HANTU SEKOLAH pt.2
Kecepatanku melambat, aku tersengal kelelahan karena sesak yang semakin menjadi-jadi.
Aku menengok kearah jendela salah satu kelas.
Namun seberapa terkejutnya aku bayangan pada jendela tersebut menampakkan ratusan manusia lalu lalang dan berperilaku layaknya anjing.
Menjulurkan lidahnya untuk mencari oksigen, ditambah tubuh mereka yang beberapa organnya tidak terpasang dengan baik.
Aku semakin panik melihatnya, sampai pandanganku kabur.
Mataku menutup secara perlahan, menanamkan kesunyian sampai membuat diriku tak sadar.
.
.
.
Tubuhku terkapar di sebuah ruangan tanpa cahaya sedikitpun, aku mengerjapkan kedua mataku mencari setidaknya setitik cahaya.
Tubuhku terasa sangat kaku, dengan pakaian yang penuh dengan noda darah.
Terdapat cukup banyak luka sayatan di lengan dan kakiku, aku mencoba untuk bangun mencari apapun yang dapat kugunakan untuk menolong diriku sendiri.
Ruangan tersebut terlihat seperti gudang sekolah kami, banyak bangku-bangku tak terpakai ditambah debu yang menghiasi setiap sudut ruangan.
Pada salah satu meja terdampak setumpuk kertas yang terdapat noda darah pada beberapa bagiannya.
Aku membaca tulisan pada bagian awal kertas tersebut.
“Penerbangan pertama tahun 1905.”
Aku mengangkat tumpukan kertas tersebut, untuk melihatnya di dekat sumber cahaya.
Selembar kertas jatuh di bawah kakiku, aku mengambilnya dan sepotong kalimat tertulis pada kertas tersebut
“Teman-temanku -1905”.
Aku membalikkan kertas tersebut, ternyata kertas itu adalah selembar foto.
Foto tersebut menampilkan enam laki-laki saling merangkul dengan seragam sma khas zaman dulu.
Namun wajah mereka terlihat tidak asing, merek terlihat seperti…
Aku menutup mulutku tak percaya, mereka terlihat sangat mirip dengan sahabatku.
Kullit pucat milik Suga hyeong, dengan senyuman tipisnya aku sangat tau kalau itu dirinya, dan lima orang lainnya yang setiap hari selalu menemaniku.
“Hoseok hyeong.”
Aku menoleh pada asal suara tersebut, terdengar jelas bahwa itu mereka.
Aku membalikkan tubuhku menatap mereka, berusaha untuk membendung air mataku melihat sosok keenam sahabat di depanku.
“Kalian..”
Suga menatapku khawatir, tatapan tertuju pada tanganku yang memegang selembar foto yang menampilkan wajahnya.
Tidak..
Tapi foto yang menampakkan wajah mereka sendiri.
“Hoseoki, kami bisa menjelaskannya.” ucap Suga hyeong mendekat kearahku.
Aku menjauh darinya, semakin ia mendekat aku terus menjauhinya.
Bukannya aku takut pada mereka, aku hanya sedih dan tak percaya.
“Hyeong..”
“Hyeong tenanglah.” ucap Jimin di sela tangisanku yang tak terasa sudah keluar.
Aku tak tahan mengetahui hal ini, ternyata sahabat yang selama ini selalu bersamaku sudah lama tiada, mereka tidak nyata.
Dengan sekejap jiwaku merasa sangat kesepian, ternyata selama ini aku selalu sendirian.
Yoongi hyeong terus mendekat kearahku, dengan cepat tubuhnya memelukku dengan erat.
Kenapa? kenapa pelukannya terasa sangat nyata? aku bisa merasakan basah dipakaianku.
Ia juga menangis.
“Hoseok-i maafkan aku, maaf karena aku telah menipumu.”
“Semua yang kau bayangkan itu benar, kami semua telah tiada.”
Air mataku semakin menjadi-jadi mendengar ucapannya, sungguh aku tak kuasa mendengarnya.
“Maafkan aku karena aku muncul di hidupmu, aku memaksa teman-temanku menuruti permintaanmu.”
“Suatu hari aku melihatmu duduk sendirian di dalam kelas, aku melihat kau dijauhi oleh teman-temanmu. Entah kenapa melihatmu kesepian membuat diriku merasa harus berada di sampingmu.”
“Jadi kau merasa kasihan denganku?” ucapku membalas ucapannya.
“Tidak.. tidak Hoseok bukan seperti itu, aku menyukaimu.”
“Setiap hari aku selalu melihatmu, kau sangat tulus dan lembut ditambah lagi kau adalah pria yang hangat.”
“Aku tidak tau bagaimana bisa kau menjadi seseorang yang sangat kesepian seperti itu, dengan sifatmu yang sangat baik.”
“Aku telah membunuh temanku.”
