7
Bagi Alea, Akandra bukanlah sosok pria tampan yang menjadi idaman saat pertama bertemu. Malah sebenarnya terlihat biasa saja. Kecuali karena dikaruniai tubuh yang sangat tinggi untuk ukuran orang Indonesia tentunya. Rambutnya sering terlihat lebih panjang dari seharusnya, bahkan sampai menyentuh krah kemeja dibagian belakang. Membuat Alea merasa gemas. Tapi entah kenapa, selalu ada sesuatu membuatnya terlihat menarik.
Mulai dari cara bicaranya yang lembut, tatapan mata yang menyiratkan ketulusan. Perhatian yang penuh saat mendengarkan lawan bicara. Sampai pada hal sederhana seperti kesukaan pria itu akan olahraga murah. Namun satu nilai plus yang paling dikagumi Alea adalah dedikasi pria tersebut terhadap pelayanan kesehatan masyarakat kurang mampu.
Selain itu, Akandra juga merupakan negosiator ulung atas kekeraskepalaan Alea. Satu-satunya orang yang mampu memberi perintah padanya, dan ia mau melakukan tanpa merasa terpaksa. Benar-benar ciri khas seorang dokter yang mencintai profesinya.
Yang terakhir, ketika mengetahui bahwa Akandra memiliki beberapa klinik yang dibangun untuk orang kurang mampu. Rasanya sulit dijaman seperti ini menemukan seorang dokter sepertinya. Disaat semua orang berlomba mengumpulkan uang untuk bisa terlihat layak. Ia malah dengan santai kemana-mana naik motor meski sebenarnya memiliki mobil.
Benar-benar sosok pria yang berbeda. Malam ini bahkan untuk pertama kali Alea berhasil dipaksa makan malam meski dengan menu sayuran. Dan ajaibnya yang memasak adalah Akandra sendiri. Bagaimana mungkin bila pria itu akhirnya tidak memiliki nilai lebih dimatanya.
Alea menyadari kehidupannya selama ini. Hampir tidak pernah jatuh hati pada pria dari kalangan biasa. Semua mantannya adalah pengusaha. Paling tidak merupakan laki-laki yang tidak perlu memasak sendiri saat ia kelaparan. Mereka memperlakukannya bak seorang putri. Tanpa perlu menyebut dua kali, apa yang ia inginkan pasti sudah ada dihadapannya. Sementara Akandra? Pria itu bukan bagian dari kalangan mereka, meski sangat dihormati diluar sana.
***
Alea baru selesai syuting menjelang tengah malam. Tapi bersyukur, ini adalah hari terakhir. Seminggu ke depan ia mengambil cuti karena ingin berlibur seperti biasa. Setelah memasuki mobil dan mendapatkan posisi yang nyaman, jemarinya mulai berselancar ke dunia maya. Membalas komentar beberapa orang teman pada postingannya. Juga melike postingan rekan atau orang yang ia kenal.
Sampai kemudian menemukan sebuah foto yang diupload oleh Akandra. Dua orang anak yang tengah tertawa diteras sebuah rumah panggung yang rendah, sepertinya didekat pantai atau sungai. Didepan mereka ada seorang ibu yang tengah menjunjung keranjang cucian dan menenteng sebuah ember penuh berisi air. Foto sederhana yang menyiratkan banyak makna. Segera ia menekan tombol hati pada foto tersebut.
Kemudian membuka kolom komentar untuk menulis sesuatu. Namun matanya terpaku saat menemukan sebuah komentar dari sebuah akun bernama Dunia_Lintang.
[Missed that moment so much. Wish you here.]
Ditambah beberapa emoc love disana. Ada rasa tidak suka terselip. Namun belum berani mengatakan apa-apa. Alea merasa bukan siapa-siapa bagi Akandra. Bisa saja pria itu memang baik pada setiap orang. Ia saja yang kegeeran karena dimasakkan tengah malam.
Meski begitu segera jemarinya mencari akun tersebut. Beruntung tidak dikunci. Disana ia menemukan seorang perempuan berambut ikal dengan warna kemerahan akibat terkena sinar matahari. Tengah tertawa lepas bersama beberapa orang anak. Foto tersebut diambil disebuah perkampungan nelayan.
Terlihat beberapa kali foto-fotonya disukai oleh Akandra. Juga ada percakapan mengenai foto yang diupload. Sampai kemudian ia menemukan sebuah foto, saat pria itu merangkul bahu gadis tersebut. Tidak ada caption apapun, namun banyak yang berkomentar dibagian bawahnya.
[Mohon disegerakan.]
[Tunggu apalagi.]
[Jangan ditunda.]
Namun tak satupun yang dibalas oleh keduanya. Mencoba menjawab rasa penasarannya, Alea segera membuka akun milik Akandra. Menelusuri apakah ada foto mengenai gadis itu. Sayang tidak ada, karena foto-foto yang ada diakun pria itu hanya berbau kegiatan sosial yang dilakukannya.
Siapa Lintang? Mereka kelihatannya dekat, karena ada beberapa foto yang ditag pada akun Akandra. Tidak ada panggilan 'dok' seperti yang lain? Menandakan hubungan mereka lebih dari sekedar teman biasa.
Mencoba menahan rasa penasarannya, Alea segera membuka Whatsapnya begitu tiba di rumah. Dilihatnya pria itu baru saja mengubah statusnya menjadi,
[Done for today]
"Apanya yang selesai dok?" tanyanya membuka percakapan.
Tak lama sebuah panggilan masuk. Akandra memang tidak suka mengetik panjang.
"Hei belum tidur? Kamu dimana?"
"Baru sampai di rumah, habis syuting hari terakhir."
"Besok libur dong."
