Aku datang lagi 🫶🏼
Untuk update di karyakarsa masih proses ya. Aku weekend ini lembur sayang. Jadi belum bisa nulis banyak. Ditunggu aja yaa ❤️
***
Shana memang suka menyendiri, tetapi kali ini dia lebih seperti mengunci diri. Membiarkan dirinya terkurung di kamar seharian hingga dini. Tanpa peduli jika perutnya sudah lama berbunyi. Baginya, yang penting adalah menenangkan diri.
Peristiwa mengejutkan beberapa jam yang lalu masih menghantuinya. Menari di kepala seolah tengah mengejeknya. Seperti tak ingin ia melupakannya. Jika bisa, Shana ingin membenturkan kepalanya agar lupa l semuanya. Namun itu tentu tidak akan mengatasi segalanya.
Ah, dia benar-benar sudah gila.
Lagi-lagi Shana meraih bantal dan berteriak kencang. Dia menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya kembali memanas dengan semburat merah yang muncul secara perlahan. Tingkahnya seperti remaja labil yang baru mengenal seorang pria.
Konyol.
"Ini nggak bener," gumam Shana untuk yang kesekian kalinya. "Bisa-bisanya gue ciuman sama dia? Dan bisa-bisanya dia cium gue?"
Rasa tak percayalah yang paling mendominasi. Tak percaya akan apa yang ia dan Ndaru lakukan.
Bagaimana bisa? Kepalanya masih bertanya-tanya.
Hingga saat ini, tidak ada yang spesial pada hubungan mereka. Semua berjalan sesuai dengan kontrak yang ada. Hanya akan bersandiwara jika kamera wartawan menyapa. Namun yang terjadi tadi, seolah menghancurkan fakta yang ada.
"Kebawa suasana kali ya? Pasti dia kemasukan setan birahi." Kemudian Shana terdiam selama beberapa detik sambil berpikir. "Berarti gue juga kemasukan setan birahi, dong?" tanyanya saat ingat jika bukan hanya Ndaru yang terlibat, tetapi dirinya juga ikut berperan.
"Sialan!" Shana memukul bantalnya keras.
Lelah bertarung dengan isi pikirannya sendiri, Shana menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia melirik pada jendela yang sudah menampilkan langit gelap. Hari sudah malam, lebih tepatnya jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Terhitung sudah 10 jam dia mengurung dirinya di kamar.
"Gue laper." Shana kembali bangkit dengan lemas. Dia melirik gelasnya yang sudah kosong.
Keadaan benar-benar tidak mendukung. Shana sudah kehabisan stok makanan di kamarnya. Bahkan air pun sudah tidak ada. Sekarang dia ingin sekali memasukkan makanan ke dalam perutnya. Jika tidak, Shana takut jika kepalanya akan semakin error karena memikirkan kejadian yang tak seharusnya.
Setelah memantapkan diri, Shana bangkit dari tempat tidur menuju pintu kamar. Dengan gerakan pelan tanpa suara, dia memutar kunci dan membuka pintu. Sebelum benar-benar keluar kamar, Shana memastikan keadaan luar. Hal pertama yang ia lihat adalah pintu kamar Ndaru tertutup rapat. Mengingat jika malam sudah larut, bisa dipastikan jika pria itu sudah terlelap.
Dengan cepat Shana keluar kamar dan berlari kecil menuruni tangga. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki agar tidak ada suara yang ditimbulkan dari langkah kakinya. Semua itu ia lakukan agar tidak menarik perhatian dan bertemu dengan Ndaru. Hingga saat ini, Shana masih tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan pria itu.
Saat berbelok menuju dapur, langkah Shana terhenti. Matanya membulat melihat pria yang ia hindari tengah duduk di meja makan dengan laptop yang menyala. Melihat kemeja yang ia pakai, sepertinya pria itu baru saja kembali dari kantor.
Sial!
Dengan meringis kecil, Shana berbalik ingin kembali ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat panggilan suara berat Ndaru terdengar.
"Shana?"
Mata Shana terpejam erat. Dia mengumpat dalam hati karena ketakutannya benar terjadi. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia kembali membuka matanya dan mengangguk mantap. Saatnya kembali bersandiwara. Shana tidak mau Ndaru mengetahui apa yang ia rasakan saat ini. Jika pria itu bisa bersikap tenang, maka Shana harus bisa melakukannya juga.
"Ya, Pak?" Shana berbalik dengan alis terangkat. Ekspresi kesalnya saat melihat Ndaru tadi sudah tergantikan dengan wajah tenangnya.
Ndaru menatap Shana sejenak sebelum melepas kaca mata bacanya. "Belum tidur?"
Shana mengedikkan bahunya. "Kayak biasanya, Pak. Saya nggak bisa tidur kalau malem."
Ndaru mengangguk dan melirik dapur. "Mau cari makanan?"
Shana menggeleng cepat. "Enggak, kok," jawabnya cepat.
Ndaru menunduk dengan senyum tertahan. Dia mengangguk lalu berdiri sambil merapikan barang-barangnya. Dia berjalan mendekat sampai berdiri tepat di depan Shana.
