Part 5

Happy Reading guys 🥰, semoga suka sama ceritanya 😊

💮💮💮💮💮

Setelah membeli apa yang Riska inginkan, dia pun berjalan menuju parkiran yang ada di depan toko kue, dengan senyuman yang mengembang dibibir mungilnya. Riska pun berjalan sambil membalas chat dari Seara yang katanya akan datang kerumahnya bersama dengan Davian putra pertama Seara dan Rigel.

Tanpa wanita itu sadari seseorang tengah mengincar tasnya dan bermaksud menjambret tas milik Riska.

Dengan sigap pria yang dari tadi mengincar tas Riska. Menarik tas itu membuat Riska terkejut dan dan reflek berteriak meminta tolong.

"Tolong....!"

Mendengar teriakan seseorang  dengan sigap seorang gadis yang tidak jauh dari Riska pun menarik kembali Tas Riska yang akan dibawa kabur oleh penjambret itu. Hingga tangannya terluka karena tergores pisau yang pria penjambret itu pegang. tapi beruntung gadis itu mendapatkan Tas milik Riska meski dia harus terluka. Karena saat pria penjambret itu akan mengambil Tas itu kembali beberapa orang berdatangan menghampiri Riska dan gadis penolong itu.

"Ini Tasnya Kak," ucap gadis itu sambil menyerahkan Tas milik Riska.

"Ya ampun makasih ya Dek," ucap Riska sebelum menyadari bahwa tangan gadis itu terluka, dan saat tidak sengaja Riska menoleh kearah tangan kanannya. Dia sangat terkejut karena gadis itu mengeluarkan banyak darah.

"Astaghfirullah kamu terluka Dek!" Seru Riska yang langsung menarik tangan kanan gadis itu.

Gadis itu pun meringis karena merasakan perih di tangannya dan karena mengeluarkan banyak darah akhirnya tanpa bicara apapun dia jatuh pingsan dan membuat Riska terpekik saking terkejutnya.

"Pak Diman tolong saya!" Teriak Riska karena menang Pak Diman setengah berlari untuk menghampiri Riska yang kini dikerumuni oleh orang-orang yang berada disekitar situ.

"Ada apa Non?" Tanya Pak Diman yang memang belum tahu kejadian sebenarnya karena bodohnya dia malah ketiduran saat menunggu Nonanya berbelanja ditoko lain. Dan saat dia terbangun Pak Diman melihat orang tengah ramai melihat Riska yang dijambret.

"Tolong angkat gadis ini ke mobil kita harus membawanya kerumah sakit sekarang Pak. Dia pingsan karena mengeluarkan banyak darah. Dan jangan bertanya apa-apa dulu," tegas Riska yang kemudian dituruti oleh pak Diman yang membawa gadis penolong itu ke mobil untuk dibawa kerumah sakit. Tentu saja diikuti oleh Riska.

Beberapa menit kemudian Riska dan Pak Diman pun sampai dirumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Gadis itu langsung mendapatkan penanganan dari dokter dan untunglah semua belum terlambat sehingga si gadis bisa diselamatkan.

"Gimana keadaan gadis itu dok?" tanya Riska dengan gemetar. Melihat ke panikan Riska, Pak Diman pun menghubungi Revano karena tidak mau terlalu disalahkan kalau terjadi sesuatu pada istri majikannya itu.

"Keadaannya sudah membaik, untung saja tidak dalam lukanya dan hanya terluka di dekat nadinya. Tapi tidak sampai mengenai nadinya," ucap sang Dokter.

Penjelasan dokter pun membuat Riska sedikit lega, karena gadis penolong itu bisa diselamatkan dan tidak sampai kritis.

*****

Setelah dipindahkan keruang perawatan Riska pun menemani gadis itu di ruang rawat. Sedangkan Pak Diman menunggu didepan ruangan tempat dirawatnya gadis yang menolong majikan perempuannya.

"Dimana Istri saya Pak?" tanya Revano saat kini sudah ada didepan ruang rawat.