"Iya, jawab dulu pertanyaanku tadi."
Terdengar tawa diseberang sana.
"Ya selesai, seluruh pekerjaan satu hari. Kamu kirain apa?"
Kali ini giliran Alea yang tertawa,
"Kirain, habis ngapain atau darimana gitu?"
"Nggak lah, aku masih di Jakarta kok."
"Itu tadi foto yang di Ig?"
"Foto tiga bulan lalu sebenarnya, waktu aku dan beberapa teman ada acara di sebuah perkampungan nelayan. Bekerja sama dengan sebuah yayasan sosial melakukan pengobatan gratis. Senang aja lihat wajah anak-anak itu. Polos dan tetap ceria meskipun tinggal dilingkungan seperti itu. Kamu lihat kan bagaimana tempat tinggal mereka. "
"Ya, sih. Mata mereka tidak bisa berbohong. Enak ya kerjaan kamu, bisa ketemu orang banyak dengan berbagai latar belakang? Apa nggak ada yang merasa cemburu kalau kamu lebih banyak ngurusin orang?"
"Sejauh ini tidak, karena aku memang masih sendiri. Jadi belum pernah ada yang protes."
Seketika Alea merasa lega. Namun pertanyaan Akandra selanjutnya membuat wajah gadis itu memerah.
"Kecuali kalau kamu mau menjadi orang yang cemburu dengan pekerjaanku."
"Maksudnya?"
"Kamu sedang in relationship?"
"Enggak, kenapa?"
"Mau jadi pacarku?"
"Kamu becandanya suka keterlaluan. Bikin orang ilfil."
"Aku serius, aku suka sama kamu."
"Sejak kapan? Apa nggak ada waktu dan tempat yang lebih romantis dari ini?" tanya Alea.
"Sejak pertama lihat kamu di lift sebenarnya. Tapi mundur begitu tahu siapa kamu. Nggak mungkinlah seorang Alea naksir sama dokter yang nggak punya apa-apa kayak aku. Secara, aku tahulah siapa saja mantan kamu."
"Kamu stalker aku, ya?"
"Memangnya nggak boleh? Kamu lagi sendiri, kan? Sedang nggak punya pacar?"
"Tahu darimana? Siapa tahu aku menyimpan dari publik."
"Nggak mungkin, buktinya waktu kamu sakit nggak ada cowok yang datang kecuali keluarga kamu."
"Tuh kan?" teriak Alea.
"Kami kaum lelaki, akan selalu mencari tahu tentang seseorang yang membuat tidur kami tidak nyenyak."
"Kamu ngaco, boleh aku nanya?"
"Tanyalah, asal jangan nanya berapa gajiku. Karena pasti kalah jauh dibanding kamu."
"Bukan itu, kamu becanda melulu. Dunia Lintang yang di Ig siapa sih?"
"Kamu lihat nama dia di Igku?"
"Iya."
"Seseorang yang pernah dekat denganku. Bukan pacar, lebih ke sahabat. Tapi nggak banyak yang tahu. Dia seorang volunteer, guru untuk anak-anak di pedalaman. Dan menjadi rekan satu tim kalau ada bencana alam."
"Yakin hubungan kalian hanya teman? Bagaimana kalau dia berharap lain."
"Yakin, aku bukan tipe laki-laki yang suka bermain hati."
"Apa kamu pernah masakin dia juga?"
Kembali terdengar tawa Akandra.
"Kamu nanyanya detail banget. Itu artinya kamu belum siap menjalin hubungan denganku."
Kalimat itu membuat Alea marah. Ia merasa dipermainkan oleh Akandra. Dengan kesal gadis itu menutup pembicaraan tanpa mengucapkan salam perpisahan seperti biasa. Kenapa harus dijawab seperti itu? Apa tidak bisa menyenangkan hatinya meski sedikit saja? Namun tak lama kemudian, ponselnya berdenting, dari Akandra.
[Sorry yang barusan, aku tidak bermaksud membuat kamu kecewa. Tapi aku sudah jujur dengan mengatakan seperti apa hubunganku dengan lintang. Kalau kamu juga suka sama aku, cukup percaya saja. Karena aku tidak akan membohongi kamu tentang apapun.
Sebuah hubungan tidak akan berhasil kalau salah satu selalu curiga pada yang lainnya. Aku harap kamu mengerti.]
Alea membaca pesan tersebut berkali-kali. Namun rasa kesal terhadap Akandra tidak bisa dihapus begitu saja. Sampai kemudian gadis itu memilih tidur.
***
Berlibur dengan setengah pikiran tertinggal di Jakarta ternyata tidak menyenangkan. Alea bahkan tidak bisa menikmati apapun disini. Terlebih Akandra tidak sekalipun menghubunginya lagi. Itu cowok serius naksir apa enggak sih? Omelnya dalam hati.
Sementara ia tahu dari sosial media milik lelaki itu kalau semua kegiatannya berlangsung seperti biasa. Bahkan baru kemarin Akandra pulang dari pangandaran, untuk surfing bersama dengan teman-temannya. Apa susahnya sih meminta maaf? Dengan senang hati ia juga akan memaafkan. Terus kenapa sampai saat ini tidak berbagi kabar?
Sikap lembut yang selama ini diperlihatkan mungkin hanya berlaku untuk para pasiennya. Kesal dengan perasaannya sendiri akhirnya Alea memutuskan, malam ini ia akan hang out bersama teman-teman lamanya di Bali. Kebetulan mereka sudah menghubunginyad ari kemarin. Paling tidak ia punya kesempatan untuk mengupdate kegiatan di Instastorynya. Agar Akandra tahu bahwa ia tidak kesepian disini, dan laki-laki itu pantas untuk diabaikan.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
3121
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top