Part 6
Happy Reading guys 🥰, semoga suka sama ceritanya 😊
❤️❤️❤️❤️
Setelah memeriksa Ambar, Dokter itu pun pamit karena masih harus memeriksa pasien lainnya dan dengan senyum ramah Riska dan Revano pun mengangguk mempersilahkan sang Dokter.
"Udah nanya keluarganya dimana?" tanya Revano yang kini duduk di Sofa bersama Riska.
"Udah dan namanya Ambar," jawab Riska lalu menatap Ambar yang kembali tertidur karena sengaja diberikan obat penenang agar Ambar lebih banyak istirahat untuk mempercepat proses pengeringan pada lukanya.
"Bagus kita hubungi keluarganya. Dan menyuruh mereka menjemputnya sekalian kita beri uang sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolong kamu," ucap Revano yang kini memeluk Riska dari samping. Namun Riska tidak merespon dia kini malah menatap Revano yang kebingungan dengan tatapan istrinya itu.
"Kenapa?" Tanya Revano yang langsung peka dengan tatapan istrinya itu.
"Mas boleh gak kalau Ambar tinggal dirumah kita?"
****
Ucapan Riska pun membuat tatapan Revano menajam dan membuat Riska menundukkan kepalanya karena merasa takut akan tatapan tajam suaminya itu.
"Untuk apa? Kan dia punya kekuarga, jadi ngapain dia tinggal bareng kita Ri?" tanya Revano yang tidak mengerti jalan pikiran istrinya itu.
"Dia gak punya keluarga disini Mas," ucap Riska sambil menatap Iba ke arah Ambar yang kini kembali memejamkan matanya.
"Maksud kamu?" tanya Revano yang semakin bingung dengan ucapan Istrinya itu. Melihat kebingungan Suaminya Riska pun mulai menceritakan apa yang dia dengar dari Ambar tadi.
"Dia baru datang dari kampung. Dan kesini untuk mencari Bibinya Saudara satu-satunya yang dia miliki. Tapi saat perjalanan kesini dia kena copet lebih tepatnya dirampok saat dia tertidur di Bus, dan alamat yang dia dapat dari Bibinya pun ikut hilang," ucap Riska.
"Lalu Ayah dan Ibunya kemana?" Tanya Revano yang mulai tertarik dengan cerita Riska. Tentang Ambar gadis penolong istrinya itu.
"Ibunya sudah meninggal dan Ayahnya menikah lagi. Karena Istri baru Ayahnya tidak menyukainya jadi dia memfitnah Ambar. kalau Ambar mengambil perhiasannya dan karena Ayahnya percaya dengan ucapan istri barunya, dengan tega Ayah Ambar mengusir Ambar dari rumahnya padahal kata Ambar dia baru saja lulus SMA," ujar Riska. Membuat Revano termenung dan sesekali melihat gadis bernama Ambar itu dengan perasaan iba.
"Gimana Mas? Bolehkan Ambar tinggal dirumah kita, boleh ya Mas? Kasihan dia kalau harus luntang lantung dijalan. Apalagi gadis secantik Ambar, dia bisa membantu Bi Ijah beres-beres dan nemenin aku dirumah kalau Mas sedang kerja dan Bi Ijah sedang sibuk, boleh ya Mas," bujuk Riska dengan manja.
Mendengar semua cerita Riska tentang Ambar dan bujukan Riska agar gadis itu tinggal dirumahnya membuat Revano akhirnya menyetujui keinginan Riska dan itu membuat Riska terlihat bahagia dengan terus mengucapkan terima kasih berkali-kali. Meski Revano memberikan syarat dengan meminta jatahnya setelah pulang dari rumah sakit. Tentu saja Revano tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya itu, sedangkan Riska hanya bisa menghela napas. Karena suaminya kini semakin mesum saja padanya.
*****
Akhirnya kini Ambar pun dibawa pulang ke rumah milik Riska dsn Revano, dan kini mereka baru saja sampai di rumah tentu saja di sambut oleh Bi Ijah yang terlihat senang saat melihat Riska baik-baik saja sejak kemarin dia belum bertemu Nonanya itu. Namun saat dia akan menghampiri Riska tiba-tiba langkahnya terhenti dan begitu terkejut saat melihat seseorang keluar dari mobil setelah Riska membuka pintu mobil belakang.
"Ambar...!" Seru Bi Ijah yang melihat seorang gadis dengan wajah sedikit pucat Ambar pun langsung menoleh dan terkejut dengan siapa yang memanggilnya.
"Bibi.." cicit Ambar dengan mata yang berkaca-kaca lalu dia pun berjalan cepat untuk menghampiri Bi Ijah yang ternyata adalah Bibi yang dia cari di kota Jakarta. Melihat pertemuan Bi Ijah dan Ambar yang ternyata keponakan Bi Ijah. Riska dan Revano pun bersyukur karena akhirnya mereka bisa bernapas lega. Karena Ambar bukan orang yang tidak diketahui asal usulnya, dia ternyata keponakan Bi Ijah orang yang sudah di anggap keluarga oleh Riska dan Revano.
Setelah pertemuan yang mengharu biru antara Bi Ijah dan keponakannya Ambar.
