Bagan 1 · Tenang
I n t r o v e r t :
[noun] - a quiet, reserved, and thoughtful individual
__________
KEVIN hampir melemparkan ponsel dalam genggamannya. Pada layar datar itu, terdapat sebuah storygram berupa selfie perempuan muda dengan bralette merah berenda, memamerkan belahan dada dan senyum manis dengan selipan caption bertuliskan 'jangan lupa tugas pak Bono ya! semangat, luv <3'.
Gila. Umpat Kevin didalam kepala. Cewek ini udah bener-bener gila. Nggak waras. Cacat logika.
"Wuih si Key, pagi-pagi udah liat yang hot-hot ...." Suara lantang Melvin berkumandang dari belakang kepala si bungsu.
"Berisik ah, Bang Em! Nggak etis tau ngintipin layar hape orang, lancang privasi." Kevin buru-buru mematikan layar ponselnya dengan tombol lock. Pagi ini sudah sukses rusak dengan kebisingan dari dunia maya dan nyata sekaligus.
"Tegang amat, kayak—"
"Bang!"
"Hehe, maap-maap. Sensi amat sihh si dedek kecil." Melvin mengacak rambut adiknya, makin semangat menggoda.
"Aaargghh. Please, gue dah pusing kelas pagi bakal ketemu nih cewek, jangan ditambah-tambahin deh!" Ultimatum Kevin sukses membuat abangnya terdiam seketika.
"Cewek ... tadi? Yang pap di hape lo barusan? Wah, dia sekelas sama lo, Key? Sumpah, ganas banget! Nih ya, dimana bumi berpijak, disitu langit dijinjing. Kalo ada cewek yang ngajak, Ya sikatlah, nji—"
"BERISIK!" Kevin memotong kalimat nista sang kakak dengan menjejalkan roti-meses ke dalam mulutnya.
Kacau. Pagi ini sungguh kacau.
"Ada apa ini berisik-berisik. Ayo, Kevin, cepat habiskan sarapanmu. Sebentar lagi jam setengah sembilan, kamu ada kuliah pagi kan?" Suara berat Papa memasuki ruang makan. Kevin dan Melvin mengalihkan perhatian mereka seketika.
"Iya, Pa. Ini udah mau kelar kok." Kevin meneguk sisa jus jeruk di gelas kaca, lalu memasukkan ponsel kedalam ransel.
"Shi Khey teunyata udhah gede yoh, Pha, ugah au hewek-hewek-an ...."
(Si Key ternyata udah gede loh, Pa, udah tau cewek-cewek-an ....)
Melvin berbicara dengan mulut penuh kunyahan, mengadukan perkara di meja makan mereka.
"Telan dulu itu makananmu, Melvin," tegur sang Papa sambil mengecek arlojinya. "Kamu juga ada meeting sama klien dari Cokro Group, kan? SHGB* mereka itu sudah sampai mana progress-nya?" lanjut Tuan Tjahyadewa sambil melayangkan pandangan kearah putra ke-dua nya, Melvin.
Melvin menelan sebelum menjawab, "Cuma perpanjangan aja kok, Pa. Tanah yang dipake Cokro Group tuh sebenernya punya pemerintah, tapi karena mereka lancar koneksi, jadi mulus semuanya. Aku cuma tinggal ...."
Percakapan mengenai pekerjaan Melvin itu menguap dari radar pendengaran Kevin. Tidak. Kevin memutuskan untuk tidak membuang-buang energinya mendengarkan hal-hal tak sengkarut seperti HGB-apalah itu. Kevin harus kuliah. Empat mata kuliah sekaligus hari ini. Dan energinya sudah lebih dari cukup terkuras dengan kebisingan di saat sarapan.
"Kevin berangkat, Pa," pamit pemuda itu sambil beranjak pergi. Ia mengambil kunci mobil yang terserak sembarangan di meja kopi.
Langkah kaki Kevin Tjahyadewa baru saja melintasi pintu depan, ketika tiba-tiba sosoknya hampir bertabrakan dengan perut buncit berisi janin keponakannya yang masih didalam kandung.
"Eeehh—alamak, Kevin! Lihat-lihat kau kalau jalan!" Suara itu tegas menggelegar, membuat Kevin yang sudah terkejut semakin terperanjat.
"Maaf, Hahaboru (kakak ipar) ...." Pemuda itu buru-buru menyingkir.
"Mau kau gagal jadi uda (paman), iya?" Wanita tadi menyerocos, menyaingi ketukan nyaring langkah sepatu pantofel yang datang menghampiri.
"Key? Jess? Ada apa ini?" Suara alto milik putra sulung keluarga Tjahyadewa membahana. Jevin.
"Hampir nabrak perut Hahaboru Jess barusan, Bang Je. Nggak sengaja," jelas Kevin sesingkat mungkin sambil melayangkan mata ke arah mobil yang terparkir, berharap bisa lekas kabur.
