7

"Basil....Mabel....Lotty....Oh siapapun!!"jerit Helena panik saat masuk ke dalam rumah dengan Lilian dalam gendongannya.

Suara langkah kaki dan teriakan Helena mengagetkan para pelayan yang berada dekat dengan posisi Helena. Mereka menduga terjadi sesuatu dan bergegas berlari menghampiri Helena.

"Ada apa?! Apa terjadi kebakaran?"tanya Jack, pengurus kebun sambil mengenduskan hidung mencari bau asap.

"Apa yang terjadi?"tanya Mabel.

"Lady Lilian! Ia demam tinggi!"

Basil, sang kepala pelayan, melihat Helena dengan Lilian dalam gendongannya. Terlihat pucat dan sakit. "Bawa Lady Lilian ke kamarnya sementara aku memanggil dokter!"pintanya.

Helena pun bergegas menuju tangga. Menaikinya dan melesat menuju kamar Lilian. Membaringkannya di atas tempat tidur. Lalu ia melepaskan sepatu Lilian. Tak lama kemudian Mabel datang dengan baskom berisi air di tangannya. Gadis itu segera membasuh kening Lilian dengan lap basah.

Helena memutuskan untuk mengganti gaun Lilian dengan gaun tidur. Ia mengambil sebuah gaun tidur dari dalam lemari. Mendekati Mabel yang menyadari maksudnya dan segera membuka kancing gaun Lilian. Perlahan mereka menurunkan gaun itu dan sesuatu membungkus tubuh kecil Lilian. Helena terkesiap kaget melihatnya.

"Apa?!"gumam Helena terkejut sementara Mabel ikut diam membeku. Helena menoleh pada Mabel. Gadis itu terlihat ikut shock sepertinya.

"Mabel, bagaimana....kenapa anak sekecil Lilian sudah dipakaikan korset?!"desis Helena masih tak percaya melihat sebuah korset membungkus tubuh Lilian.

"Aku...aku juga tak mengerti...ini mungkin....pasti ini perintah dari Her Grace...."gumam Mabel.

"Tapi....Lilian masih kecil....."sahut Helena menatap Lilian yang masih pingsan dengan keadaan gaun terbuka dan memperlihatkan korset putih membalut perutnya.

"Miss Helena, segera pakaikan gaun tidur lady Lilian."

Helena tersadar. "Ah....ya kau benar."sahutnya. Ia memutuskan untuk melepas tali korset Lilian sebelum memakaikan gaun tidurnya. Menaruh korsetnya tepat pada saat Edwina masuk bersama dokter.

"Apa yang terjadi dengan my lady?"tanya Edwina dengan mata lebarnya menatap Helena, Mabel dan Lilian bergantian lalu matanya beralih pada korset yang tergeletak di atas tempat tidur. Ia kembali melihat pada Helena. Menuntut penjelasan dari sang governess.

Helena pun menjelaskan kejadian sore tadi sementara sang dokter mulai memeriksa keadaan Lilian. Anak kecil itu terkena demam tinggi. Dokter memberi beberapa perawatan dan obat. Meminta Lilian untuk tetap diawasi.

"Ini salahku. Seharusnya aku tak membawanya keluar tadi."gumam Helena sedih ketika dokter telah pergi.

Mabel memegang lengan Helena. "Tidak. Kau tak salah. Kau tak tahu my lady akan sakit bukan?! Semua ini terjadi di luar dugaan."

Edwina menarik napas kesal. "Bagaimana aku harus menjelaskan pada Her Grace nanti...."

"Aku akan menjelaskan pada mereka."sahut Helena.

"Dan siapa yang akan mengawasi my lady?!"seru Edwina dengan nada tinggi. "Sungguh merepotkan."

Helena dan Mabel menoleh pada Edwina. Wanita itu tampak tak ingin menjaga majikannya, meski ia adalah pengasuhnya.

"Tentu saja dirimu sebagai pengasuh."ujar Mabel dengan emosi.

Edwina mendelik tajam pada Mabel. Membayangkan ia harus menjaga Lilian hingga bergadang membuatnya kesal. Kenapa Lilian harus sakit seperti ini, ujarnya dalam hati.

"Semua ini karena kau membawanya keluar tadi."desis Edwina.

"Miss Edwina, Miss Helena tak salah. Ia tak akan tahu jika hal ini terjadi!"seru Mabel.

"Kau!"seru Edwina membelalakkan mata pada Mabel dengan kesal.

"Hai Sudahlah."ujar Helena menengahi mereka berdua. Mabel dan Edwina tampak masih marah serta saling melotot. "Aku yang akan menjaga Lady Lilian jika diijinkan."

"Itu lebih baik."sahut Edwina

"Miss Helena...."gumam Mabel menatapnya dengan tak percaya.

