7
Sean berdiri tegak dan menatap Rick penuh kebencian. Irisnya berubah menjadi merah terang, tanda bahwa ia memang murka. Surai merahnya yang tertiup angin, terlihat seperti api yang membara di malam hari.
Sean memang murka. Kelakuan Rick sudah melewati batas. Bukan. Bukan perasaan karena orang yang dicintainya dilukai. Karena memang kenyataannya Sean tidak jatuh cinta pada Bella. Dan tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun.
"Ahahaha!" Rick tertawa kencang. Membuat Sean semakin melihatnya dengan tajam. Seolah-olah matanya dapat membelah tubuh Rick menjadi dua.
Bella hanya diam dan gemetar. Melihat kejadian yang begitu cepat hingga otaknya pun tak bisa memproses.
"Kenapa? Kau takut aku membunuhnya? Karena kau mencintainya bukan?!" Tanya Rick disela tawanya.
Sean mengepalkan tangannya. Kuku-kukunya mulai memanjang, siap memenggal kepala cecunguk didepannya.
"Tidak," jawab Sean singkat. "Cepat pergi sebelum aku berubah pikiran."
Rick tidak mengindahkan perkataan Sean dan malah tertawa kencang. Walaupun begitu, entah kenapa hati Bella malah sesak. Ia merasa, itu bukan tawa bahagia ataupun tawa jahat. Melainkan, tawa keputusasaan..
"Hei hei Sean" Rick mulai bangkit berdiri dan menatap Sean tepat dipupilnya, "kau tau tidak perasaan adikku? TAU TIDAK?!"
Sean bungkam. Ia diam bukan karena tidak tahu jawabannya. Ia pun mulai melonggarkan kepalannya.
"Seperti orang gila! Meminta-minta sebuah perasaan yang tak pernah tergapai! Ia hanya minta sedikit! Dan kau? Tidak peduli!" Jelas Rick.
"Terserah apa katamu" tukas Sean.
"Tentu! Dan akan selalu begitu"
Rick melesat cepat kearah Sean. Tanpa Sean sadari, kuku Rick mencuat panjang. Dengan gerakan cepat, Rick mengarahkan kukunya kearah Sean. Namun bukan Sean namanya. Ia mengetahui gerakan Rick, dengan cepat ia memutar tubuhnya.
"Kau melupakan tentang sesuatu"
Buaaghh
Kaki Rick menendang kearah Sean. Hampir mengenai perut Sean, jika ia tidak reflek menangkis.
"Benarkah?" Tanya Sean.
Sean mencengkram pergelangan kaki Rick. Namun memang tidak pernah semudah itu. Rick mengarahkan kakinya yang satu lagi kearah kepala Sean, dan tentu bisa dihindari Sean. Rick sudah menduganya, karena niatannya dari awal adalah membuat Sean melepaskan cengkramannya.
Fokus Sean teralihkan untuk menghindari serangan Rick. Hingga akhirnya ia melepaskan cengkramannya. Tanpa disuruh, Rick melompat kebelakang.
"Ahaha karena itu aku menyukai cara bertarungmu. Sulit dibaca"
Rick kembali menerjang. Menyerang Sean menggunakan kakinya kemudian mengarahkan tangannya hingga berhasil menggores pipi Sean walaupun percuma karena lukanya cepat menutup. Dan dengan cepat, Sean mengarahkan kakinya kearah kepala Rick. Menendang kepalanya kearah bawah hingga menimbulkan retak pada tanah.
Sean meletakkan kakinya pada punggung Rick. Menyebabkan Rick merintih kesakitan. Tangan serta kuku Sean siap mencabut jantung Rick dari belakang.
"Ucapkan selamat tinggalㅡ"
Gyutt..
Entah apa yang merasuki Bella untuk melakukannya. Ia memeluk tubuh Sean dari belakang dengan erat.
"A-apa yangㅡ.."