"Biar saya yang ke kamar. Kamu bisa pakai dapur sepuasnya." Setelah itu Ndaru pun berlalu pergi.
Shana menggigit bibirnya dan menatap kepergian Ndaru kesal.
Lihat, pria itu selalu bisa menutupi semuanya dengan wajah tenangnya. Tidak mungkin jika kejadian tadi siang tidak berarti apa-apa.
Baiklah, mungkin Shana yang terlalu berlebihan. Bisa saja Ndaru memang tidak menganggap serius kejadian tadi siang. Namun tetap saja, hal itu membuat Shana kesal.
Tidak ingin berlarut dengan rasa kesalnya, Shana melanjutkan langkahnya menuju dapur. Dia berdiri di tengah dapur seperti orang bodoh. Dia lapar, tetapi tidak tahu apa yang harus ia makan. Acara masak siangnya tadi juga sudah gagal dan entah ke mana larinya bahan makanan yang ia biarkan begitu saja. Lalu Bibi Lasmi pun hari ini bersitirahat karena tangan melepuhnya.
Terpaksa, Shana mencari makanan instan yang mudah dan cepat. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memasak. Perutnya sudah berteriak ingin makanan. Mungkin itu juga yang menyebabkan emosi Shana tidak stabil hari ini.
"Bu Shana?"
Shana menoleh dan mendapati Bibi Lasmi yang memasuki dapur.
"Loh, Bibi belum tidur?"
Bibi Lasmi tersenyum dengan gelengan. "Tadi Bapak panggil saya, katanya Ibu lagi cari makanan."
"Bapak?" gumam Shana dengan dahi berkerut.
"Tadi sore Bapak pesan makanan terus titip ke saya katanya buat Ibu."
"Buat saya?" tanya Shana menunjuk dirinya sendiri dengan bingung.
Bibi Lasmi membuka lemari penyimpanan makanan dan mengeluarkan satu kotak makanan. "Kata Bapak ibu lagi fokus nulis di kamar jadi saya nggak berani panggil. Jadi saya simpan dulu makanannya. Ini mau dihangatkan lagi atau gimana, Bu?"
Shana menggeleng cepat. "Nggak usah, Bi. Bapak beli apa tadi?" tanyanya sambil membuka kotak makan itu.
"Nasi goreng, kata Bapak Bu Shana suka nasi goreng."
Bagaimana dia tahu? Kepala Shana kembali bertanya-tanya.
"Tadi Mas Gilang mau beli di restoran langganan bapak, loh, Bu. Tapi Bapak langsung bilang beli di abang-abang depan komplek aja." Bibi Lasmi menoleh dengan kekehan kecil. "Soalnya Ibu lebih suka nasi goreng abang-abang katanya."
Benar, itu memang benar.
Shana tersenyum tipis. "Makasih, ya, Bi. Bibi istirahat aja. Biar saya pindahin makanannya sendiri."
Bibi Lasmi mengangguk. "Kalau gitu saya ke kamar dulu, Bu. Kalau butuh apa-apa panggil aja."
Shana mengangguk dengan menatap kepergian Bibi Lasmi. Namun wanita paruh baya itu kembali berbalik sambil menpuk jidatnya.
"Oh iya!" ucapnya berlari kecil membuka lemari pendingin.
Shana menatap pergerakan itu dengan bingung. "Ada apa, Bi?"
"Ini." Bibi Lasmi mengeluarkam satu mangkok berisi buah-buahan potong. Ada buah melon, semangka, stroberi, anggur, dan beberapa jenis berry. "Tadi siang bapak potong buah-buahan ini, Bu."
"Untuk?" Shana menatap mangkok itu bingung.
"Ya buat Ibu. Siapa lagi yang suka makan buah potong mix gini kalau bukan ibu?"
"Bapak yang potongin?" Lagi-lagi Shana merasa tak percaya.
Bibi Lasmi mengangguk dengan lagi-lagi diiringi kekehan kecil. "Kata Bapak buat jaga-jaga kalau malem-malem ibu keluar cari camilan. Soalnya ibu pasti kelaperan habis kerja terus di kamar sampe malem."
Ah, ternyata Ndaru sadar jika ia tengah menghindari pria itu. Ini memalukan!
"Makasih, ya, Bi." Shana mengambil mangkok itu cepat dan kembali fokus memindahkan nasi gorengnya.
Lagi-lagi wajahnya memanas. Ini tidak benar.
Begitu Bibi Lasmi pergi, Shana menyandarkan tubuhnya pada meja island dapur dengan tumpuan kedua tangannya. Dia menggigit bibirnya sambil berpikir. Mengenai perhatian yang Ndaru berikan. Mungkin terlihat sepele karena menyiapkan makanan bukanlah hal sulit untuk Handaru, karena hanya menyiapkan. Namun justru itu, seorang Handaru Atmadjiwo mau memberikan perhatian kecil itu padanya, pada istri kontraknya yang hobi membantah perintahnya.
Ini... aneh, kan?
***
TBC
Shana kalo lu nggak mleyot parah sih, Mas Ndaru udah gemesin banget itu 😭
Follow ig viallynn.story
Jangan lupa vote dan commentnya ya 😘
Viallynn
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top