18 - Sweet Seventeen

"Bagaimana ... Apa dia sudah mau bicara?"

Alih-alih menjawab, perempuan jangkung yang ditanya hanya meletakkan sebuah tas kumal—setengah melempar, ke meja di tengah ruangan.

"Hmm? Ada apa dengan tas ini?"

Lelaki yang bertanya mendekat perlahan, agak takut-takut dia menggunakan kemucing yang hampir gundul untuk menyendul-nyendul tas kumal di atas meja. Dia melompat mundur dengan pekikan ketika tas tersebut terguling dan tambalan kain yang berfungsi sebagai penutup tekulai membuka.

Tak terjadi apa-apa.

"Kenapa ketakutan begitu?" tanya perempuan yang sedari tadi hanya diam menonton kehebohan yang ditimbulkan oleh rekannya.

"Kau tidak segera menjawab pertanyaan, malah nyodorin benda kumal mencurigakan begini. Gimana aku tidak panik kalau tiba-tiba tasnya terbuka?!"

Protes lelaki yang masih menggenggam tangkai kemucing botak erat-erat seperti hendak menggunakan benda itu sebagai senjata.

"Itu hanya tas berisi buku-buku dan alat tulis," perempuan jangkung itu menjawab seraya melepaskan kain penutup hidung dan wajahnya.

Masih takut-takut lelaki yang menggenggam kemucing, menarik keluar isi tas kumal. Delapan buah buku tulis. Memang bukan dari bahan yang istimewa tetapi setiap lembar kertasnya bersih, belum ada noda tinta maupun pensil. Di bagian kantong yang lebih dalam, ada seikat pensil. Masih utuh, belum diraut.

"Apa dia juru tulis dari salah satu koloni?" gumam lelaki berkemucing sambil mengamati barang-barang yang bergeletakan di atas meja.

"Juru tulis macam apa bisa menjatuhkan 4 orang penjaga dalam kondisi setengah sadar karena kelaparan dan dehidrasi?"

"Ya, mana kutahu," tukas lelaki berkemucing, kesal. "Kan kau yang bicara dengannya?!"

"Pemburu dan scavenger, itu yang dia jawab waktu kutanyai soal identitas lelaki itu," jawab perempuan itu.

"Hmm," gumam lawan bicaranya, seketika kehilangan minat. Lalu mulai menyibukkan diri mengecek setiap sudut kantong kumal yang sepertinya juga sudah berlapis beberapa mili debu gurun. Asap debu berhamburan pada setiap gerakan kecil saja. Dia sempat mencoba menepis itu dengan kemucingnya tetapi malah malah membuat asap debu makin berhamburan.

"Hanya saja ... Sepertinya dia bukan hanya terlatih menghadapi hewan," tambah perempuan lawan bicaranya, nyaris tak terdengar karena tertelan suara bersin dan batuk lelaki berkemucing. 

"Aku jadi penasaran bagaimana dia menghabiskan masa mudanya."

"SEMUA KADET ... POSISI BERSIAP!!!"

Satu seruan dari instruktur itu membuat para pemuda berseragam nyaris melompat dari kasur masing-masing, bergegas memperbaiki penampilan, lalu berdiri tegap di kaki ranjang masing-masing. Instruktur hanya menunggu beberapa menit lalu mulai berjalan menyusuri barisan berisi 12 ranjang yang ditata saling berhadap-hadapan itu. Dengan tongkat ramping, dia menunjuk semua kesalahan setiap kadet dan menghukum dengan push-up, lari keliling, atau lompat kodok.

Disamping instruktur yang menunjuk dan meneriakkan setiap hukuman itu, ada seseorang dengan seragam sedikit berbeda. Dia mencawang dan mencatat setiap kali nama seseorang disebut oleh rekannya.

"James Rudolphson, Marten Phillip, Peregrine Drake! Nama-nama yang disebut ini, kenakan topi dan jaket dinas harian kalian lalu ikuti kami!"

Ducky muda bergegas meraih jaket dan topi yang tergantung di atas meja. Dengan satu gerakan cepat dia mengenakan dan menarik ritsleting, lalu melangkah cepat menyusul instruktur dan kedua rekannya sembari mengenakan topi.

Hari itu tablet kerjanya berdenting sekali, mengeluarkan notifikasi bertuliskan bahwa dia baru saja mencapai usia ketujuh belas, beberapa belas menit yang lalu. Kalau diingat lagi bertahun-tahun kemudian, agak mengerikan bagaimana pusat mencatat kelahiran setiap kadet militer hingga ke menit dan detiknya. Namun saat itu dia hanya merasa sedikit senang.

Ketiga kadet yang ditunjuk hari itu, dikumpulkan bersama kadet-kadet dari kesatuan lain yang menginjak usia 17 tahun pada saat pemeriksaan rutin di bangsal. Rumor yang beredar di kalangan para kadet, semua yang berulangtahun ketika menempuh pendidikan di akademi akan mendapat fasilitas khusus. Itu adalah kali pertama dalam hidup seorang Ducky muda berterimakasih kepada kedua orangtua karena melahirkan dirinya.

Di bangsal hanya ada sekitar sepuluh orang yang berkumpul. Tidak terlalu banyak. Sepertinya karena suatu alasan para pasangan di Liberté tidak melakukan kegiatan menghasilkan keturunan 17 tahun yang lalu.

"Baik, semua kadet sudah memasukkan absensi dengan sidik jari dan sidik retina?"