Helena menoleh pada Mabel seraya tersenyum kecil. "Sudahlah, tak apa."gumamnya.

Mabel mendengus kesal. Menurutnya Helena terlalu baik. Seharusnya ia tak perlu bersikap seperti itu pada Edwina. Sudah menjadi tugasnya sebagai pengasuh Lilian. Helena hanyalah governessnya. Mabel menatap kesal pada Edwina yang pergi tanpa beban. Mengucapkan terima kasih pun tidak. Sungguh wanita tak tahu malu, makinya dalam hati.

"Mabel, bisakah kau menemaninya sebentar sementara aku mengganti air ini?"

Mabel menoleh. "Oh biarkan aku saja yang melakukannya."ujarnya merebut baskom air.

"Tapi..."

Mabel menyeringai. "Ini tugasku, Miss Helena. Kau cukup diam di sini menemani Lady Lilian."ucapnya seraya membalikkan badan dan bergegas keluar.

Helena hanya diam. Perlahan senyum kecil menghiasi wajahnya. Lalu ia mendekati tempat tidur. Duduk di bangku dan menyentuh kepala Lilian yang masih panas. Matanya kembali menatap korset yang masih terletak di ujung tempat tidur.

Helena masih tak percaya. Untuk apa gadis sekecil Lilian memakai benda itu? Ia tahu kebanyakan wanita bangsawan mengenakan korset untuk membentuk tubuh mereka menjadi sempurna. Tapi sepanjang pengetahuannya, korset baru akan dipakai ketika beranjak remaja. Sedangkan Lilian...ia baru berusia lima tahun.

"Miss Helena...."

Helena tersentak dari lamunannya. "Oh Mabel...terima kasih kau sudah membantuku."

Mabel tersenyum. "Jangan sungkan, Miss."sahutnya seraya memperhatikan Helena mengambil kain, memeras dan menaruh di kening Lilian. Ia merasa terharu melihat perhatian Helena pada majikannya.

"Kulihat kau sangat menyayangi Lady Lilian."

Helena menoleh. Tersenyum kecil. "Ia mengingatkanku pada adikku. Dan siapa yang tidak bisa jatuh cinta dan sayang dengan gadis semanis Lady Lilian?!"

Ayah dan ibunya, sahut Mabel dalam hati. "Lady Lilian memang gadis yang baik dan manis."sahutnya.

"Ya...hanya saja...menurutku ia kurang diperhatikan His Grace dan Her Grace."gumam Helena dengan nada lirih. "Saat ini...seharusnya ia ditemani ibunya..."

Helena mendongak pada Mabel. "Apakah Her Grace sudah tahu perihal Lady Lilian?"

"Aku yakin Her Grace sudah tahu. Mungkin Her Grace masih belum bisa mengunjungi Lady Lilian."ujar Mabel. "Miss Helena, aku ingin sekali menemanimu tapi aku tak bisa...aku hanyalah pelayan dan...."

"Tidak apa, Mabel. Aku mengerti. Biar aku yang menjaganya dan kau bisa kembali pada pekerjaanmu. Terima kasih."ujar Helena tersenyum.

"Jika kau butuh bantuan, jangan sungkan untuk memintanya, Miss Helena."

"Ya aku tahu."sahut Helena mengangguk tersenyum.

Malam terasa panjang bagi Helena. Ia terus menjaga majikan kecilnya. Sesekali mengganti kain kompres di dahi Lilian dan memeriksa suhu tubuh gadis kecil itu. Ia juga mengusap bibir Lilian yang kering. Perlahan menyuapi air pada mulut Lilian agar tidak panasnya bisa turun. Helena tak tahu sudah berapa lama ia duduk menahan kantuk. Matanya terasa berat tapi ia tak ingin tidur. Dan untuk menghalau rasa kantuk ia akan mengganti kain lap Lilian. Mengusap tangan Lilian dengan lap basah.

Berkali-kali ia mendengar Lilian mengigau memanggil ibunya. Helena merasa hatinya pedih. Ia tahu seharusnya ibunyalah yang menjaga dan menemani Lilian, bukan ia yang hanya seorang governess. Helena menyentuh tangan Lilian. Meremasnya perlahan.

"My lady, aku ada di sini. Kau jangan takut. Cepatlah sembuh, my lady."gumamnya. "Kau harus sembuh."

Helena terus memegang tangan Lilian sambil sesekali mengganti kain kompres. Badannya terasa pegal dan lelah. Matanya terasa makin berat hingga tanpa sadar ia pun jatuh tertidur di samping Lilian sambil memegang tangan mungilnya.

Helena terbangun ketika mendengar suara kicauan burung di luar. Ia membuka mata. Memaki dalam hati karena sudah tertidur di saat sedang menjaga majikan kecilnya. Helena menoleh dan terkejut.

