One Day Diary

Tahun 2033

“Hiu purba Megalodon telah ditemukan dalam kedalaman 14.000 meter di bawah laut oleh kapal selam Tera 208 FEX dari Amerika. Panjang hiu purba tersebut diperkirakan hampir 30 meter.”

Begitulah kudengar suara pembawa berita di layar televisi yang sepenuhnya menyatu pada tembok kamar dan dapat dikendalikan oleh tepukan tangan juga suara.

Sepuluh tahun yang lalu kedalaman laut yang pernah dijangkau atau disebut kedalaman challenger masih di bawah 11.000 meter. Sepuluh tahun yang lalu hiu purba itu masih menjadi perdebatan. Ada yang bilang hiu itu pernah muncul di beberapa kesempatan, ada yang bilang mustahil hiu itu masih ada. Laut dalam yang tadinya dianggap tidak dapat dihuni hiu yang menyukai air hangat, sekarang mulai terjawab perlahan.

Lalu setelah menemukan mereka, apa yang akan dilakukan? Ini sebuah anugerah atau bencana? Beragam pertanyaan terus melintas di kepalaku.

“Ada apa?” tanya istriku.

“Kita kayaknya jangan main di laut dulu, ada Megalodon takutnya.”

“Aku juga melihat berita. Apa itu benar?”

“Seharusnya itu benar. Kita sejauh ini baru menjelajahi laut kurang dari 10%, meningkat sedikit dibanding sepuluh tahun yang lalu, tapi masih di bawah 10%. 1% saja itu sudah cukup membuat kita tercengang,” jawabku.

“Benar juga.”

Aku lekas menyantap sarapan yang sudah tersedia, seperti biasa kesukaanku, tumis taoge. Kehidupanku perlahan membaik dibanding sepuluh tahun yang lalu. Saat itu aku masih menganggur, beban orang tua, padahal sudah punya istri. Aku berusaha mengubah pola hidup dengan uang yang sedikit, bahkan hampir tidak ada. Aku mulai makan sayur, diet, dan olahraga rutin setiap hari.

Rezeki itu datang tahun demi tahun, dimulai ketika aku diajak untuk mengisi seminar kebugaran lalu berangsur naik hingga menjadi ahli kebugaran. Ya, dibanding sepuluh tahun lalu, sekarang terlihat tubuhku cukup gagah, berotot, dan sehat. Sepuluh tahun lalu, aku ingat sekali, memiliki perut buncit yang sulit sekali dikecilkan, bahkan resmi menjadi penderita diabetes. Aku berpikir, apakah penyakit kurang ajar itu akan membunuhku dengan cepat? Aku tidak mau mati begitu saja. Itulah sebabnya aku mengubah pola hidup.

Menjadi ahli kebugaran di negeri ini cukup untuk menghidupi keluargaku. Aku sekarang punya dua anak, padahal sepuluh tahun lalu aku terus mengumpat, kenapa aku mandul begitu lama?

Semenjak pergantian presiden di tahun 2024, Indonesia mengalami perubahan besar. Teknologinya maju, gaji guru tinggi, biaya pengobatan murah bahkan ada yang gratis, pengangguran menurun drastis, pemerintah menghilangkan buzzer tidak berguna, DPR benar-benar berjuang untuk rakyatnya. Ya, DPR, tidak lagi tidur saat rapat, main slot, menerima suap, dan dosa DPR lainnya yang ada di zaman dulu. Aku yakin itu karena rakyat sembilan tahun lalu tidak lagi bodoh saat memilih presiden dan wakil rakyat.

Saat dalam perjalanan, ponselku berbunyi. Pesan dari grup Montase Aksara, Kak Lilis yang tetap menjadi wanita karir di toko yang jauh lebih besar, mengingatkan penghuni grup untuk tidak lupa mengerjakan tugas cerpen bulanan dengan stiker pecut khasnya.

Kulihat tanggal, sudah tanggal 10 Agustus. Aku belum mengerjakan tugas bulanan pula. Temanya lebih nista dari sepuluh tahun lalu. Kali ini temanya, buatlah cerpen dari kejadian pada sepuluh tahun yang lalu. Apa ini kebetulan? Sepuluh tahun lalu, sepertinya ada tugas membuat cerita tentang apa yang terjadi pada sepuluh tahun mendatang. Ini yang jadi juri Eka juga pula. Ah iya, Eka sudah punya toko roti sendiri dan sudah punya sekitar lima cabang. Jika aku ingin piza dan roti cokelat, ongkos kirimnya bisa gratis karena dekat.

Mungkin setelah ini aku akan mampir ke kafe Kedut, tempat yang biasa aku kunjungi, untuk mengerjakan tugas bulanan ini. Tiga jam cukup sepertinya. Aku pun izin ke istri untuk pulang malam, hari ini. Sepertinya aku harus bergadang, untung saja besok hari Minggu. Oh ya, aku liburnya hari Minggu dan Senin, Sabtu masuk.