"Siap, sudah!" seru semua kadet, serempak.

"Bagus!"

Kemudian terdengar denting-denting notifikasi tanda sesuatu dikirim pada akun masing-masing kadet. Dentingnya khas, tanda bahwa ada mereka baru saja menerima sesuatu. Terlihat dari wajah masing-masing kadet, termasuk Ducky mereka kesulitan untuk tidak terlalu menunjukkan rasa senang.

"Semua kadet, istirahat!" seru seorang Instruktur. "Kalian diizinkan memeriksa tablet dinas masing-masing!"

Dengan kegembiraan meluap dan rasa penasaran tinggi, Ducky muda dan rekan-rekan sesama kadet buru-buru meraih tablet dinas masing-masing. Sebuah pesan terpampang.

Selamat pagi, Kadet Drake. Untuk merayakan tercapainya usia 17, bersama pesan ini anda mendapat paket:
1. Kredit sejumlah 3 kali uang saku bulanan—sesuai dengan yang tertera di catatan pemasukan saldo anda,

2. Jatah cuti berbayar tambahan, sebanyak 10 hari—untuk cuti berturut-turut lebih dari 2 hari, harap mengajukan izin kepada instruktur yang berwenang,

3. Kartu pass level B -1 untuk 5 fasilitas Liberté yang Anda pilih.

Kami harap paket ini akan meningkatkan kinerja dan loyalitas Anda pada Koloni kita.

Demi kemajuan dan kejayaan Liberté.

Seperti mimpi saja. Segala yang diidam-idamkan oleh warga biasa seperti dirinya, terkabul hanya karena mencapai usia 17 tahun. Kalau diizinkan, dia pasti sudah tertawa keras dan bersorak kencang-kencang.

Namun tidak ada yang gratis di dunia ini. Setelah semua dipastikan selesai membaca pesan yang masuk, Instruktur saling berpandangan lalu mulai memberi aba-aba dengan anggukan.

Tiba-tiba pintu utama dan pintu samping bangsal terbuka lebar. Lalu dari masing-masing pintu, berbaris masuk pasukan berseragam khusus. Ducky muda mengenali seragam itu sebagai seragam Pasukan Penjaga Ketertiban—didirikan khusus untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran politik dan hukum militer.

"Perhatian para kadet!" seru salah satu instruktur dengan suara membahana, segera setelah barisan Pasukan Penjaga Ketertiban berdiri tegap dan rapi, menutupi setiap penjuru jalan keluar.

"Koloni kita sudah berbaik hati menawarkan keberuntungan pada kalian yang sudah mulai menginjak usia dewasa. Secara hukum kalian memang masih membutuhkan 3 tahun lagi untuk resmi tercatat sebagai warga dewasa, tetapi sebagai kadet akademi, 17 tahun adalah usia yang diyakini sebagai usia ideal untuk meneguhkan kesetiaan kalian pada Koloni Liberté."

Semakin lama, segala kegembiraan yang tadi dirasakan oleh Ducky perlahan membeku, semakin jauh dia mendengar ucapan instruktur tersebut. Apa yang dikira sebagai hadiah ulang tahun terbaik, berubah jadi alat pengikat kontrak. Bedanya dengan kontrak kerja biasa, keberadaan barisan Pasukan Penjaga Ketertiban menunjukkan bahwa, siapa saja yang menolak untuk menyetujui kontrak akan dijatuhi hukuman sebagai pelanggar ketertiban politik dan hukum militer.

Ducky muda hanya bisa pasrah dan ikut menyetujui kontrak seperti sesama rekan kadet yang lain. Sejak hari itu, porsi latihan mereka akan ditambah karena mereka secara hukum militer sudah dianggap setara dengan prajurit dewasa. Karena itu juga mereka sudah tak memiliki pilihan lain kecuali meneruskan jenjang karir sebagai prajurit hingga usia pensiun atau meninggal dalam tugas.

Itu sebabnya para senior dan rekan-rekan yang lebih tua, bungkam ketika ditanya apa saja yang mereka dapatkan begitu mencapai usia 17 tahun.

Catatan Penulis

Halo, semuanya! >w<)/

Selamat datang di chapter ke - 18, DWC tahun ini. Tema hari ini sedikit meleset dari tanggalnya, yaitu sebuah prompt:

Tokoh cerita kalian baru saja berulang tahun yang ke-17. Tanpa ia sadari, ketika usianya menginjak 17 tahun, maka semua permintaan (hanya di hari ulang tahunnya) akan terkabul. Namun, seperti kata pepatah, with great power comes great responsibility.

Saya sedang tidak ada mood untuk membuat magical realism jadi permintaan Ducky yang terkabul saya berikan saja apa yang biasa diharapkan oleh warga biasa di dunia false-utopia yang lebih terasa distopia-nya. Ekstra dana untuk membeli barang yang diinginkan, liburan tetapi tidak kekurangan penghasilan, dan akses untuk menggunakan fasilitas yang sebelumnya hanya boleh digunakan warga kelas atas.

Sebagai bayaran dari segala yang didapatkan itu, Ducky muda harus menyetujui kontrak nyaris seumur hidup, karena nyaris tidak ada prajurit biasa yang mencapai usia pensiun.

Mohon maaf kalau untuk tema kali ini kesannya jadi suram atau malah terlalu biasa. Semoga tetap bisa dinikmati teman-teman yang mampir untuk membaca.


Surabaya, 18 Juni 2023,

Prakash.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top