"My lady."

"Miss Helena...."gumam Lilian memandangi Helena.

"Oh my lady, kau sudah siuman?! Apa kau baik saja?"tanya Helena menyentuh dahinya dan sudah tak terasa panas lagi. Rona merah sudah menghiasi pipi gadis kecil itu.

"Kau menemani aku semalaman?"tanya Lilian

"Ya, my lady. Bagaimana keadaanmu? Bagaimana perasaanmu?"tanya Helena mengusap keningnya yang sudah tak panas.

"Aku lapar...."sahut Lilian.

Helena tersenyum. "Aku akan segera memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan bagimu."ujarnya dengan semangat meraih bel di samping tempat tidur dan membunyikannya.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu di ketuk. Helena melangkah mendekat dan membukanya. Ia melihat salah satu pelayan berdiri di hadapannya.

"Selamat pagi. Apa anda membutuhkan bantuan?"tanya pelayan wanita itu.

"Tolong siapkan sarapan untuk my lady. Ia telah siuman dan demamnya sudah turun."ujar Helena.

Pelayan itu mendongakkan kepala menatap Helena dengan mata melebar. Lalu ia tersenyum lega. "Syukurlah. Saya akan segera membawakan sarapan untuk my lady."sahutnya seraya undur diri.

Helena mengangguk. Lalu ia kembali berdiri di sisi ranjang Lilian. Tersenyum melihat majikannya yang kini tampak lebih baik meski terlihat masih lemah. "Apa kau haus?"tanyanya.

Lilian mengangguk.

Helena membalikkan badan ke arah meja kecil dan menuangkan air ke dalam gelas. "Mari, my lady, aku akan membantumu duduk."kata Helena dengan lembut dan perlahan mengangkat bahu Lilian hingga duduk. Lalu ia mendekatkan gelas ke mulut Lilian. Membiarkan gadis itu minum hingga air dalam gelas habis. Dan kembali membaringkan Lilian dengan hati-hati.

Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu. Helena bergegas melangkah menuju pintu. Ia membuka dan tersenyum melihat seorang pelayan membawa sebuah baki berisi sarapan untuk sang lady. Helena memintanya menaruh di meja samping tempat tidur.

"My lady, sarapanmu sudah tiba. Aku akan menyuapimu makan."ujar Helena kembali membantu Lilian bangun. Ia mengatur beberapa bantal di belakang punggung Lilian. Memintanya bersandar lalu mengambil semangkuk sup yang masih panas.

Helena mengaduk seraya meniup perlahan isi mangkuk tersebut. Ia mengambil sesendok sup, meniupnya perlahan lalu mendekatkan ke arah mulut Lilian.

"Apakah supnya masih panas, my lady?"tanya Helena.

Lilian menggelengkan kepala. "Tidak."

Helena tersenyum dan kembali menyuapi Lilian hingga sup dalam mangkuk habis. Lalu ia memberinya segelas air.

"Aku ingin membaca buku."ujar Lilian setelah kembali bersandar pada bantalnya.

Helena tersenyum. "Bagaimana jika aku yang membacakan untukmu, my lady? Kau baru saja siuman. Tak boleh terlalu lelah."

"Baiklah."sahut Lilian.

Helena tersenyum lalu ia mengambil sebuah buku dari atas meja samping jendela. Duduk di kursi dan mulai membuka buku di tangannya. Ia membacakan cerita hingga tanpa sadar Lilian tertidur. Helena menyadari ketika mendengar suara napas teratur sang lady. Ia mendongakkan kepala. Melihat Lilian sudah tertidur.

"Kau pasti masih sangat lelah, my lady."gumam Helena tersenyum kecil. Helena menutup buku dan menaruh di atas meja. Ia menyentuh dahi Lilian yang sudah tak panas. Membetulkan letak poninya lalu menyelimuti Lilian. Perlahan ia berjalan keluar dari ruang tidur Lilian.



Tbc
Setelah sekian lama akhirnya bisa update juga cerita ini
Maaf ya lama krn kmrn aku sakit insomnia parah. Harusnya pas ga bs tdr bisa dipakai dgn bikin cerita ya. Tapi malah ga bs krn skt pala & keburu ga mood hehee...
Skrg insomnia ku udah membaik. Perlahan mood nulis ceritaku jg kembali lagi.
Semoga aku bs lancar menulis cerita2 on goingku ya jd bs lekas tamat & bikin cerita baru lagi hahaha banyak bgt ide cerita baruku. Cm aq pngn tamatin dulu yg ongoing

Anyway jngn lupa voment nya
Thanks buat yg selalu sabar nunggu update dariku. Maaf beribu maaf kalo update-ku lama bgt 🙏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top