💫4💫
"Bik Suuuuum, Bik Sumiyeeeem ... toloooong ... Ya Allah kok pake pingsan sih, untung kok ya pas di kasur dia nggeblak lah kalo di bawah siapa yang mau nyeret badan segede kingkong gini."
Tak lama kemudian datang wanita paruh baya bertubuh gempal tergopoh-gopoh masuk ke kamar Abdi. Dan terbelalak saat melihat Neta berusaha membetulkan posisi kepala serta badan Abdi di kasur.
"Ya Allah kenapa ini Den Abdi, Non? Lah kok malah kaya orang lemes gini? Wong tadi dia nggak kenapa-napa waktu saya kasih teh anget." Bi Sumiyem terlihat cemas, ia bantu Neta menyelimuti badan Abdi yang terasa panas.
"Stres dia Bik, gara-gara mantan istrinya gak mau diajak balikan," sahut Neta sambil menyelimuti badan besar Abdi. Ia meraih minyak kayu putih, dibalurkan di sekitar kening, hidung, dan memijat pelan pelipisnya.
"Maksud Non Neta, Non Redanti? Jadi Den Abdi ketemu lagi sama Non Redanti?" Bi Sum terlihat senang saat Neta mengangguk.
"Lah iya kan dua anak ini terpisah karena keadaan, mereka kurang informasi .. "
"Komunikasi Biiiik."
"Iyaaa lak pokoke kurang saling ngomong, sama-sama jauh trus ada omongan gak bener dan Den Abdi ya gitu manut banget ke almarhumah ndoro sepuh, lah ya namanya anak, apa nggak dibawa ke dokter saja ini Den Abdi, Non?"
"Iya Bik, aku mau nelepon dokter langganan dia, enaknya gimana lah wong dia pingsan gini siapa yang mau nyeret dia ke mobil."
"Iya bener Non, biar cepat diobati sakit jiwa dan raganya, Sik ya saya tak buat bubur untuk Den abdi." Buk Sum melangkah tergesa keluar kamar.
"Bubur ayam Biiiiik, aku minta juga."
"Inggiiiih."
.
.
.
Redanti sedang melayani beberapa klien yang kebetulan sore itu sedang ramai hendak membuat baju pengantin dan baju lainnya. Saat sedang ramai dan sibuk tiba-tiba ponselnya berdering, Redanti melihat nama Neta di sana.
Ya Net?
Emmm Mbak ada waktu menjenguk Mas Abdi?
Aku sibuk ini Net gimana yah? Apa Mas Abdi masih belum sembuh?
Sembuh apanya wong malah pingsan
Hah? Ko bisa? Paling dia kelaperan, udah tahu sakit maagnya kumat kok masih sok gaya aja gak makan
Dia kayak stres tadi waktu aku bilang Mbak nggak akan pernah balikan, trus pingsan
Nanti aku telepon lagi ya Net, beneran ini aku sibuk
Iya iya Mbak
Redanti meletakkan ponsel di meja kerjanya dan mulai melayani kliennya, mulai konsultasi bahan yang mau dipakai, aplikasi pada baju atau gaun pengantin juga batu yang akan dipakai sebagai hiasannya. Redanti melayani semuanya satu per satu dengan sabar, dibantu dua orang asisten.
Hingga hampir jam sembilan malam Redanti dan beberapa karyawannya baru keluar dari butik. Langkah Redanti terhenti saat Lanang menunggunya di samping mobilnya.
"Ada apa Mas Lanang?" Redanti merasa heran saja tak biasanya Lanang menunggunya. Laki-laki itu terlihat canggung, beberapa kali terlihat mengusap rambut dan mengusap ujung hidungnya.
"Aku tahu ini sudah malam, aku menunggumu sejak tadi tapi kau sibuk, aku ingin ngajak kamu makan, hari ini aku ulang tahun." Mata Redanti terbelalak lalu tersenyum. Mengulurkan tangannya pada Lanang yang disambut Lanang dengan suka cita.
"Selamat ulang tahun Mas, semoga sehat dan cepet dapat jodoh yah, ayo nggak papa, makan dekat-dekat sini aja biar nggak lama dan nanti aku balik ke sini, aku bawa mobil kan." Redanti berusaha ramah pada laki-laki yang juga selalu ramah dan sabar ini. Laki-laki yang tetap tak menampakkan kemarahan saat dulu orang tua Abdi membabi buta menuduhnya ada hubungan khusus dengan Redanti.
"Iya makasih, nggak tahu nih jodohku kemana, udah aku cari nggak nemu-nemu, ayolah kita berangkat." Redanti hanya tertawa menanggapi gurauan Lanang, laki-laki yang tetap menjaga kesopanan meski ia tahu dari tatapan laki-laki itu ada sinyal aneh yang mulai ia rasakan, hanya Redanti tak mau ge er ia tetap menjaga pertemanan agar hubungan baik mereka sebagai teman tetap terjaga.
"Ini Kan tempatnya Re?"
"Iya Mas, bagus kan?" Redanti khawatir Lanang tak cocok pada cafe pilihannya yang terlihat agak ramai.
"Nggak papa, toh kita hanya makan saja berdua, kayak orang pacaran aja ya Re?" Redanti terkekeh, segera membuka pintu mobil saat Lanang sudah memarkir mobilnya.
"Re, tunggu aku, biar aku yang bukakan," pinta Lanang dan Redanti tertawa lagi.
"Ah Mas ini, nggak ah aku bisa buka sendiri, kayak pacaran beneran kalo kayak gitu."
