Jina POV

Gue hari ini lagi bosen banget, gak tau mau ngapain. Hari ini gak ada kelas juga.

Mau ngajak Hyunsuk main, tapi dianya lagi ada kerkom.

Mau ajak Junkyu, ups lupa udah punya orang.

Oh iya, kalau kalian nanya gue udah move on dari Junkyu atau belum, jawabannya definitely not yet.

Gue sama sekali belum bisa berpaling dari Junkyu. Kalau hati gue bisa milih, gue bakalan lebih milih suka sama Hyunsuk. Dia selalu ada buat gue, perhatian sama gue, tapi tetap gak bisa.

Karena gue bosen banget, jadinya gue pergi ke café sendirian.

➖➖➖

G

ue udah sampai café. Gue juga udah mesen minuman.

Tapi, tetap aja yang namanya sendirian- walaupun lumayan rame pengunjungnya- masih ngerasa bosen.

Akhirnya gue mutusin buat nyanyi di café ini. Ya itung-itung gue juga hobi nyanyi walaupun gak bagus-bagus amat.

“ mbak, saya boleh nyanyi disini gak? ”

“ oh disini lagi gak butuh penyanyi atau pemusik mbak, kebetulan kita udah ada, tapi perform nya malam”

“ oh enggak-enggak saya bukan mau jadi penyanyi disini, saya cuma bosen aja, saya juga gak minta bayaran, boleh gak mbak? ”

“ oh kalau gitu boleh aja”

“ makasih ya mbak”

Gue naik ke panggung kecil yang ada di pojok café.

Gue ambil gitar dan mulai nyanyi.

Gue dapet lumayan banyak perhatian, karena mungkin jarang ada live music siang-siang.

Jangan tanyakan perasaanku
Jika kau pun tak bisa beralih
Dari masa lalu yang menghantuimu
Karena sungguh ini tidak adil

Bukan maksudku menyakitimu
Namun tak mudah 'tuk melupakan
Cerita panjang yang pernah aku lalui
Tolong yakinkan saja raguku

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah

Hidup memang sebuah pilihan
Tapi hati bukan 'tuk dipilih
Bila hanya setengah dirimu hadir
Dan setengah lagi untuk dia

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah

Rasanya semua lirik lagu ini, ngegambarin gimana capeknya gue sama Junkyu.

Selesai nyanyi, dan pengunjung tepuk tangan, gue turun dari panggung kecil itu.

Tapi, gak lama, gue ngeliat dua orang yang bener-bener pengen gua benci sekarang juga.

Iya, Junkyu sama Ryujin.

Ternyata daritadi mereka nonton gue nyanyi, tapi gue gak sadar karena terlalu terbawa sama lagunya.

Pas gue pengen pergi dari café itu dan ngelewatin meja mereka berdua, tiba-tiba ada yang nahan tangan gue.

“ gue pengen ngomong”

Junkyu. Junkyu yang nahan tangan gue.

“ gak mau. Lepasin!”

“ please, sebentar aja”

“ ntar cewek lo marah!”

“ gak. Aku mau ngomong sama Jina sebentar gak apa-apa kan, by?”

“ iya gak apa-apa”

Akhirnya dengan terpaksa gue nurutin kemauannya Junkyu.

“ apa kabar?”

Junkyu mulai pembicaraan.

“ seperti biasa, gak pernah terlalu baik dan gak pernah terlalu buruk”

“ bagus kalau gitu. Jin, seperti yang lo liat gue sama Ryujin udah jadian”

“ oh, bagus deh kalau gitu, seenggaknya ada dua hati yang bahagia, walaupun satu hati harus dikorbankan”

“ Jin, gue minta maaf. Lagu tadi, itu buat gue?”

Gue yang tadinya liat kearah lain langsung beralih ke Junkyu.

“ e-enggak itu emang kebetulan aja terlintas di otak gue”

“ Jin, coba move on dari gue, coba lo buka hati buat orang lain, Hyunsuk misalnya. Gue sebagai sahabat lo gak mau ngeliat lo sedih terus. Gue gak mau kita canggung kayak gini terus, gue pengen kita tetap sahabatan kayak dulu”

Gue langsung mau nangis denger kata-katanya Junkyu.

“ pertama, gue udah move on dari lo atau belum itu bukan urusan lo, kedua, lo gak ada hak buat ngatur gue mau buka hati kapan dan ke siapa, ketiga, gue gak pernah ngerasa kalau lo berperan sebagai sahabat gue, dari dulu gue yang selalu dengerin curhatan lo, lo gak pernah, Jun. Jadi, tolong jangan berharap gue bisa jadi temen lo lagi, karena lo gak pantes buat itu. Permisi.”

Gue langsung pergi dari hadapan Junkyu yang masih mematung di depan café.

Maaf Jun, gue udah sampai titik terlelah gue.