Bab 13
Mobil mereka telah tiba di depan markas, Reyna turun pertama dan melihat keadaan sekitar. Ya, banyak sekali surat menumpuk di kotak surat.
Nurul yang menyadari hal itupun segera memungut surat-surat itu dan merapikannya menjadi satu tumpukan. Pintu rumah dibuka oleh San dan semuanya masuk.
"Guys, kita dapat banyak surat nih," seru Nurul kepada semua orang. Reyna mendekatinya disusul yang lain.
"Wih mantap! Semoga dapat job mudah tapi upahnya melimpah! Haha." Ridho berharap.
"Mimpi!" respon Roy dengan tawanya yang lebar.
"Roy, benci bet ya lo ke gue? Semua yang gue omongin selalu di komentari."
"Lagian, lo sih—"
"Udah-udah. Kalian nggak capek berantem mulu? Aku yang menengahi aja bosen loh." Nurul mendesah kesal.
"Udah lupain. Yok mulai buka isi suratnya. Gue penasaran dengan klien kita selanjutnya," respon Reyna dengan nada semangat.
Nurul membuka isi surat pertama. Itu adalah undangan pernikahan, lebih tepatnya si pengundang ingin Reyna menjaga pernikahan mereka dari gangguan makhluk gaib.
"Dih, dikira kita security apa?! Skip," ucap Reyna.
Nurul mulai membuka surat kedua. Si pengundang meminta Reyna menangkap sesosok kuyang agar bisa di jual kepadanya.
"Ketimbang gue jual ke tuh orang, mending gue jual sendiri ke rumah sakit. Skip!"
"Tinggal 2 lagi nih. Yakin mau ditolak semua?" tanya Nurul meminta pendapat.
"Baca aja dulu semuanya, ntar kalo udah baru kita putuskan mau ambil yang mana," saran Afsari, dia mengatakannya sambil bermain telepon selulernya.
"Hm, bagus juga tuh. Ya udah, lanjut!"
Nurul membuka isi surat ketiga. Si penulis surat meminta Reyna memeriksa kondisi hewan peliharaannya yang dicurigai dirasuki makhluk halus. Menurut keterangan, anjingnya sering menggonggong ditengah malam.
"Tuh anjing lapar kali, Bun. Astaga, ada-ada aja nih orang. Bener gak sih, Reyn?" tanya Ridho setelah merespon isi surat itu.
"Bisa, tapi tidak semuanya. Oh iya, anjing tidka termasuk ya. Jadi, kemungkinan besar si pengirim itu majikan baru."
"Fix itu, nggak usah diragukan lagi. Lebay banget pemiliknya, baru dengar si anjing gonggong tengah malem aja udah parno-an."
"Anjing menggonggong bisa karena banyak hal, bukan sekedar lapar saja. Bisa saja dia sedang melihat sesosok arwah yang sedang menyinggahi rumah tersebut."
"Ah, begitu. Jadi bagaimana? Lo ingin ambil job yang ini?" Ridho berpura-pura kuat, agar tidak diejek Roy lagi. Sudah cukup hari ini dia beberapa kali di hina oleh Roy.
"Tergantung isi surat terakhir."
Nurul pun membuka segel surat itu dan mulai membacakan isinya.
Challenge!
Untuk kalian penerima surat ini, aku menantang kalian untuk mengikuti tantangan. Bagi kalian yang bisa menaklukkan tantangan ini akan menerima uang sebesar 100 juta rupiah.
Beralamatkan di:
Hutan mati dibelakang sekolah kosong daerah selatan.
Tantangan:
Temukan sebuah makam di hutan mati tersebut. Sebelum memulainya, lakukan ritual melalui bacaan yang telah disediakan di sekolah tersebut.
Bagaimana? Anda sekalian tertarik? Kami akan menunggu kehadiran kalian dan memeriahkan acara tahunan ini.
"Wih hadiahnya gede juga ya," respon Ridho.
Roy tampak berpikir. "Bukannya ini kayak janggal? Hadiahnya sangat besar dan tantangannya terlalu mudah, untuk reward sebesar itu. Bagaimana menurut kalian?"
"Itu sangat wajar jika Andre kemaren saja berani membayar kita sebesar 50 juta. Namun, memang benar ada kejanggalan di surat ini. Gue merasakan sesuatu yang sedikit aneh."
"Jadi bagaimana? Bisakah kita menentukan mana job yang akan diambil?" tanya Nurul meminta kejelasan.
