Lea tersentak.

Sial! Apa itu?

Apakah dirinya benar akan mati? Kakinya bergetar. Sungguh ia sangat ketakutan. Bulir-bulir air mulai terbentuk di dahinya. Ingatan akan mimpinya tadi malam memenuhi pikirannya lagi. Itu semua nyata. Ia akan mati.

Tubuhnya tak lagi sanggup berdiri. Ia lemas. Lea terduduk di lantai. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan?

"Bunuh Lian," suara di kepala Lea.

"Bu-bunuh Lian?" lirihnya bertanya.

"Ya, dengan membunuh Lian kamu akan tetap hidup."

"Ta-tapi kenapa. Kenapa Lian?" Mana mungkin Lea membunuh kekasihnya.

Tiba-tiba Lea dapat melihat kegiatan Lian kemarin. Dirinya tidak menyangka bahwa Lian hanya terobsesi dengannya. Gara-gara Lian semua ini terjadi. Lelaki itu membuatnya mati. Ia harus membunuh Lian.

•••

Malamnya Lea mengajak Lian ke tempat persembunyian mereka. Tempat itu memang di hutan. Tidak ada yang tahu kecuali mereka.

Saat mereka sedang duduk berdua di sofa kecil, tiba-tiba Lea berkata lirih sekali. "Kamu harus mati."

"Apa, Le?"

"Mati. Mati. Kamu jahat!" teriak Lea. Tangannya sudah menghunuskan pisau berulang kali ke perut Lia. Sambil menangis ia tetap menusuk Lian.

Darah segar keluar dari mulut Lian. Ia terbatuk. Tidak menyangka akhir kisah hidupnya akan begini. Sungguh ia takkan mau dengan Lea jika dapat mengulang.

Perempuan ini memang gila.