Bab 2
Keesokan paginya, Reyna memasukkan selembar kertas yang bertuliskan permintaan ijin tidak masuk hari ini. Reyna tidak kemana-mana, dia hanya merasa malas bersekolah karena tidak menghasilkan uang sedikit pun. Ya, Reyna sangat menyukai uang layaknya tuan Krabs.
Kemudian seseorang mengetuk pintu kosan Reyna, dengan cepat ia membukanya. Terlihat wajah polos Nurul yang bersemangat di awal hari.
"Reyn, mana suratnya? Biar aku bawa."
"Ah iya, ini," kata Reyna yang menyerahkan amplop putih itu ke Nurul.
"Kalo begitu, aku berangkat dulu ya. Good job, buat hari ini. Semangat!"
Setelah melambaikan tangan ke Nurul yang perlahan hilang dibalik rumah, Reyna segera mengambil tas dan mengunci kosannya.
Reyna sudah berpakaian cukup formal, gaun pendek putih dengan banyak aksesoris bunga khas kerajaan membuat Reyna semakin percaya diri. Tak lama Reyna melangkah, sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba stop di samping Reyna. Si pengendara pun membuka kaca helm-nya.
"Reyn! Cepetan naik. Yang lain udah nunggu." Roy memberikan helm.
"Ya-ya."
Reyna membalasnya dengan nada malas. Dia akhirnya menaiki motor Sport itu. Motor pun melaju kencang setelah Reyna menepuk pundak Roy.
Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di depan gedung besar dan tinggi itu. Mereka mendongak ke atas dan terlihat seseorang melambaikan tangannya, memberikan sebuah kode dari rencana.
"Gila! Tuh San udah di atas aja," komentar Roy, sedikit kagum dengan kemampuan San.
"Kagumnya ntar belakangan, sekarang buka jaket lo dan mulailah sesuai rencana." Reyna memberi perintah.
"Seperti yang lo inginkan, Reyn."
Roy membuka jaket hitam itu dan meletakkannya di setang motor. Dia mengibas rambutnya yang panjang sealis dan bersiap untuk masuk. Tak lupa juga, dia kembali memasang kacamatanya. Roy memakai jas hitam formal khas kantoran.
Roy mendatangi resepsionis gedung tersebut dan terlihat berbincang-bincang. Beberapa kali sang resepsionis tersenyum malu, Reyna yang melihatnya dari luar, bisa langsung tau kalau mbak-mbak pelayan itu sedang dipuja-puja oleh Roy.
Tak lama setelah itu, Roy keluar dan memberikan kode ke Reyna untuk segera masuk. Seorang pelayan menghampiri dan memandu perjalanan mereka. Reyna dan Roy disuruh untuk menaiki lift dan menuju lantai 4.....
"Di sana, sudah ada Pak Direktur," tambah sang Resepsionis.
"Baik, terima kasih, Cantik, jangan lupakan saranku barusan ya. Aku bisa menjaminnya." Roy merespon dengan memberikan tanda love di jarinya.
Resepsionis itu seketika malu-malu dan membungkuk hormat setelah pintu lift mulai tertutup.
"Roy, lo apain tuh mbak-mbak?" tanya Reyna setelah lift mulai berjalan.
"Nggak ada, cuma ngasih beberapa tips kecantikan. Kulitnya bagus tapi tidak terawat. Sayang bukan—"
"Iya, sudah cukup. Jangan cerita lebih jauh lagi, makhluk bucin." Reyna menutup telinganya.
Bukannya tersinggung, Roy malah tertawa sesaat. Kemudian dia memasang Earphone tanpa kabel di telinganya.
"San udah siap, Reyn." Roy memberitahu.
"Cih! Padahal rancangannya terlihat sangat sulit, tetapi siapa sangka komputer bernapas itu bisa mengatasinya secepat ini."
"Komputer bernapas?" beo Roy, dia tak mengerti maksud Reyna barusan.
Tiba-tiba pintu lift terbuka, Reyna dengan cepat melangkah maju seraya berkata, "Nanti gue jelasin."
Roy menghapus senyumnya, dia merapikan bajunya dan menyusul Reyna dengan cepat. Reyna sudah ada di depan pintu ruangan Direktur berada. Reyna mengurai rambutnya ke belakang telinga, supaya lebih rapih.