Berdua mereka masuk ke cafe yang dituju dan langkah Redanti terhenti saat lengannya ada yang menahan, ia menoleh ternyata Neta yang sedang rame-rame bersama beberapa orang di satu meja.
"Loh Net, kamu kok di sini? Gimana Mas Abdi? Nggak ada yang jaga di sana kalo kamu di sini?"
"Biarin lah dia bukan pacar saya Mbak, ada Bik Sumiyem di rumahnya, tadi ada dokter cantik juga yang jagain dia, lah saya juga kumpul-kumpul ini Mbak, makanya Mbak Redanti sempetin dong, tadi dia masih sulit makan, sudah sadar tapi lemeees aja, ke sana ya Mbak yaaa."
Redanti mengangguk-angguk, ia melambaikan tangan dan melanjutkan langkah bersama Lanang menuju meja yang ada di pojok. Setelah duduk berhadapan dengan Lanang, Redanti merogoh ponsel dari tasnya dan tangannya ragu hendak menelepon seseorang.
"Mau menelepon Mas mu?"
"Mantan Mas."
"Apapun itu kenyataannya kamu masih peduli."
"Dia sakit dan sendiri, tak ada yang merawat."
"Dia bukan anak-anak yang pasti, bahkan sudah pernah menikah, artinya sedikit banyak ia tahu apa yang harus dilakukan, tapi nggak papa juga sih biar hatimu tenang telepon sajalah, silakan."
Redanti menatap Lanang dan dengan ragu mengangguk, menatap garis-garis kecewa di wajah Lanang namun masih saja tersenyum.
"Teleponlah, agar kau tenang dan dapat memastikan dia baik-baik saja atau tidak."
Sekali lagi Redanti mengangguk dan Lanang tetap tersenyum, namun entah mengapa hati Lanang terasa sepi, ulang tahun yang ingin ia rayakan dengan manis ternyata berbumbu pahit.
.
.
.
"Bik , Pak Abdi jangan capek dan banyak pikiran ya, makannya juga jangan terlambat, ini paling belum makan deh Pak Abdi." Bi Sum hanya mengangguk menatap tak berkedip dokter cantik yang ada di depannya.
"Iya Bu Dok Kuning, akan saya ingat."
Dokter yang dipanggil kuning oleh Bi Sum hanya tertawa pelan sambil menulis resep di dalam kamar Abdi yang terdapat satu sofa dan meja.
"Kemuning Biiik."
"Eh iya maaf, Bu Dok."
"Ini resepnya, emmm rumah sebesar ini Pak Abdi sendirian?" tanya Kemuning sambil mengedarkan pandangan.
"Sama saya Bu Dok, istrinya lagi otw kata anak jaman sekarang." Ucapan Bi Sum membuat Kemuning tertawa.
"Apanya yang otw Bi?"
"Yah on de we Bu, kan Den Abdi sudah cerai sama istrinya tapi doa saya semoga mereka balikan lagi mereka."
"Caaaa ... Caaaa ... aku sakiiit .. aku sakit Caaaa ... "
Igauan Abdi menghentikan obrolan Bi Sum dan dokter Kemuning.
"Siapa yang dipanggil-panggil itu Bi?"
"Mantan istrinya," sahut Bi Sum.
"Oh Pak Abdi duda? Lah kok kayak anak kecil ya, pake acara ngigo segala?" Dokter Kemuning tertawa
"Heheh iya, Duda Bu, dan asal ibu tahu laki-laki itu memang makhluk yang nggak akan pernah dewasa Bu Dok, selamanya kayak anak kecil, makanya tugas wanita memanjakannya."
"Lah ya kebalik Bi harusnya laki-laki yang memanjakan kita para wanita," sahut Kemuning tak mau kalah," kalo gitu saya nggak mau ah sama Pak Abdi, manja dia." Ucapan Kemuning mengagetkan Bi Sum.
"Loh, Bu Dok ini memangnya siapa, Nggih?"
"Harusnya Papa yang ke sini, tapi papa bilang yang sakit keren dan ganteng, maksud papa biar saya kenalan dulu saya Pak Abdi."
"Oalaaah mau dijodohkan to? Saya yakin Pak Abdi juga gak akan mau sama Bu Dok."
"Bibi kok yakin?"
"Lah ini sakit karena ditolak sama mantan istrinya."
"Yaaah saya nggak mau juga ah sama duda gamon."
"Hah, duda galon? Jual galon?"
Dokter Kemuning tertawa.
"Duda gamon Biiiii, duda gagal move on."
"Alah mbuh Bu, saya nggak ngerti."
"Assalamualaikum ... "
"Wa alaikum salam, eh Non Redanti sama siapa?" tanya Bi Sum.
"Sama Neta itu masih di belakang Bi."
"Naaah Bu Dok, ini mantan istri Den Abdi, Redanti."
"Caaaaa .... aku sakiiit ... "
"Halaaah lebai, siram air saja, pura-pura ngigo." Neta berteriak saat Abdi membuka mata dan memandang Redanti dengan tatapan memelas. Redanti melihat wajah kuyu Abdi antara iba dan hampir tertawa karena ia merasa yakin jika mantan suaminya tidak dalam keadaan sakit parah.
"Mas kenapa sampe pingsan?" tanya Redanti.
"Lapaaaar ... "
Jawaban Abdi sontak membuat semuanya tertawa.
💫💫💫
13 Oktober 2020 (12.41)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top