⚠️SP - Roti Sobek⚠️

*Notes: timeline special part random ya, bisa lompat-lompat. Jadi, nikmati saja.
***
Terhitung sekarang baru delapan hari jadi pengantin baru dan Caca masih merasa canggung dengan Adit, padahal pria itu sudah sah menjadi suaminya.
Halal untuk disentuh.
Halal untuk diraba-raba.
Namun, Caca tak bisa melakukan itu. Bahkan, melihat kemunculan Adit dari jarak sepuluh meter saja badannya sudah panas dingin.
Akibatnya, selama delapan hari ini, mereka—Caca merasa terpaksa—tidur bersama, tetapi dalam keadaan berpakaian utuh.
Caca sangat-sangat merasa bersyukur terlahir sebagai seorang perempuan. Soalnya dia sedang datang bulan, jadi aman.
Aman dari apa?
Salah, apanya yang aman?
"Ekhem!"
Dehaman Adit membuyarkan lamunan Caca yang sedang sibuk bengong di depan cermin. Kedua tangannya masih menggerak-gerakkan hairdryer dengan pelan.
Ya, dia baru saja keramas. Baru selesai masa merahnya.
"Mau kubantu?" Adit berjalan menghampiri kursi istrinya.
Selalu begitu. Meski berulang kali tawaran pertolongannya ditawarkan, Caca sering menolak dengan alasan tak enak.
Alasan lain, karena setelah menikah, Caca menderita lemah jantung, yang suka kambuh setiap berada di dekat Adit.
Caca menggeleng kaku. "Gak apa, aku udah mau selesai kok, A," tolaknya dengan nada sehalus mungkin.
Anggukan Adit menjadi penutup obrolan mereka dengan topik itu.
Adit tampak berjalan ke arah pintu dan mengambil handuk yang tergantung di sana. Lantas, pria itu memutar handel pintu dan masuk ke kamar mandi.
Setelah melihat suaminya benar-benar pergi, Caca sontak membuang napas.
Ponselnya yang tergeletak di meja rias, berbunyi singkat dengan layar menyala. Pesan dari Vera.
Vera Mnyt
Gimana, udah nyoba gaya apa aja?
Caca
Bebek berenang!
Vera Mnyt
Anzaayyy. Gaya apa itu?
Apa Adit di bawah terus ....
Caca
Kampreeeeet!
Nikah sono lu!
Vera Mnyt
Mau. Biar bisa nyoba banyak gaya.
Sehari sepuluh gaya sabi.
Ini obrolan sama Vera selama delapan hari belakangan, isinya topik dewasa. Tak layak baca untuk anak di bawah umur.
Caca niatnya mau mengabaikannya, tetapi teror Vera pasti menyeramkan. Lima menit tidak dibalas, maka sahabatnya itu akan spam chat. Syukur-syukur isi chat-nya normal, atau umpatan. Ini, Vera akan meneror dengan foto atau video tak senonoh, bahkan link aneh-aneh.
Heran, heran. Kok, Caca bisa punya sahabat kayak Vera, sih?
Vera Mnyt
Ada kabar gembira.
Gweh dapat foto bagus.
Nih.
Coba gih tar malem.
Vera Mnyt send a pict.
Tanpa diunduh, Caca sudah bisa mengintip foto yang dikirim sahabatnya. Dia langsung istighfar. Foto itu tak usahlah diceritakan, takut bikin sawan.
Andai dengan memblokir kontak Vera, masalah bisa selesai. Namun, justru itu akan mengundang masalah besar kalau sampai dilakukan.
Caca
Udah dulu. Ada A Adit.
Vera Mnyt
Ha! Pasti kau mau langsung coba gaya di foto yang kukirim tadi, khaan?
Caca
Masia, ah.
Caca menutup ponsel dengan muka merah padam. Delapan hari dicekoki hal tak senonoh oleh Vera membuat otaknya mulai tak beres. Dia perlu rukiah biar mata dan otaknya suci lagi.
Pintu tiba-tiba terbuka, bikin Caca terlonjak kaget. Tangannya lantas buru-buru meraih hairdryer dan menyalakannya.
Desing lembut hairdryer menarik perhatian Adit. Pria itu muncul hanya dengan handukan. Rambutnya tampak basah dan masih meneteskan beberapa bulir air. Aroma sampo dan sabun yang wangi lagi menyegarkan menguar kuat dari tubuh atletisnya.
"Kok, masih dikeringkan? Nanti rambut kamu kering dan rusak, Sayang," kata Adit sambil berjalan menuju kursi Caca.
Sayang?
SAYANG?
Caca refleks menoleh untuk protes, tetapi kedua matanya seketika membola begitu melihat perut sixpack Adit.
Waw. Roti sobek.
Dia menelan ludah. Balik pura-pura sibuk menyisir.
Kernyitan di dahi Adit makin bertambah saat melihat tingkah Caca. Kenapa istrinya itu? Salah tingkah lagi? Senyum terbit di bibir merahnya. Sebuah niat jail muncul begitu saja di benaknya.
Adit merundukkan tubuhnya yang tinggi, lantas kedua tangannya terulur, menopang tubuhnya dengan menahan ke meja. Dia menunduk, membuat beberapa tetes air jatuh ke wajah Caca.
Tiga detik mereka berpandangan dalam jarak nyaris tak bersekat. Lantas, ekspresi aneh muncul di wajah Caca.