"Ya sudah, kita ambil job hewan peliharaan sebelumnya. Oh iya, San tolong cari tau profil pengirimnya ya."
San hanya mengangguk. Nurul menyerahkan surat itu kepadanya. Setelahnya mereka mengurus barang masing-masing. Ridho yang langsung mandi setelah diskusi usai, Roy yang memasak ramen instan serta Nurul yang merapihkan barangnya kembali ke kamar dibantu Afsari.
Reyna masih terduduk di posisi yang sama. Dia seolah merasakan sesuatu yang bisa membuat bulu kuduknya berdiri sebentar, tetapi dia tak bisa menjelaskan apa itu. Hal ini menyebabkan dia tak tenang dan terus-menerus memikirkannya.
Kemarin ada hal misterius yang membuat arwah perempuan tua itu tiba-tiba mengajak aku berdamai. Sekarang, gue merasakan hal aneh itu lagi melalui surat. Ada apa?
Lelah dengan pemikirannya sendiri, Reyna menghela napas panjang. Reyna memutuskan untuk merebahkan tubuhnya ke sandaran sofa. Dia perlu rehat sejenak agar pikirannya normal kembali.
Tanpa ia sadari, Reyna sudah memasuki alam mimpi. Di sana, dia melihat hantu anak kecil perusahaan itu memandangnya dengan wajah yang tajam sekaligus ketakutan. Anak kecil itu seolah merasa jika Reyna adalah sebuah ancaman.
"Kau?!"
Gue? Tanya Reyna dalam hati. Dia kebingungan dengan reaksi arwah itu. Saat dia hendak mendekat dan memegangnya, anak kecil itu langsung mundur menjauh.
"Kenapa?" tanya Reyna yang tak begitu mengerti.
"Jangan bilang kalau ...."
Mulut anak kecil itu tiba-tiba membisu. Reyna tak bisa mendengar suaranya lagi. Seolah-olah Reyna tuli. Keadaan menjadi dingin seketika, diikuti dengan menghilangnya arwah itu. Awan gelap mulai menyelimuti Reyna dan perlahan menggulungnya hingga Reyna tidak bisa bergerak sama sekali.
"Aghh! Aw-awan ini, membelitku.... AH?!"
Pandangan Reyna mendadak mulai blur. Matanya begitu berat, dan tubuhnya lemas seketika.
"Reyn! Reyn!"
Ridho berteriak kencang, mengguncang bahu Reyn yang tidak sadarkan diri. Wajah gadis itu mendadak pucat gelap, bibirnya membiru dan tubuhnya sedingin es.
"Woy! Tolong hubungi dokter! Cepat!"
Tanpa ba-bi-bu, Roy langsung menghubungi 119 dan meminta ambulan mendatangi posisinya dengan membawa peralatan medis.
"Kenapa ini? Reyn!" Nurul yang baru keluar dari kamar pun mendadak syok saat melihat warna kulit Reyna yang mendadak pucat. "Reyna kenapa, Rid?"
"Nggak tahu. Tadi pas gue iseng main hp di sofa, Reyna menggeliat sebentar, lalu tubuhnya jadi dingin kek gini. Kemudian kulitnya jadi pucat."
Nurul benar-benar histeris mendengar itu. Pikirannya kacau dan tak bisa berpikir jernih. Dia memeriksa denyut nadi Reyna, syukurlah masih ada. Nurul sedikit lega karenanya.
"Tolong siapkan handuk dan air hangat!"
"Sudah siap!" San datang dengan terburu-buru dengan ember kecil berisi handuk kecil yang sudah separuh basah.
"Makasih, San," kata Nurul yang perlahan memeras handuk tadi dan menempelkannya ke dahi Reyna.
"Duh, nih ambulan lama amat datang!"
"Tadi suster itu bilang akan sampai sekitar 20 sampai 30 menitan."
"Buset! Nggak becus bener. Keadaan darurat gini malah—"
"Udah, cukup. Jangan dilanjutkan lagi. Sekarang kita cukup fokus ke Reyna. Tolong jangan berdebak."
"Maaf," kata keduanya hampir bersamaan.
Mata Reyna perlahan terbuka, tubuhnya mendadak jadi lemah dan seluruh tenaganya telah habis terkuras oleh sesuatu.
***
Hallo, Horrores, maafkan aku yang rada telat mulu updatenya. Tapi mulai ke depannya, bakal diusahakan untuk update lebih awal ya! Terima kasih semuanya.... Btw, bantu 200 viewer dong, hehe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top