18

"Tinggalkan aku disiniㅡ"

"JANGAN!"

Bella terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah, dan keringat menetes banyak.

Dan ia baru tersadar saat tangannya menjadi tumpuan. Kasur yang empuk, tandanya ia berada di kamarnya. Sebentar, sejak kapan kamar ini menjadi kamarnya?

Kemudian ia menyentuh kepalanya yang sedang diperban. Sedikit sakit namun tidak parah. Bella menengok kearah tembok dibelakangnya.

Retak.

Ia kembali menyentuh kepalanya. Tidak mungkin tidak sakit saat melihat tembok yang retak. Jangan lupa akan darah milik Bella yang sudah mengering.

Bella turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju cermin besar disebelah lemari. Ia memperhatikan tubuhnya dari atas hingga bawah.

Rambutnya yang terlihat kusut, iris hitamnya yang sayu, kulit putih bersihnya yang sudah berubah menjadi putih pucat. Gaun tidurnya pun juga terlihat lecek. Menyedihkan.

"Eh.. gaun tidur?"

Bella kembali meneliti gaun tidurnya. Ia merasa tidak pernah memakai gaun tidur, tapi kenapa tiba-tiba?

Oke lupakan fakta itu. Mungkin Milea atau Reina menggantikannya.

Kemudian bola matanya jatuh pada perban yang melekat dikepalanya. Cukup rapih dan dipasang dengan telaten. Bella kembali menyentuh perbannya dengan perlahan.

"..kakak.. ya?"

Ia kembali teringat dengan mimpinya. Jujur, akhir-akhir ini ia selalu memimpikan hal yang sama. Yang bikin heran, padahal tidurnya lama, tetapi mimpi itu hanya sebentar.

Dari awal ia tidur, sampai ia kembali bangun, mimpinya hanya mengenai laki-laki yang menurut Bella sangaaat tampan. Di dahinya banyak darah yang mengalir, Surai hitam dan iris merah darahnya yang ternyata juga mengeluarkan darah. Kemudian laki-laki itu hanya bilang "tinggalkan aku disini"

Ucapannya harus terputus karena Bella bangun. Padahal tidak sampai 2 detik. Bagaimana mungkin ia tidur 7 jam, dan mimpinya hanya berdurasi 2 detik?

Bella tidak tau dia siapa. Bertemu pun tidak pernah. Namun cara mata itu menatapnya, ia seperti kenal atau bahkan ia rindu dengan tatapan itu. Tatapan yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Memang selalu begitu. Setiap bermimpi, ia mendapati ujung matanya yang basah.

Kemudian pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok Milea bersama dengan Kiera dan Reina.

"Kau sudah sadar?" Tanya Milea dengan nada khawatir.

Kemudian ia mendapati mata Bella yang sembab, "apakah lukanya sesakit itu? Cecunguk satu ituㅡ"

"Tidak!" Sela Bella dengan cepat. Ia juga menyeka air matanya dengan kasar, " a-aku hanya mimpi buruk! L-lukanya sudah tidak sakit"

Milea hanya bengong.

"Maafkan perilaku Sean ya? Dia hanya sakit hati pas kamu bilang gitu. Dia gak jahat kokㅡ"

Ucapan Kiera terpotong oleh Bella. Dan ucapan Bella membuat mereka semua melongo tak percaya.

"Aku bilang apa?" Tanya Bella tiba-tiba.

Dan respon mereka cuma "eh?". Membuat Bella semakin mengkerutkan dahinya.

"Kau tidak ingat?" Tanya Milea.

Bella ingat. Hanya saja ingatannya kabur. Ia ingat bahwa ia berbicara sesuatu hingga Sean membantingnya. Dan ia kembali curiga bahwa ada yang merubah ingatannya.

Seolah dapat membaca pikiran Bella, Reina bersuara "tak ada yang mengubah ingatanmu. Kami tak memiliki kemampuan itu. Kami hanya bisa menghapus ingatan, bukan merubah"

Dan Bella langsung menghela nafas lega. Namun itu tidak membuat pertahanan Bella runtuh. Mereka monster penghisap darah, dan Bella merupakan makhluk penuh darah. Ia tidak bodoh.

Kemudian seseorang datang dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

"Kau berlari? Tidak biasanya.. apa kemampuan melesatmu berkurang?" Tanya Milea pada Rash.

Rash menatap Milea dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Ada apa?" Tanya Kiera yang tersambar paniknya Rash.

"Gawat! Ratu akan kesini!"

Dan seketika wajah mereka berubah menjadi panik. Kecuali Reina dan Bella. Reina bukan tipe Vampire yang menunjukkan ekspresi secara terang-terangan, sedangkan Bella bingung harus berekspresi apa. Karena sejujurnya ia tidak mengerti.

"Ki-kita harusㅡehmm.. Bella pindah! Eh jangan dia harusㅡAakkhh aku tak bisa berfikir lurus!" Panik Milea.

Sedangkan Kiera berusaha mengatur emosinya, "kapan ia akan tiba? Kita harus menyembunyikan Bella atauㅡ"

"Ehmm.." Rash menggaruk pelipisnya yang tak gatal, "Sebenarnya, dia sudah berada di ruang perkumpulan"

"HAH?!!"

