SP - Berhenti Merokok
Katanya, Adit mau berhenti merokok. Namun, lihatlah sekarang, baru pukul sepuluh pagi, pria 28 tahun itu sudah menghabiskan sebungkuk rokok.
Benar-benar.
Ucapan pria yang paling tidak bisa dipercaya lainnya—selain janji-janji manis—adalah kalimat 'aku ingin berhenti merokok'.
"Hah ...."
Sekarang Aditya Pratama tengah duduk termenung di balik kemudi. Padahal, mobilnya sudah terparkir rapi di depan supermarket sejak sepuluh menit lalu. Namun, dia belum mau turun sepertinya. Membuat wanita cantik ber-dress baby blue di sampingnya ikut-ikutan menahan diri di dalam mobil.
Jari pria itu mengetuk-ngetuk setir dengan tempo cepat, sementara matanya sesekali berlari ke depan supermarket, kadang pula melirik wanita cantik dengan perut agak membuncit di sampingnya.
Cahaya Januari mengernyit bingung. Ada apa dengan suamiku ini?
"Kenapa, sayangku?" Pertanyaan akhirnya telontar keluar dari bibir mungilnya yang dipoles lipstik nude.
"Hah ...." Adit menghela napas dalam lagi. "Sayang, siniin tangannya." Dia menyodorkan tangan kiri ke arah istrinya.
Caca menurut, memberikan tangan kanannya dengan kening masih mengerut.
Tiba-tiba, Adit meletakkan sebungkus rokok yang masih disegel serta korek api. "Tolong bantu aku buat berhenti merokok. Soalnya ... aku gak mau merokok nanti di depan si kecil." Tatapannya jatuh ke perut Caca. Lantas, tangannya beralih mengelus lembut perut istrinya.
"Sayang, Papa janji bakal terus belajar buat jadi ayah yang baik buat kamu. Bantu semangatin Papa, ya!"
Caca menahan senyumnya yang terus melebar. Sikap manis Adit makin hari kian tak aman buat jantungnya. Apalagi semenjak kehadiran calon buah hati pertama mereka dalam kandungannya—sekarang memasuki bulan kelima.
"Jadi, sekarang gak jadi ke supermarketnya?" tanya Caca, memecah suasana lantaran jantungnya mulai bertalu-talu.
"Jadi. Tapi ... mungkin mau beli permen," jawab Adit, terdengar ragu.
Caca menatap lama suaminya. Berhenti dari kebiasaan yang seperti sudah mendarah daging pasti sulit buat pria itu.
Keduanya berakhir pergi ke supermarket. Namun, diam-diam selama perjalanan mereka, Caca memikirkan solusi alias bantuan untuk suaminya.
***
Sehari berikutnya, Adit sudah seperti mayat hidup. Tanpa rokok benar-benar menyiksanya. Mulutnya terasa kering, masam, dan pahit, apalagi setelah makan. Tak ada pula agenda nongkrong bengong di malam hari sambil menikmati sebatang rokok dan kopi hitam ala bapak-bapak kompleks.
"Ayang gak lapar?"
Sentuhan lembut di kepalanya refleks membangunkan Adit dari tidur siangnya yang dipaksakan. Sebagai pengalih perhatian, sekarang dia menambah jam tidurnya saat senggang.
Adit menggeleng lesu, kembali melingkarkan tangan di pinggang istrinya, dan lanjut merebahkan kepala. "Pengin ...," gumamnya yang menelan kembali ucapannya.
Tidak, dia tidak boleh mengingkari ucapannya sendiri sebagai seorang pria sejati. Apalagi kalimat itu terucap di depan wanita.
"Pengin apa?" Caca mengelus lembut jidat suaminya, membuat kedua mata pria itu makin berat saja untuk terbuka.
"Ngerokok," jawab Adit, melirih. "Berat, tapi aku pasti bisa. Harus."
Mendengar tekad suaminya yang menggebu-gebu, Caca pun jadi ingin merealisasikan idenya kemarin sore—yang sukses membuat pipinya memanas tiap diingat. Ide itu brutal, tetapi patut dicoba.