"Untung saja kamu ketemu sama Non Riska. Neng coba kalau ketemu orang jahat pasti Bibi akan sangat menyesal karena tidak bisa melindungi putri satu-satunya saudara Bibi. Papa kamu jahat banget sih sampai tega ngusir kamu," ucap Bi Ijah yang kini tengah berada dikamar bersama Ambar yang sengaja di tempatkan di kamar tamu. Dan setelah menceritakan semuanya Riska dan Revano pamit untuk beristirahat karena semalam kurang tidur akibat tidak ada tempat yang nyaman untuk tidur saat menemani Ambar dirumah sakit.
"Iya Bi, Tuhan memang baik meski harus terluka tapi aku bersyukur karena dengan kejadian ini. Aku bisa bertemu dengan Bibi. Padahal tadinya aku sudah pasrah kalau harus menjadi gembel di Jakarta," ucap Ambar yang memang sudah pasrah dengan takdirnya andai saja tidak dipertemukan dengan Riska. Bi Ijah hanya manggut-manggut saat mendengarkan perkataan Ambar.
"Non Riska dan Den Revano memang baik hati Ambar. Jadi berbuat baiklah pada mereka dengan cara membalas Budi misal membersihkan rumah ini setelah nanti kamu benar-benar sehat. Bukan Bibi tidak mampu membersihkan rumah ini sendirian, hanya kau tidak boleh bersikap seenaknya setelah mereka membantumu, mengertikan maksud Bibi?!"
"Iya Bi mengerti aku juga gak mau tinggal disini secara cuma-cuma, pasti kalau sudah pulih Ambar akan membantu Bibi membersihkan rumah ini. Karena aku gak mau mereka mengusirku sedang aku tidak punya tempat kalau sampai aku di usir dari tempat ini," sahut Ambar yang memang akan sangat kebingungan kalau sampai dia diusir dari rumah Riska dan Revano.
Setelah mengobrol cukup lama akhirnya Bi Ijah pun pamit pada Ambar untuk memasak makan siang. Dan Bi Ijah menyuruh keponakannya itu untuk istirahat.
*****
Setelah menyelesaikan masakan untuk makan siang dan menatanya dimeja makan. Akhirnya Bi Ijah pun membangunkan Risaka dan Revano karena Bi Ijah tahu kedua majikannya itu belum memakan apapun karena mengurus kepulangan keponakannya dari rumah sakit.
Kini Riska dan Revano pun sudah berada diruang makan, untuk makan siang bersama karena kebetulan mereka merasa sangat lapar.
"Ambar mana Bi?" tanya Riska yang tidak melihat Ambar di ruang makan.
"Ambar sedang istirahat Non,," jawab Bi Ijah.
"Panggil dulu gih Bi, ajak makan siang. Kasihan pasti dia laper juga, karena dia hanya memakan sedikit bubur dirumah sakit," ucap Riska yang langsung dilaksanakan oleh Bi Ijah untuk memanggil Ambar dikamarnya untuk ikut makan siang bersama.
Sementara Revano hanya diam dengan apa yang istrinya lakukan, Karena kini Riska sudah semakin ceria ditambah Riska kini bersikap seperti semula selalu ceria dan jarang melamun lagi. Dan itu membuat Revano bahagia dengan perubahan Riska yang menyenangkan.
Tidak lama Ambar pun datang dengan dipapah oleh Bi Ijah masuk keruang makan.
"Ambar kita makan, aku tahu kamu belum makan dari pagi," ucap Riska yang membantu Ambar duduk dengan menarik kursi meja makannya untuk Ambar duduk sedang Revano hanya diam sambil memperhatikan istrinya yanv begitu baik terhadap perempuan yang baru saja dia kenal meski dia adalah keponakan dari Bi Ijah tapi tetap saja siapa yang tahu sifat gadis itu yang sebenarnya.
Riska pun mengambilkan makanan untuk suaminya dan kepiringnya. Sedang Ambar dilayani oleh Bi Ijah yang juga diajak makan bersama dalam satu meja.
Setelah makan siang selesai Bi Ijah pun membereskan piring kotor dan sisa makanannya. Sedang Ambar tengah bergabung dengan Riska dan Revano diruang keluarga karena Riska lah yang mengajak Ambar.
"Sayang besok Mas ke kantor pagi-pagi ya, soalnya ada meeting dadakan pagi-pagi," ucap Revano sambil mendekap Istrinya. Meski Riska merasa tidak nyaman karena ada Ambar di situ.
"Iya Mas gak apa-apa, sekarang kan aku punya teman ngobrol kalau Mas sama Bi Ijah lagi sibuk," sahut Riska dengan senyuman manisnya.
Melihat kemesraan Riska dan Revano membuat Ambar sedikit iri. Dia mulai berpikir andai saja dia memiliki kekasih yang tampan, baik, romantis juga kaya. Pasti hidupnya tidak akan menderita seperti sekarang.
"Tuan Revano tampan juga ya kalau dilihat-lihat. Andai saja aku dan tuan Revano bertemu sebelum dia punya istri. Pasti aku akan membuatnya jatuh cinta padaku. Oh Tuhan berikan aku pria yang seperti tuan Revano untuk menjadi jodohku."
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top