"Didalam Den lagi nemenin perempuan yang nolongin Non Riska," ucap Pak Diman. Tanpa merepospon ucapan Pak Diman, Revano pun langsung masuk ke dalam dan melihat istrinya tengah menatap kearah brankar yang ditempati gadis itu.

"Sayang...!" Panggil Revano dengan wajah penuh ke khawatiran.

"Mas.." cicit Riska yang langsung beranjak dari duduknya dan menghambur kepelukan Revano.

"Kamu gak kenapa-napa kan? Gak ada yang terluka kan?" Tanya Revano sambil melihat dan meneliti tubuh dan wajah istrinya.

"Gak Mas, aku gak kenapa-napa tapi gadis itu. Gadis yang menyelamatkan aku dia terluka mas dan mengeluarkan banya darah ditangannya. Aku jadi takut Mas hiks..hikss.., aku takut Mas." tangis Riska pun pecah dalam pelukan suaminya itu.

"Ssstt..., Sudah tidak apa-apa Sayang. Semuanya akan baik-baik saja lagi pula perempuan itu sudah bisa diselamatkan dan tidak mengalami kritis kan? Jadi kamu gak usah khawatir ya ada aku jangan takut lagi," ucap Revano lalu mengajak istrinya itu kembali duduk di sofa.

"Mas tahu dari mana kalau aku ada dirumah sakit?" Tanya Riska setelah kini duduk disofa sambil bersandar di pundak suaminya.

"Dari Pak Diman. Mas sampai kaget karena Mas kira kamu yang kecelakaan jantung Mas rasanya mau copot. Untung saja Pak Diman menjelaskan semuanya bahwa yang terluka adalah seorang perempuan yang menyelamatkan kamu dari Pejambret. Dan untunglah dia tidak sampai kritis dan menyebabkan istri cantikku ini merasa bersalah yang berkepanjangan," ujar Revano lalu mengecup puncak kepala Riska.

"Mas.." rengek Riska dengan manja dan kini memeluk Revano dari samping. Membuat Revano tersenyum karena sikap manja istrinya kembali.

*****

Jam pun sudah menunjukan pukul 19.00 namun gadis itu belum juga siuman. Riska dan Revano masih menemani gadis yang masih terlelap dialam bawah sadarnya.

Sementara Pak Diman dia diperintahkan untuk pulang lebih dulu karena barang belanjaan Riska yang masih harus segera di taro di lemari pendingin karena memang sebagian bahan kuenya ada yang mudah mencair jika terlalu lama jika didiamkan di luar kulkas.

Revano tengah sibuk dengan kerjaannya. Dia sengaja menyuruh sekertarisnya mengirim kerjaannya lewat email dan saat ini Revano tengah sibuk dengan ponselnya, begitupun dengan Riska yang sedang chat dengan Seara sambil bersandar ke pundak Revano mereka berdua tengah fokus pada layar hp. Hingga suara seseorang menghentikan aktivitas mereka dan langsung menoleh pada asal suara itu.

"Aku dimana?" Tanya seseorang yang kini tengah berbaring di brankar dengan lemah.

"Kamu dirumah sakit Dek, tadi kamu pingsan jadi aku bawa kerumah sakit," sahut Riska yang kini sudah berdiri disamping brankar Gadis itu.

"Gimana keadaan kamu, apa masih ada yang sakit? Mas tolong panggilkan dokter," lanjut Riska meminta tolong pada suaminya yang segera dituruti oleh Revano dengan memanggil dokter.

"Gimana apa masih ada yang sakit?" tanya Riska lagi.

"Gak kak, cuma tanganku sedikit kebas mungkin karena jarum infusnya. Soalnya baru kali ini aku di infus," jawab gadis itu dengan suara lemahnya.

"Ya udah nanti kalau kata Dokter kamu udah gak kenapa-napa, infusnya dicabut aja kalau gak nyaman," ucap Riska dengan suara lembutnya.

"Iya Kak makasih," sahut gadis itu dengan senyumannya.

