahal tinggal sedikit lagi. Mungkin dia perlu mempertajam kemampuan tenaga dalamnya.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Paling tidak, kau sudah melakukan yang terbaik untuk misi kali ini."

Dari belakang, Direktur itu tertawa puas dengan banyak keriput di wajahnya. "Sudah kuduga kalian itu hanya penipu! Jika bukan karena surat perjanjian ini, sudah kujebloskan kalian berdua ke penjara!"

Roy hendak meladeninya, tetapi Reyna mencegahnya. "Ya, aku mengakui ketidakmampuanku menangani arwah ini. Tetapi aku memiliki solusi untuk kasus kali ini. Carilah karyawan, seorang ayah, anaknya masih TK di tahun 2018 dan pernah bekerja di sini. Suruh dia ke ruanganmu dan panggil nama anaknya tiga kali."

"Hah? Setelah gagal kau masih ngomong ngelantur! Benar-benar penipu ulung."

"Terserah. Aku tak akan memaksamu untuk mengikuti saranku, tetapi yang jelas, itulah solusi dari permasalahan gedung ini. Roy, ayo pergi."

Roy merangkul pundak Reyna dan membantunya berjalan. Reyna sudah tak punya tenaga lagi, seluruh tubuhnya benar-benar mati rasa.

"Oh iya," kata Reyna saat tepat hendak melewati Direktur. "Aku turunkan saham perjanjian itu menjadi 10% jika Anda mau menuruti saranku barusan."

Direktur berdecih. "Manusia licik. Kau akhirnya membuatku tak memiliki pilihan lain."

"Karena memang hanya itu pilihannya."

"Baiklah-baiklah, aku akan mencoba saranmu barusan." Direktur berpikir ke depan, dia lebih baik kehilangan 10% saja. Saran Reyna pun tidak terlalu susah untuk dilakukan, jadi dia mengiyakan kesempatan itu.

Mereka segera berlalu dari ruangan itu. Saat menuju pintu keluar, terlihat San yang dengan santainya berjalan diantara para pegawai, tetapi tak ada satupun yang mencurigai kehadiran San.

"Ayo," kata San sembari merangkul pundak Reyna yang satunya. Ketiganya berjalan keluar gedung itu.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di dekat motor Roy, begitu pintu mobil terbuka, terlihat Nurul yang langsung bergegas turun dan khawatir dengan keadaan Reyna.

"Tuh, 'kan! Reyna kenapa memaksakan diri lagi?" tanya Nurul kesal.

"Maaf."

Hanya kata itu yang Reyna keluarkan dengan nada lirih. Dia melanggar janjinya kepada Nurul lagi.

Setelah hari itu, mereka kembali ke markas—di ruang bawah tanah dekat rumah San—dan Reyna masih belum pulih sepenuhnya. Dia mengenakan pakaian tidur dengan banyak hansaplass di kulitnya.

"Rid, beliin gue susu stroberi!" perintah Reyna di atas ranjangnya. Dia tengah berbaring santai sambil menonton acara kesukaannya. Ekspedisi Merah.

"Mulai-mulai! Lo tuh kalo sakit gosah nyusahin orang lain bisa kagak?" Ridho mengomel.

"Idih! Sampe segitunya enggan bantuin orang sakit. Parah lo, Rid."

"Bicit! Nyadar waktu gak? Ini udah tengah malem, Ren. Tokoh udah pada tutup." Ridho menyadarkan Reyna.

"Halah Alesan lo! Tuh minimarket di depan jalan raya buka 24 jam."

Ridho geregetan! Ingin dia hantamkan Reyna ke dinding, tetapi Ridho tetap menahannya. Dia akhirnya menghela napas berat, Ridho mengambil kunci motor Roy, dan menuju ke minimarket yang Reyna maksud barusan.

Tak lama setelah Ridho pergi, Roy tiba-tiba mendatangi kamar Reyna. Dia memberikan telepon itu kepada Reyna.

"Maaf."

Suara Direktur terdengar lirih di balik telepon.

"Untuk?"

"Karena telah menuduhmu sebagai penipu. Untuk itu saya ingin meminta maaf."