"Ayo, Roy." Nada Reyna seolah berubah 180 derajat. Nadanya yang sekarang seperti putri kerajaan yang lembut dan baik hati.
Roy membukan pintu dan mempersilahkan Reyna untuk memasukinya. Di dalam ruangan, terlihat Direktur itu yang tengah duduk menunggu.
"Selamat siang, Direktur," sapa Reyna sopan.
Direktur itu menoleh, saat tau itu adalah Reyna, dengan segera dia beranjak dari kursi duduknya dan berjalan ke arah Reyna dengan wajah yang kesal.
"Kau penipu!" Dia menunjuk ke wajah Reyna. "Berani-beraninya kau masih datang ke kantorku lagi? Setelah menipuku, hah?!"
Reyna menyadari jika Direktur ini sudah mengetahui jika surat perjanjiannya kemarin telah dimanipulasi. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang.
"Hoh? Sudah ketahuan ya. Bukankah itu hanya masalah sepele, Direktur? Itu hanya 20% saja. Bukankah keuntunganmu saja sudah hampir 50% dari pengeluaran?"
"Ba-Bagaimana kau bisa tau?!" Direktur sangat terkejut melihat Reyna mengetahui keuntungan perusahaannya.
"Hal itu bukanlah hal yang sulit bagi seorang indigo sepertiku." Bibir Reyna mulai terangkat. "Sudahlah, dari pada kita membicarakan hal yang tidak penting, lebih baik aku memulai kerjaku."
"Awas, awas saja jika hantu itu masih mengganggu karyawanku, akan kutuntut dirimu dengan pasal berlapis!"
Reyna menanggapinya dengan tersenyum lebar, dia sedikit memiringkan kepalanya. "Kenapa? Kau ingin menuntut? Anda tidak membaca semua isi surat ya? Di sana disebutkan bahwa meskipun Jasa Pengusiran Setan gagal, tak ada pengembalian dalam bentuk apapun. Assisten!"
Roy segera mendekat dan memberikan surat perjanjian itu kepadanya.
"Coba lihat halaman kedua poin empat, ada bisa melihatnya dengan jelas bukan?"
Direktur itu merebut paksa kertas itu dari tangan Reyna dan membaca poin yang disebutkan barusan.
"Tidak mungkin!" responnya setelah selesai membaca. "Kau ... kau benar-benar licik!"
"Jadi bagaimana? Masih mau melanjutkan perdebatan konyol ini?" tanya Reyna memastikan.
Wajah Direktur itu sangat merah, dia menahan amarahnya saat ini. "Si-Silahkan lakukan pekerjaan Anda."
Direktur mempersilahkan Reyna. Berpasrah.
"Terima kasih."
Reyna maju ke tengah-tengah ruangan, sementara Roy kembali mundur dan berdiri di samping pintu.
"Bisa ceritakan bagaimana dia mengganggu karyawan Anda?" tanya Reyna tanpa menoleh, dia fokus ke sudut kiri ruangan.
"Karyawanku mengeluhkan banyak hal. Ulat yang tiba-tiba muncul di dalam makanan, lampu hidup-mati saat lewat tengah malam, bahkan tak jarang tiba-tiba benda jatuh dengan sendirinya."
"Kau mengakuinya?"
"Hah, apa?"
Ternyata Reyna sudah tidak bicara dengan Direktur itu lagi.
"Aaa-kkku ... mmmarraahhhh!"
Arwah anak kecil pucat dan penuh darah di kepalanya itu perlahan mendatangi Reyna. Bola matanya putih seutuhnya. Terdapat aura mencekam di belakang arwah itu.
"Akan kucarikan rumah baru untukmu."
"Nggaaak mau! Paapaaku bakal jemmmpuut aku di siiinni."
Reyna menghela napas, akan sangat sulit menaklukkan hantu dengan kondisi menunggu seseorang seperti ini.
Tak ada pilihan lain, Reyna mengeluarkan kantong berisi serbuk sari dan mengibaskannya ke arah dinding tersebut. Hantu itu meraung kesakitan, ia secara tiba-tiba meloncat ke arah Reyna, menerjangnya.