Mereka terkejut mendengar pengakuanku.
“Sebelum kalian muncul, aku melihat dengan jelas mereka terbakar dilalap api. Andai aku tak memaksa mereka untuk menemaniku membolos dan pergi ke restoran, mungkin mereka tetap bersama denganku.”
“Sangat bodoh, tanpa dapat berbuat apa-apa aku melihat mereka terjebak dalam kobaran api yang menghanguskan restoran tersebut."
Yoongi kembali memelukku dengan erat, tangisanku masih saja keluar seakan tak ada habisnya dan sekarang aku malah merasa kehilangan untuk kedua kalinya.
Semua yang kusayangi menghilang dari hidupku.
“Tidak Hoseok, itu bukan salahmu!!”
“Itu sudah jelas hyeong, itu semua karenaku kau juga sudah mendengarnya sendiri kan?!”
“Hoseok itu hanyalah kecelakaan, kebakaran itu tidak disebabkan olehmu itu semua kecelakaan.”
“Iya Hoseok hyeong, sama seperti yang menimpa kami itu juga adalah kecelakaan. Tidak ada yang dapat berhak kami salahkan, memang sudah waktunya bagi kami dan sahabatmu untuk pergi.”
Jimin menghampiriku dan mengelus punggungku dengan lengan kecilnya.
“Hoseok kami juga minta maaf, karena kami membuatmu dalam bahaya.”
Yoongi melepas pelukannya, ia menatapku dan mengucapkan sesuatu.
“Sebenarnya keinginan aku untuk hidup kembali inilah yang membuat ribuan korban kecelakaan pesawat tersebut kembali bergentayangan.”
“Ritual yang kami lakukan bukan hanya berhasil membuat kami hidup kembali, tapi ribuan nyawa gentayangan yang berusaha merebut jiwa yang masih hidup.”
“Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikkan mereka?” aku membuka mulutku, berusaha untuk menenangkan diriku.
“Satu-satunya jiwa yang masih hidup, harus membunuh orang yang menjalankan ritual tersebut.” jawab Jungkook.
“Jadi maksudnya aku harus membunuh kalian?”
Mereka mengangguk dengan diam dan sunyi, tak ada yang menyanggah sedikitpun.
“Tidak!! pasti ada cara lain!! aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi, kalian telah membuatku merasa lebih hidup, terlepas dari kalian yang sebenarnya telah tiada."
“Hoseoki hanya ini satu-satunya cara, kau harus membunuh kami sekarang juga atau kita akan terlambat.”
Yoongi memegang lenganku berusaha untuk meyakinkanku, lalu dari luar terdengar bunyi lolongan yang sangat menyeramkan.
Mahluk dengan rupa yang sangat menyeramkan berjalan kearah ruangan tempat kami berada, mereka memukul-mukul tembok dan pintu dengan paksa.
Taehyung mengambil sebuah besi panjang bekas tiang bendera, dengan ujung yang runcing ia memberikannya padaku.
“Cepat tusuk tubuh kami dengan besi itu.”
“Tidak!! tidak seperti ini!!”
Tanganku gemetar memegang besi panjang tersebut, aku tak bisa melihat mereka kesakitan aku tak ingin melihatnya sekali lagi.
“Hoseok cepatlah!!” bentak Yoongi.
Suara lolongan ditambah gemuruh dari luar semakin terdengar riuh, pintu besi ruangan tersebut sedikit lagi terbuka dengan mudah.
“Hoseok!!”
Aku mengangkat besi tersebut, kutancap besi tersebut tepat di jantungku.
Menahan rasa sakit, aku mencabutnya dan terus menancapkannya berkali kali.
“Hoseoki!! hoseokk!! hyeong.”
Tubuhku terkulai lemah, darah mengalir dari tubuhku namun tak ada rasa sakit sedikitpun.
Aku tersenyum melihat mereka, entah kenapa diriku sangat tenang sekarang bahkan ditengah ajalku seperti ini.
“Yoongi, sekarang kita bisa bersama selamanya.”
Aku terbatuk mengeluarkan darah, pandanganku semakin kabur.
Aku berusaha mengangkat tanganku menyentuh pipinya, seperti tau ia menarik lenganku dan mengarahkannya.
“Ia Hoseok sekarang kita bisa bersama selamanya.”
Dengan damai mataku terpejam, mulutku menyunggingkan senyumannya.
Baru kali ini aku merasa sangat bahagia.
Ribuan mahluk menyeramkan tersebut lenyap dan menghilang seketika, satu persatu dari sahabatkupun melayang dan meninggalkan tubuhnya masing-masing.
Aku dan Yoongi saling berpegangan tangan, kami pergi bersama ke tempat kami yang baru.
Selamat tinggal, dan selamat datang.
.
.
.
.
.
.
.
fin~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top