"Gak usah sungkan gitu, justru aku yang harusnya bilang makasih. Oh ya nama kamu siapa, Terus tinggal dimana? Apa nomor ponsel orang tuamu ingat biar aku hubungi mereka," ucap Riska. Namun pertanyaan Riska membuat Gadis itu terlihat sedih.

"Aku sebenarnya lagi nyari alamat Bibiku Kak, cuma dia keluargaku yang baik. Aku dari kampung tapi saat perjalanan ke Jakarta sini aku ketiduran dan barang juga tasku ada yang mengambil mana alamat bibi di Tas itu. Aku baru saja lulus SMA dan diusir oleh Ayah karena mengira aku sudah mencuri perhiasan ibu tiriku hiks... hiks...," Ucap sang gadis yang kini menangis.

"Eh jangan nangis," ucap Riska mencoba menenangkan dia cukup prihatin dengan apa yang terjadi pada gadis itu.

"Aku bingung gak tahu harus kemana Kak. Apalagi ini kota Jakarta dan aku gak kenal siapa pun disini," ujarnya sambil kembali menangis karena dia memang tidak tahu harus kemana saat keluar dari rumah sakit nantinya. Mendengar penuturan sang gadis membuat Riska iba dan akhirnya dia pun memutuskan untuk mengajak gadis penolongnya itu tinggal dirumahnya, ya setidaknya nanti dia akan punya teman cerita selain Bi Ijah.

"Nama kamu siapa?" Tanya Riska dengan suara lembutnya.

"Nama aku Ambar Kak," jawab si gadis.

"Oke Ambar kamu mau gak tinggal di rumahku? Kebetulan aku hanya tinggal dengan suami dan Bibi, jadi masih cukup untuk satu orang lagi tinggal bersama kami," ucap Riska dengan penuh ketulusan.

"Emang boleh Kak, nanti suami Kakak gak marah?" tanya Ambar karena takut membuat Riska dan suaminya bertengkar gara-gara dia seperti Ayah dan Ibu tirinya yang selalu mempermasalahkan tentang keberadaannya.

"Gak kok, suamiku itu orang baik dia pasti akan menolong orang yang kesusahan. apalagi orang itu yang udah nolongin aku pasti dia setuju kamu tinggal dirumah kami," jawab Riska yang hanya mendapatkan senyuman dari Ambar sebagai ucapan terima kasih. Karena sudah mau menolongnya.

Tidak butuh waktu lama Revano pun datang dengan seorang Dokter. untuk memeriksa keadaan Ambar dan untunglah luka Ambar tidak begitu parah dan akhirnya dia di izinkan untuk pulang besok. Dengan syarat kesehatannya dipantau oleh keluarganya.

Setelah memeriksa Ambar, Dokter itu pun pamit karena masih harus memeriksa pasien lainnya dan dengan senyum ramah Riska dan Revano pun mengangguk mempersilahkan sang Dokter.

"Udah nanya keluarganya dimana?" tanya Revano yang kini duduk di Sofa bersama Riska.

"Udah dan namanya Ambar," jawab Riska lalu menatap Ambar yang kembali tertidur karena sengaja diberikan obat penenang agar Ambar lebih banyak istirahat untuk mempercepat proses pengeringan pada lukanya.

"Bagus kita hubungi keluarganya. Dan menyuruh mereka menjemputnya sekalian kita beri uang sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolong kamu," ucap Revano yang kini memeluk Riska dari samping. Namun Riska tidak merespon dia kini malah menatap Revano yang kebingungan dengan tatapan istrinya itu.

"Kenapa?" Tanya Revano yang langsung peka dengan tatapan istrinya itu.

"Mas boleh gak kalau Ambar tinggal sama kita?"

Ucapan Riska pun membuat tatapan Revano menajam dan membuat Riska menundukkan kepalanya karena merasa takut akan tatapan tajam suaminya itu.

TBC

Sudah ada E-booknya ya guys. Bagi yang berminat linknya ada di Bioku 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top