"Reyna!" Roy langsung panik. Tetapi langkahnya segera terhenti saat tangan Reyna memberinya kode untuk berhenti.
"Kau tau ... jika dirimu sudah tidak ada di dunia ini?" Reyna menanyainya dengan lembut.
Gadis hantu itu terdiam seketika. Dia tampak memikirkan ucapan Reyna barusan. Dia bahkan tak bisa menjawabnya.
Kemudian lampu tiba-tiba berkedap-kedip tak menentu. Direktur dan Roy sangat panik dibuatnya.
***
PROMOSI CERITA!
Yang tak kalah serunya.
Hai, Horrores, hari ini aku punya Secret Notes milik Kak listiya08. Mari baca!
Genre: Teenfiction—Mistery
Blurb:
Selama enam bulan mencari bukti, hanya spekulasi tak berdasar yang Ayudya Pratiwi dapati. Sampai akhirnya secarik kertas membuka simpul benang kusut atas kasus yang menimpa sang ibu. Namun pada saat itu, Ayudya dipaksa memilih antara percaya kata hati atau kenyataan yang tersaji.
"Nggak ada orang yang benar-benar baik. Jangan pernah menaruh percaya pada seseorang meski sudah sedekat saudara."
***
Selanjutnya aku punya Our Last Goodbye milik Kak sweet-stripes dengan
Genre : Romance - Fantasy
Blurb :
Amanda Aurelia. Setelah satu bulan berlalu, Amanda masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Gabriel telah pergi untuk selamanya. Sementara waktu terus berjalan dan hidup harus kembali dilanjutkan. Karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir, Amanda memberanikan diri tinggal sendirian di apartemen sewaan dekat kafe milik Momon, yang akan ia urus selama sahabatnya itu bersiap melahirkan. Amanda berharap kesibukan mampu membuatnya sedikit melupakan duka.
Gabriel Dimitri. Tuhan begitu baik. Ia bersedia mengabulkan permohonan terakhir Gabriel. Memberinya satu kesempatan lagi untuk kembali hidup dan menjaga Amanda, dengan menggunakan raga Jonas Stefano, yang baru saja meninggal dunia. Tentunya kesempatan itu tidak diberikan begitu saja. Gabriel diharuskan menjaga rahasianya rapat-rapat, jika ingin terus berada di dekat Amanda. Akhirnya Gabriel pun berusaha bersandiwara. Bersikap dingin dan ketus di depan wanita yang begitu ia cintai dan rindukan.
Namun, akankah sandiwara Gabriel berhasil menipu Amanda yang sangat mengenalnya?
***
Yang terakhir buat hari ini, aku punya Garis Sangkar milik Kak Hanaksara segera mampir ke ceritanya!
Genre : Young Adult, Spiritual
Blurb :
"Peradaban manusia akan hancur bila dihuni oleh manusia yang menganggap perempuan hanya sebagai objek duniawi saja." - Shanum
Sering kali perempuan dianggap makhluk lemah yang selalu dibatasi ruang geraknya. Shanum menjulukinya sebagai Gadis Sangkar. Julukan yang tepat untuk menggambarkan perempuan-perempuan yang tunduk dan pasrah pada stigma masyarakat tentang perempuan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Tak peduli cantik ataupun jelek, kaya ataupun miskin, gemuk ataupun kurus, pintar ataupun bodoh, Shanum ingin semua orang menyadari bahwa perempuan bukanlah objek semata. Perempuan itu istimewa. Saking istimewanya, seisi dunia harus memuliakannya.
Lantas, mampukah Shanum menghadapi rintangan serta tantangan untuk memperjuangkan hak perempuan yang menjadi tujuannya? Apakah tujuan itu tercapai atau justru membuatnya semakin tertikam pada pahitnya kenyataan?
Penasaran? Yuk, ikuti kisahnya dan ambil pesan moralnya.
***
Terakhir, Horrores, gimana harimu? Sudah diganggu makhluk halus hari ini? Haha! Semoga tidak ya. Gimana nih, udah ketemu belom sama cerita favorit diantara semua cerita yang aku sebutkan dari kemaren? Hah? Kok belum? Yo wess, besok aku kasih cerita yang lebih seru dan menyenangkan lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top