"Pengin ngerokok, ya?"
Adit mengangkat kepala, waswas dengan nada bicara istrinya. Dia takut wanita itu mengamuk dan berubah jadi Hulk hanya karena punya suami suka ingkar janji.
"Enggak," kilahnya.
"Yakin?"
"Iya."
"Ya udah, hadiahnya gak jadi."
Eh?
Adit sontak mengangkat kepala. "Hadiah?" ulangnya.
Anggukan Caca sontak membuat kedua matanya terasa segar kembali.
"Apa?" Adit mengangkat tubuhnya, memosisikan kedua tangan sehingga mengungkung istrinya.
Senyum Caca melebar. Ada kerlingan jail yang bercampur gugup di mata istrinya. Lantas, kedua tangan wanita itu terangkat dan mengalung di lehernya.
Caca mendekatkan kepala ke wajah suaminya, lantas berbicara dengan nada rendah yang sukses membuat sekujur tubuh Adit meremang.
"Karena Ayang udah berhasil nahan diri buat gak ngerokok sehari penuh, sebagai hadiah, aku punya sesuatu."
Tanpa aba-aba, Caca mendaratkan kecupan singkat tepat di bibir suaminya.
Adit berkedip cepat. Apa tadi? Replay! Replay!
"Terus ...."
Oke, Adit tak jadi protes dulu.
"Kalau ke depannya Ayang gak kuat pengin ngerokok lagi, Ayang ... boleh ...." Caca membuang muka. Mukanya merah padam dan panas. Jangan tanya bagaimana keadaan jantungnya sekarang.
"Boleh apa?" Adit menunggu dengan tidak sabar. Tangan kanannya dengan lembut merapikan anak rambut Caca yang jatuh ke wajah wanita itu.
"Ekhem!" Caca berdeham canggung.
Bilang tidak, ya?
"Boleh ... ci–cium aku ... se–sepuasnya ...." Caca merampungkan kalimatnya dengan wajah menghadap kiri, menghindari tatapan lembut tetapi tajam dari suaminya.
Adit? Mendengar kalimat malu-malu istrinya, hatinya gemas bukan main. Ingin langsung lepas rem rasanya. "Yakin?" tanyanya dengan suara rendah. Tangannya beralih mengelus lembut pipi Caca, terus turun dan berakhir di bibir mungil wanita itu.
Caca merasakan sentuhan lembut itu, sentuhan yang sejak pertama kali dirasa berhasil membuatnya perlahan-lahan familier dengan kehadiran Adit.
"Yakin, sayangku?" ulang Adit.
"Huum," Caca mengangguk, "lagian juga kita udah sah, jadi ...."
Kalimat Caca tak selesai karena Adit lebih dulu curi star, memberi ciuman lembut yang membuat ruangan seketika panas.
Terlalu terbuai bahkan sampai membuat Caca lupa bahwa mereka sekarang ada di sofa ruang tengah, dengan televisi menayangkan drama Korea yang kebetulannya juga tengah memperlihatkan adegan romantis. Backsound-nya jadi seperti untuk pasutri baru itu saja.
"ASTAGHFIRULLAH HALADZIM! MAMA! PAPA! A ADIT SAMA TEH CACA LAGI KOKOP-KOKOPAN! MEREKA MAU NAMBAH STOK CUCU KAYAKNYA!"
Lalu, suasana intim yang romantis itu buyar begitu teriakan panik seorang gadis meledak menghancurkan keheningan ruangan.
Dinda.
Adit tepuk jidat, lupa bahwa hari ini orang tuanya datang berkunjung.
Caca? Wanita itu sudah menyembunyikan diri di ketiak Adit dengan muka merah padam.
***
Awokwokwok. Mata Dinda sudah tak suci lagi.😭🤌
Btw maaf jarang up, soalnya lagi persiapan buat PO.
Ini sekarang lagi bikin merch-nya, lhooo.
Iya, serius, ada beberapa merch yang saya buat sendiri.
MUEHEHEHE.
Jangan lupa ikutan PO nanti!🤏🤏🤏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top