Alis Reyna terangkat mendengarnya. "Oh begitu. Jadi Anda sudah berhasil menenangkan arwah itu ya? Bagaimana ya bilangnya. Anda tidak boleh memarahi karyawan itu, jika ingin kedamaian selamanya. Untuk masalah saham, akan ada seorang gadis yang mengurusinya ke kantor Anda besok siang. Code name-nya AF."

Menurut data yang San peroleh, ayah arwah itu adalah seorang yang sering melakukan kesalahan. Itulah sebabnya dia akhirnya di pecat dari perusahaan. Tak lupa, dia adalah single parent.

Reyna memprediksi bahwa anak kecil itu meninggal karena terjebak di dalam toilet. Anak kecil seperti itu tidak akan mengerti cara menggunakan Toilet kantor. Jadi, hal itu sudah cukup masuk akal. Apalagi kantor itu dipenuhi dengan pegawai yang tidak memiliki simpati.

***
PROMOSI NOVEL!

Hallo, di sini aku mau merekomendasikan bacaan dengan judul Beelovasta milik Kak Fielsya
Genre: Romance-Supernatural

Blurb:
Rama berambisi menjadi atlet bulu tangkis nomor satu dunia setelah selalu kalah dan dapat cemoohan dari banyak orang. Namun, pada suatu hari, seorang fans yang tak dia kenal, memberinya sebuah raket dan mengatakan itu adalah raket ajaib. Dan, ternyata hal itu benar adanya setelah laki-laki itu berhasil menjadi juara di beberapa turnamen berturut-turut. Hal itu pun membuat Rama menjadi sombong. Akan tetapi, rupanya raket itu menyimpan sebuah rahasia mistis yang mengganggu kegiatan Rama hingga di luar arena pertandingan, terlebih saat dia sedang sendiri.

Viola, teman dekat Rama, yang kebetulan memiliki penglihatan gaib, mencoba menjelaskan bahwa raket itu bisa membawa malapetaka untuknya di kemudian hari, tetapi Rama justru menuduhnya tak suka dengan kesuksesannya. Hingga akhirnya, Rama yang terus diganggu hal-hal mistis, dibantu Viola untuk menjauhkan raket itu darinya. Berhasilkan mereka mengembalikan Rama ke kehidupannya yang normal seperti sebelum raket itu muncul? Mampukah Rama meraih ambisinya untuk menjadi pemain terbaik dunia?

***

Yang kedua ada Game of Torch punya kak Ran_Sya
Genre: Fantasy-Comedy

Blurb:
Tentang tiga gadis SMA yang terjebak di dunia dongeng. Satu-satunya cara agar bisa kembali adalah menuruti perintah Kapten North si Antagonis, dengan mengikuti Turnamen Obor yang terkenal berbahaya.

Lizy tidak menyangka jika alur sebuah cerita dongeng akan menjadi petunjuknya dalam bertahan hidup di dunia entah berantah.

Bersama Elli dan Lyma, ikuti petualangan Lizy dalam menaklukkan Turnamen Obor yang berbahaya.

Rating: 18+

***

Yang terakhir hari ini ada Who's the Killer milik Kak Aelvin
Genre : Mistery - Thriller

Blurb :
Label “anak pembunuh” sudah melekat sempurna pada diri Giana setelah berita resmi ayahnya keluar. Muak dengan label tersebut, Giana memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Awalnya, ia berusaha mencari sang ayah yang hilang setelah dilabeli sebagai pembunuh. Ia percaya ayahnya yang baik hati dan bertanggung jawab tak mungkin menghilang begitu saja. Pencariannya akhirnya membuahkan hasil, walau tak sempurna. Ia hanya berhasil menemukan buku agenda milik ayahnya yang malah menambah semakin banyak teka-teki.

Namun, keberhasilannya itu malah membuat bencana lebih besar untuknya. Hidupnya yang kacau menjadi semakin runyam. Akankah ia berhasil menemukan serta membersihkan nama ayahnya?

***

Hallo, Horrores, gimana? Dari tiga rekomendasi diatas, ada yang bikin kalian tertarik nggak? Coba komen yah, hehe. Nggak mau juga gak papa. Terima kasih sudah mampir, mari lanjut ke Bab selanjutnya! Fighting!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top