"Hentikan! K-kumohon hentikan!" Ucap Bella. Ia memejamkan matanya, takut melihat kejadian bunuh-membunuh didepan matanya.
Bella semakin mengeratkan pelukannya. Ia tak mengerti semuanya. Tentang pembicaraan Rick dan Sean mengenai adik Rick, tentang kuku mereka yang bisa memanjang dengan cepat, tentang iris mata mereka yang bisa berubah warna. Bella tak mengerti.
Apa yang disembunyikan mereka? Dan mengapa Bella merasa aneh kalau didekat mereka? Mengapa Bella merasa, ada yang disembunyikan?
"Lepasㅡ.."
"Kumohon.." mohon Bella.
"Terserah" Sean menurunkan kakinya yang menginjak Rick. Membuat Bella langsung melepaskan pelukannya.
"Kubiarkan kali ini saja." Ucap Sean. Setelah itu, ia langsung pergi meninggalkan taman.
Rick terbatuk pelan sambil berusaha bangkit. Melihat Rick, Bella langsung menghampiri Rick dan membantunya berdiri.
"Apa yang kau lakukan?!" Bentak Rick sambil menepis tangan Bella.
"T-tapi aku hanyaㅡ.."
"Minggir!" Rick mendorong tubuh Bella dengan kasar. Untung saja tubuh Bella ditahan oleh Haruto. Jika tidak, mungkin tubuhnya akan kembali mencium tanah.
"Tidak tau terima kasih" sindir Haruto.
"Aku tidak menyuruhnya membantuku. Manusia sepertinya memang bisa apa?" Dan dalam sepersekian detik tubuh Rick menghilang. Membuat Bella sedikit shock.
"Maafkan aku" lirih Haruto. Dan setelah itu, kegelapan merenggut kesadaran Bella.
~***~
Bella menggeliat tak nyaman saat merasakan sentuhan di keningnya. Namun itu tidak membuatnya hingga membuka mata. Karena faktanya, ia nyaman dengan posisi tidurㅡpingsannya. (Mau nulis pingsan tapi aneh. Mau tulis tidur tapi ternyata dia pingsan. Mohon dimengerti :v)
Pesta telah usai, tak ada sesuatu yang terjadi kecuali perkelahian Sean dan Rick. Dikamar Bella semuanya berkumpul. Kecuali Sean tentunya.
"Aku sudah merubah beberapa ingatannya. Tapi mungkin tidak akan sekuat efek Sean" jelas Kiera.
Aura hitam mengelilingi Milea. Saat ia tahu kejadian kecil di taman. Membuat ia emosi. Mungkin kalau ini kartun, dikeningnya sudah tercipta banyak siku-siku merah.
"Si baj*ngan satu itu.. " Milea mengepalkan tangannya dengan kencang.
"Lalu selanjutnya bagaimana?" Tanya Reina. Membuat semuanya hening.
"Semakin lama, ia aka sadar kalau.. kita berbeda"
Semuanya hanya menunduk. Memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Pertama, mereka memang berbeda, tetapi entah kenapa mereka seperti tak ingin Bella mengetahui perbedaan mereka. Kedua, wangi Bella sangat menenangkan walau menggiurkan. Dan Ketiga, jika ada manusia mengetahui tentang keberadaan makhluk immortal, maka harus dimusnahkan.
"Bukankah lebih baik jika dipulangkan?" Tanya Rash.
"Tidak!" Tolak Kiera dan Haruto. Mereka pun saling tatap-tatapan dan langsung membuang muka.
"Aku tak setuju! Pokoknya tidak setuju!" Jelas Kiera.
"Kau harus tahu kalau keluarga mereka itu menyebalkan" jelas Haruto.
"Tapi menurutku, kita memang harus memulangkannya. Sebelum rahasia kita terbongkar" ungkap Milea.
"Kau memang tidak tahu seberapa menyebalkan adiknya itu" jelas Haruto.
"Aku memang tidak tahu" jawab Milea.