"Oooh, yaudah, nggak papa toh? Next time hati-hati ya, Key." Jevin menanggapi dengan sabar.
"Jangan asal tabrak-tabrak saja kau, Kevin. Bahaya ini perut. E iya, Amang Simatua (Ayah Mertua) ada kah?" Wanita yang dipanggil Jess tadi melongokkan kepala kedalam rumah.
"Ada, di dalam, masuk aja. Aku berangkat dulu ya, Bang, Hahaboru."
Kevin buru-buru melangkah tanpa menunggu respon kakak-beriparnya itu. Menit-menit awal harinya telah terkuras sia-sia akan insiden-insiden tak penting.
Datsun Go yang dikemudikan Kevin melenggok lancar meninggalkan pekarangan kediaman Tjahyadewa, lepas dari bangunan megah berhias plang Law Firm Tjahyadewa and Sons, berbaris dibawahnya tulisan balok, 'Notaris Jevin Tjahyadewa SH., M.Kn' dan 'PPAT Melvin Tjahyadewa SH., M.Kn'.
Begitulah, awal hari Kevin yang bising dengan keluarga Tjahyadewa. Kevin dan dua kakaknya, Jevin dan Melvin, sering akrab dipanggil Key, Je, dan Em sebagai inisial awal—satu-satunya pembeda dari ekor kata 'vin' yang menyemat nama mereka—kerap memancing kericuhan jika sudah ditempatkan dalam satu atap yang sama.
Belum lagi, ipar barbar Jesslyn Tjahyadewa Hutapea, alias Hahaboru Jess. Wanita paling keras perangai yang pernah Kevin temui. Masih menjadi misteri baginya, kenapa kakak sulung si Jevin bisa jatuh cinta pada sang istri. Ah, ditambah lagi, 'J' kecil yang masih ada dalam kandungan Jess. Calon keponakan Kevin yang bisa dipastikan akan menambah keributan.
Ricuh, bising, dan kacau. Kevin butuh ketenangan.
___
MATA KULIAH pertama yang ditempuh Kevin hari itu adalah Dasar-dasar Teori Sosial Kriminologi. Akan dimulai pada pukul 09.10 pagi, 2 menit dari sekarang. Kevin mendudukkan bokongnya di bangku tengah baris belakang, mencipta jarak sejauh mungkin dari keramaian kelas yang hampir separuh terisi.
Tenang, akkhirnya.
"Keeyyvinnn~ Gimana tadi? Udah buka DM dari gue kan?" Suara serak-serak nyaring menggedor gendang telinga Kevin. Pemuda itu memejamkan mata. Ampuni dosa hamba, Tuhan.
"Kev, woy! Bengong aja, ngelamunin gue ya?" Suara yang sama kini terdengar lebih dekat.
Sosok manusia dari sumber kebisingan itu duduk tepat di sebelahnya, tersenyum begitu lebar dengan mata berhias eyeliner tebal. Dialah Vero, pemilik akun yang mnegiriminya Direct Message berisi pap semi-tak-senonoh yang membuatnya hampir tersedak saat sarapan tadi. Cewek yang paling dihindari Kevin seantero kampus UI, yang entah bagaimana caranya selalu sukses mengejar Kevin dalam kelas-kelas sharing jurusan mereka.
"Leave me alone, Ver ...," gumam Kevin lirih sambil mengalihkan pandangan.
"Hm? Apa? Nggak denger. Ngomong yang kenceng dong, Kevin." Vero mencondongkan tubuhnya ke arah Kevin. Dekat.
"Lo ...." Kevin menahan napas. Ia bisa mencium parfum yang menguar dari leher jenjang Vero, "... jangan ngirim DM aneh-aneh lagi, deh. Kalo masih tetep, gue bakal block," ucap Kevin dalam satu hembusan napas yang tadi tertahan. Cowok itu buru-buru mengambil tas nya dan pindah ke kursi lain, pojok, belakang. Sudut paling jauh.
"Eh, yah ... gue kan cuma ngingetinnn ...." Vero berkata putus asa sambil melepas Kevin dengan ekor matanya. Cewek itu terlampau hafal, jika dia tetap nekat mengejar Kevint, cowok itu nggak akan segan untuk meninggalkan kelas ini.
Oke, batin Vero sambil memandangi Kevin lamat-lamat, kalopun butuh waktu tujuh semester buat bisa ngedapetin lo, gue nggak bakal absen satu haripun demi bikin itu jadi kenyataan.
__________
* SHGB : Sertifikat Hak Guna Bangunan
Ini Vero, gimana?
Aku mau pendapat kalian dong, baru pertama nyoba bikin karakter agresif semi-predator macem Vero begini ...
Ada saran? Ada yang kurang?
Oiya, aku agak rikuh nih mau pake kata 'genit', 'jalang' dan teman-temannya.
Menurut kalian yang baca karakter dengan penjabaran begitu, gimana? Apa oke-oke aja kalo karakternya bener2 nyebelin? hehe XD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top