"Ihhh! Rambutnya masih basah! Keringin dulu, kek!" amuk wanita itu seraya memelototkan kedua matanya. Dia sudah setengah membalik badan sehingga menghadap Adit yang justru hanya memaku tatap kepadanya.
"Oh, masih basah, ya?" Adit pura-pura bodoh.
Aslinya itu memang kebiasaan buruknya. Kalau habis mandi, suka buru-buru mengeringkan badan sampai bagian kepala terlewat. Malah, badannya belum kering sepenuhnya. Masih ada air sehingga beberapa bagian terlihat basah.
"Tolong keringin, dong." Adit melirik hairdryer di tangan kanan Caca.
Caca menelan ludah. "Ya udah, sini!" Dia menyerah. Tak apa, sekali-kali dicoba tahap pendekatan jalur sentuhan fisik.
"Oke."
"EHHH?" Caca nyaris menjerit begitu Adit dengan ringan memangku badannya, lantas membawanya turun dari kursi.
Jantungnya mencelus, terjun bebas sambil menahan jeritan yang siap merobek telinga saja.
Bukan, dia ingin menjerit bukan karena sikap Adit, melainkan gara-gara tubuh suaminya.
Caca menempel ke tubuh Adit yang polos tanpa pakaian, ke arah perut bawah sampai dadanya yang keras dan penuh otot.
Waw. Roti sobek.
Kedua mata Caca menyipit, lantas melirik kaku ke bawah. Dapat! Mampus! Sekarang dia bisa melihat dengan lebih dekat pahatan otot sempurna di perut suaminya.
Keras gak, ya, kalau disentuh?
"Sentuh aja kalau penasaran, Sayang," kata Adit tiba-tiba. Rupanya dia menangkap basah kelakuan istrinya.
Caca menelan ludah. Dia ketahuan. Dia hanya bisa menggeleng kaku.
Senyum tipis Adit—yang sialnya tampak menawan di mata Caca—terbit begitu saja. Lantas, dia mendudukkan diri di pinggiran kasur, dengan masih memangku Caca.
Ingat, ya, masih memangku Caca.
Dipangku.
Caca mau turun, tetapi Adit dengan segera menahannya.
"Begini aja. Nyaman," kata pria itu dengan suara rendah.
Waduh, pipi Caca, kok, panas?
"Tolong keringin rambutku, ya, Sayang?" sambung Adit dengan lirikan terarah pada hairdryer di tangan Caca.
Ajaibnya, Caca langsung menurut. Wanita itu sudah terlalu blank untuk berpikir sehingga buru-buru menyalakan hairdryer. Pokoknya tugas ini harus segera diselesaikan, biar dia bisa kabur dari Adit.
Masalahnya, posisi mereka saat ini berbahaya. Caca cuma pakai handuk kimono selutut, duduk di pangkuan Adit yang ....
Astagfirullahhaladzim, batin Caca begitu menyadari tampilan suaminya.
Adit benar-benar cuma pakai sehelai handuk. Sisanya polos tanpa sehelai benang pun.
Sadar tatapan istrinya tak fokus, sesekali melirik perutnya dan buru-buru dialihkan ke kepalanya, senyum Adit kembali terbit. Apalagi ketika melihat tangan Caca yang gemetar mulai menyentuh rambutnya.
Desing lembut hairdryer menjadi pengisi keheningan ruangan. Pasutri muda itu tak berbicara sedikit pun. Namun, lama-kelamaan, Adit tak tahan juga. Sikap Caca yang canggung dengan sesekali melirik ke arah perutnya benar-benar tontonan lucu.
Dengan cepat, dia meraih tangan kiri Caca, menyelipkan jemari mereka, kemudian menyentuhkannya ke perutnya yang kotak-kotak keras. "Keras, kan?"
Hairdryer hampir lepas dari tangan Caca. Iya, keras. Dalam hati, dia membenarkan ucapan suaminya. Namun, lidahnya terlalu kelu.
Sentuhan tangan dingin Caca bertahan cukup lama. Keduanya diam-diam menikmati detik waktu yang bergulir lambat. Lantas, tanpa diduga, Adit mendekatkan wajah mereka, dan mendaratkan sebuah kecupan tepat di bibir Caca. Namun, dia segera sadar dan berhasil kembali menguasai diri sehingga kecupan itu hanya memakan durasi sepersekian detik.
Senyum Adit melebar begitu melihat wajah lucu istrinya. "Kamu lucu kalau salting, Sayang."
Siapa pun, tolong Caca!
TOLONG!
Emergency! Emergency!
Jantung Caca seperti akan meledak mendapat perlakuan tak terduga Adit. Dia buru-buru menarik tangan kirinya, meletakkan hairdryer, lantas turun dari pangkuan Adit. "A–aku ke kamar mandi!" pamitnya panik.
Saking panik, Caca malah lari ke pintu keluar dan membukanya, lantas pergi dengan terburu-buru.
"Lho, itu ke luar kamar ..., Sayang ...." Adit terbengong-bengong melihat tingkah istrinya. Lantas, tangannya terangkat, menyentuh bibir tebalnya yang hari ini sudah bekerja dengan baik.
Adit memejamkan mata. Dia bisa gila kalau lebih lama berdekatan dengan Caca dalam posisi tadi.
***
Halogessss
Gimana tahun baru kalian?
Sebagai author yang penuh kasih sayang, tak kasih special part sepanjang kenangan, ygy.
Thanks for vote and comment.
Janlup nanti ikut PO!
RRAURRR🐊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top