"Terserah. Pokoknya aku tidak setuju" ucap Haruto yang masih tetap mempertahankan jawabannya.
"Aku juga" sahut Kiera.
"Bukankah kalian egois?" Tanya Reina. Membuat Haruto dan Kiera sedikit tidak terima.
"Bagaimana kalau Bella ingin pulang?" Tanya Reina.
"Tidak akan" sela Haruto.
"Bagaimana kalau dia takut dengan kita?"
"Pertanyaan konyol" ucap Haruto.
Reina diam sebentar. Menyiapkan diri untuk melihat reaksi Kiera dan Haruto. "Bagaimana.. bagaimana kalau dia harus dibunuh?"
Kiera dan Haruto langsung bungkam. Tak tahu harus menjawab apa. Bahkan mereka seolah lupa cara untuk mengelak dari ucapan Reina.
"Dia baru tinggal beberapa hari dengan kita. Pasti dia merasa ada keanehan, namun niatnya untuk bertanya pasti dikuburnya dalam-dalam. Apalagi, kita tidak bisa terus-terusan mengandalkan Sean untuk melindungi Bella. Bagaimana kalau Ratu Victoria malah jadi tertarik dengannya?"
Haruto mengepalkan tangannya. Tidak bisa dipungkiri kalau Ratu Victoria pasti akan tertarik dengan manusia yang tinggal dengan mereka. Dan jika Ratu Victoria sudah merasa tertarik, apapun bisa didapatkannya, termasuk Bella.
"Mau sekuat apapun kalian, pasti akan bertekuk lutut dihadapan Ratu bukan? Karena itu, kita akan mengembalikan Bella. Dengan atau tanpa persetujuan kalian" Jelas Reina sambil melangkah keluar kamar.
Kiera dan Haruto hanya menunduk. Mereka sedikit tidak terima perkataan Reina. Karena perkataan itu seolah-olah merendahkan mereka.
"Nah nah.. sepertinya perkataan Adik manisku itu ada benarnya bukan? Kita akan memulangkan Bella sebelum para bangsawan peot itu mulai tertarik pada Bella dan menghancurkan segalanya." Jelas Milea.
"Milea benar. Lagipula, kalian juga takkan siap kalau misalnya Bella tahu kita ini Vampire kan? Dia pasti mikir negative tentang kita. Lagian, kenapa kalian pengen Bella terus disini?" Tanya Rash.
"Keluarganya menyebalkan. Hanya kasihan" jawab Haruto asal.
"Yakin?" Tanya Milea penuh selidik.
"Okay okay.." Haruto menghela nafas pelan, "aku hanya merasa aneh. Dia seperti memiliki sesuatu, yang aku pun tak tahu"
"Ah! Seperti membuatmu ingin melindunginya kan?" Tanya Kiera.
Haruto dan Kiera saling tatap-tatapan dan langsung membuang muka. Mungkin ini terakhir kalinya mereka sehati.
"Ya ya.. terserah kalian. Ayo kita keluar untuk menyiapkan segalanya. Aku juga akan meminta bantuan Sean agar bisa membuat Bella sedikit melupakan keberadaan kita" ajak Milea.
Mereka pun berjalan keluar kamar. Meninggalkan Bella yang sebenarnya sudah membuka matanya dari tadi.
♡~♡
Maapkeun dakuh yang masih tidak terlalu jago dalam menulis pertarungan. Oh iyak, kalau ada cerita yang masih kurang dimengerti, mohon bersabar. Nanti akan dibahas secara perlahan. Perlahan loh yak, karena aku orangnya lemot.
Buat yang vote dan komen, makasih banyaakk *bow*. Oh iyak, aku ada niatan buat gambarin mereka semua, biar lebih bisa dibayangin. Tapi maap-maap aja neh, style ku itu lebih ke kartun yak, bukan realist. Tapi entar kalo udah niat yak //plakk
Regards,
BlueCat87
04.03.18
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top