~***~

"Tetap disini. Jangan kemana-mana" kali ini Reina tidak bisa menyembunyikan wajah paniknya.

Ia menjepit hidungnya untuk menghindari bau yang dibencinyaㅡbawang.

Bella diberi perintah untuk duduk disini dan menunggu. Dan tanpa penjelasan, kamar Bella di penuhi dengan berbagai macam bawang. Bawang putih, bawang merah, bawang bombay dan kawan-kawan.

"Untuk apa bawang ini? Serigala waktu itu nyerang lagi?"

"Bukan" nyaris saja Bella tertawa. Karena sungguh, suara Reina yang terdengar bindeng sangat lucu. Suara cempreng yang terdengar seperti tikus kejepit. Cobalah kalian membedakan suara kalian saat berbicara seperti biasa, dan saat berbicara dengan hidung yang terjepit. Sungguh lucu.

Apalagi, suaranya tidak cocok dengan ekspresi Reina.

"Tak ada yang lucu"

Dan Bella bungkam.

"Bukan serigala milik Devon, atau laki-laki yang kau temui di bar. Bahkan orangㅡmaksudku Vampire satu ini lebih berbahaya dari mereka"

Wow. 21 kata. Oke abaikan line ini.

Bella hanya mengangguk.

Reina pun langsung lari keluar sambil menutup pintu. Sesampainya diluar, ia langsung mencopot jepitan yang menjepit hidungnya. Ah, seharusnya ia lepas di tempat lain. Karena baunya masih menyeruak. Ia berharap bahwa ia tak memiliki hidung.

Karena pada umumnya, Vampire tidak membutuhkan hidung. Jikalau kalian penasaran, Vampire tidak membutuhkan 3 hal.

Satu, Hidung. Karena mereka tidak bernafas. Hidung hanya untuk mengendus, tapi tidak dibutuhkan oleh Vampire jaman sekarang. Mereka tidak lagi berburu manusia karena keberadaan darah hewan.

Dua, Lidah. Karena lidah mereka tidak bisa mengecap rasa. Walau mereka memakan makanan manusia, mereka tidak merasakan enaknya makanan tersebut seperti manusia.

Tiga, paru-paru. Seperti yang sudah dijelaskan, mereka tidak bernafas. Namun mereka memiliki paru-paru.

Reina pun langsung melenggang pergi menuju ruang perkumpulan.

~***~

"Ah, aroma ini masih tetap menyegarkan" komen Victoria. Rash, Milea dan Kiera hanya berdiri siap siaga. Namun tak bisa dipungkiri, Victoria menangkap basah bahwa Milea menatapnya dengan benci. Namun tak ia hiraukan.

"Kemana dia?"

"Jikalau maksud anda adalah Pangeran Sean, beliau sedang keluar" jawab Rash dengan sopan. Sebenarnya agak geli saat memanggil Sean dengan embel-embel yang sangat dibenci Sean sendiri. Namun saat ini, ia sedang berhadapan dengan Kakak Sean sekaligus Ratu para Vampire. Akan terdengar kurang ajar jika ia memanggil Sean sebatas nama.

"Gunakan saja bahasa sehari-hari kalian. Aku suka cara kalian berbicara satu-sama lain. Tidak formal namun masih terdengar sopan"

Rash hanya mengangguk nurut.

"Namun bukan dia yang kumaksud.. pasti kalian juga sadar siapa yang kumaksud bukan?"

"Reina sedang ada urusan!" Ucap Kiera pura-pura tidak peka. Tentu saja Victoria menyadari hal itu.

"Tak usah berakting seperti itu. Kau melakukan hal itu seperti kita baru kenal saja, sepupu.."

Kiera mengalihkan pandangannya. Jelas ia sadar. Mereka sudah hidup bersama sejak Kiera masih Vampire newborn. Tentu sifatnya yang kelewat peka sudah diketahui oleh ratu Vampire ini. Jangan heran. Walau marga mereka berbeda, mereka adalah sepupu. Ibu Kiera merupakan adik dari Ayah Victoria. Karena itu ia memiliki surai Merah yang merupakan ciri khas Ashembert. Namun irisnya berwarna kuning kehijauan  yang didapatkannya dari Ayah tercinta.

"Kalian tentu mengerti arah pembicaraanku bukan? Maksudku adalah si pengkhianat ituㅡ"

"HARUTO BUKAN PENGKHIANAT!"

Dan seketika mereka semua dikejutkan dengan suara teriakan seseorang yang tiba-tiba.

♡~♡

Hayoo..

Kira-kira siapa yang berteriak ☆~☆

Maap kalo bulan lalu cuma apdet sekali. Betewe, THANK YOU FOR 2 K VIEW!!
Bahkan aku tak menyangka bakal ada yang baca ampe sini :v Oh iya, mulai bulan ini aku update seperti biasa yaitu setiap hari minggu.. Trus juga, doain aku besok dapet SMA :v besok ppdb..

Bubye!


Regards,
BlueCat87

01.07.18

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top