***

Malam pun tiba, hari ini cukup melelahkan, setelah dua jam olahraga di ruang gym kantor. Aku selalu menyempatkan diri untuk olahraga setiap hari. Hari Sabtu pulang kerja jam 3, cukup banyak waktu untuk olahraga sepulang kerja.

Aku sudah berada di kafe dan sedikit demi sedikit mulai membuat cerpen. Aku sudah mengerjakan beberapa kata beberapa hari lalu, jadi tinggal melanjutkan. Cukup mumet juga, setelah sejam berlalu. Aku tidak bisa menulis cepat, banyak yang aku lakukan di sela-selanya, membuka media sosial yang paling sering. Penyakit memang.

Lagu yang kudengar sekarang cukup lawas, dari anime One Piece. Bicara soal One Piece, anime itu masih berlanjut, padahal sepuluh tahun lalu gear 5 Luffy sudah tayang. Pencipta One Piece yang sudah cukup sepuh kini dibantu oleh asistennya, ada beberapa pengisi suara yang diganti karena faktor usia juga. Aku penasaran bagaimana dengan mereka yang sepuluh tahun lalu menganggap anime ini akan selesai dalam beberapa tahun lagi.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, kopiku sudah habis. Sepertinya aku butuh secangkir lagi. Kutekan gambar kopi hitam bertuliskan ‘Kedut Black Coffee Signature’ pada layar sentuh yang ada di meja, lalu kudekatkan ponsel pada barcode untuk membayar. Tidak sampai lima menit, robot pembawa kopi menghampiriku. Aku mengambil kopi serta mengembalikan cangkir kotor pada nampan yang dibawa robot. Robot itu mengeluarkan suara wanita yang bilang terima kasih. Aku melanjutkan membuat cerpen sambil perlahan menyesap kopi yang disediakan.

Jam 9, cerpenku hampir selesai. Tinggal mengecek apakah ada typo atau tidak. Setelah kurasa sempurna, aku langsung mengirimkannya via aplikasi Suncase Cloud. Aplikasi ini sebenarnya sama saja seperti  form yang sepuluh tahun lalu dipakai untuk mengumpulkan tugas. Bedanya, Suncase Cloud, bisa dipasang pada aplikasi office seperti Ms. Word, sehingga kita tidak perlu membuka link tertentu untuk mengisi form. Aplikasi ini juga memungkinkan kita menyimpan data untuk pertanyaan yang sama, jadi ketika menemukan pertanyaan yang sama akan otomatis terisi. Kita hanya perlu mengisi pertanyaan yang baru lalu mengirim file ke aplikasi untuk bisa diakses admin yang sedang bertugas.

Selesai juga tugasku hari ini, waktunya pulang. Saat pulang, aku bertemu anak pertamaku yang belum tidur. Ibunya mungkin ketiduran bersama anak keduaku yang masih balita. Anak pertamaku, Annasya, dia menanyakan sesuatu yang unik.

“Papa, menurut Papa, kenapa banyak penemuan-penemuan dari ribuan tahun lalu yang menunjukkan teknologi zaman dulu itu luar biasa?” Pertanyaan yang menarik, dia pasti menonton video penemuan-penemuan hebat itu lagi.

“Luar biasa, Annasya, pertanyaannya. Jadi, Papa punya teori, kalau ribuan tahun lalu mungkin manusia sudah melebihi teknologi yang ada saat ini. Papa percaya, kota seperti Atlantis sebenarnya ada, dan teknologi mereka mungkin dianggap oleh kita sebagai teknologi alien. Hanya saja, mereka dimusnahkan oleh sesuatu. Papa rasa manusia sudah mengalami beberapa kiamat kecil, yang menghancurkan beberapa peradaban.”

“Jadi, maksud Papa?” tanya Annasya.

“Maksud Papa, beberapa ribu tahun yang lalu bisa saja manusia sudah modern kemudian dihancurkan atau lenyap, entah itu oleh letusan dahsyat gunung berapi, atau mungkin tenggelam ke dasar laut, atau karena bencana lainnya. Dalam seratus tahun saja perkembangan teknologi manusia sudah luar biasa, ‘kan? Apalagi ribuan tahun.”

“Menarik!”

“Nah, sekarang kamu tidur ya, sudah malam. Besok Papa ceritakan pendapat Papa tentang dunia ini. Kamu mau menunggu besok, ‘kan?”

“Mau! Selamat tidur Pa!”

Aku tersenyum lalu melihat istri yang sudah tertidur di kamar. Aku pergi mandi lalu mulai istirahat. Hari yang cukup melelahkan dan penuh kenangan.


Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top