17
"Jika nanti aku dan kakak tidak kembali, jangan pernah cari aku"
"Apa?! Jangan gilaㅡ"
"Aku percaya padamu. Aku sangat percaya padamu.. jadiㅡ"
Gadis itu tersenyum hangat. Membuat laki-laki bersurai merah itu merasa bersalah.
"ㅡpergilah.."
Sean terbangun dari tidur singkatnya. Keringatnya mengalir deras dan nafasnya tidak beraturan.
Mimpi buruk? Bisa dibilang begitu.
Mimpi mengenai gadis yang pernah mewarnai harinya. Walau sekarang eksistensinya sudah tergantikan oleh gadis lain.
Kemudian ia hanya menatap datar kearah ujung kakinya. Tanpa ada niatan kembali tidur, karena ia tidak banyak membutuhkannya.
Bagi Vampire, tidur hanyalah pemanis atau tambahan. Mereka tidak benar-benar membutuhkannya. Namun, ada beberapa yang melakukannya. Alasannya? Agar mereka terbiasa saat didunia manusia.
Tentu siapapun akan curiga kalau melihat orang segar bugar padahal tidar tertidur sama sekali bukan?
Sebenarnya, Vampire yang tinggal di dunia manusia pun tidak banyak. Karena hanya mereka yang telah memperoleh izin keluar portal dan sertifikat ketahanan tubuh. Siapa yang mau jati diri mereka ketahuan? Mana mungkin mereka mau ceroboh mengirim sembarang Vampire. Takut besoknya ada berita bahwa keberadaan Vampire ketahuan.
Lamunan Sean buyar saat menyadari seseorang memasuki kamarnyaㅡMilea.
Sean bangun dan berjalan menuju meja dekat lemarinya. Mengambil gelas yang berisi minuman pembangkit tenaganya. Darah di pagi hari terdengar tidak buruk.
"Dia masih tidak ingin keluar. Tak ada yang bisa membujuknya. Dan dari tadi, ia terus memanggil Haruto. Kau tau bahwa dari kemarin Haruto tidak pulang bukan? Jadi lakukan sesuatu"
Sean meletakkan gelasnya di kencang. Hingga menghasilkan suara yang sedikit membuat Milea terkejut. Dan setelah itu, tubuhnya menghilang.
~***~
"K-kumohon tinggalkan aku sendiri.. a-aku hanya ingin berbicara dengan Haruto!" Teriak Bella untuk sekian kalinya.
Diluar kamar, Rash, Kiera dan Reina hanya bisa diam sambil mencoba membujuk.
Bella kembali mengeratkan selimutnya. Meringkuk didalam selimut bukan pilihan yang buruk.
"benar-benar mengurung diri"
Bella terkejut. Ia langsung mundur hingga membentur tiang kasur. Oh astaga, siapa yang tidak takut dengan orang yang muncul tiba-tiba?
"S-sean?!"
Sean hanya menatap Bella datar.
Bella menggigit bibirnya. Sekarang ia sudah benar-benar yakin bahwa mereka semua bukan manusia. Buku yang ia baca itulah petunjuknya. Walau tidak semuanya benar sih.
"Manusia lemah dan penakut. Menyebalkan"
Tubuh Bella bergetar hebat. Ia merasa terintimidasi dengan nada bicara Sean yang rendah. Ditambah iris merahnya yang terlihat menyala.
"B-biarkan aku pulang. A-aku tidak akan kembali.."
Sean hanya menatap remeh. Tentu, semua manusia yang kesini pasti ingin pulang dan tidak kembali. Hanya orang bodoh yang kembali, atau bahkan tidak meminta untuk pulang.
Merasa dicuekkan, Bella berusaha menatap netra ruby itu. Dan seketika hatinya merasa sedih, hingga tanpa sadar setetes air mata keluar. Meninggalkan jejak di pipinya.
"Rindu.."
Sean terkejut mendengar ucapan Bella.
"Marah, Sedih, Kecewa.."
Sean mengepalkan tangannya.
"Dan takutㅡaakhhh"
Sean mencekik Bella dan membantingnya ke tembok hingga membuat tembok itu retak. Kepala Bella mengeluarkan darah. Dan Bella hanya bisa nenangis dan menahan ketakutannya dengan setengah mati.
Sedangkan diluar, mereka semua terkejut dengan suara keras dari dalam kamar Bella. Membuat Rash mendobraknya dengan paksa.
Mereka semua terkejut. Melihat Bella menangis dan meronta. Ditambah lagi, mereka terkejut melihat Sean mencekik Bella.
"SEAN! LEPASKAN BELLA!!" Bentak Kiera.
Dan Sean melepaskannya. Bella langsung jatuh diatas kasur. Ia tidak peduli dengan darahnya yang menetes. Ia hanya peduli dengan paru-parunya. Mencari pasokan oksigen dengan nafsu.
Sontak, Milea dan Reina menghampiri Bella.
"Kau gila?! Dia manusia Sean! Manusia! Apakah inderamu sudah rusak?" Tanya Kiera.
Sean menatap kearah Rash. Terlihat Rash yang sedang mengontrol amarahnya. Tangannya hanya mengepal kencang, dan matanya menatap tajam kearah Sean.
"D-dia tidak a-akan kembali" ucap Bella tiba-tiba. Membuat semua orang bingung dengan kalimat yang barusan ia ucapkan.
"Siapa maksudmu?" Tanya Milea.
"K-kau tak akan berhasil. Ritual itu akan gagal."
Dan mereka membelalakkan mata mereka.
"Omong kosong. Ritual itu akan berhasilㅡ"
"Tidak" sela Kiera.
Semua orang menatap Kiera. Dengan tatapan 'jangan-bahas-itu-didepan-Bella'. Tentu mereka tak ingin Manusia tahu masalah kerajaan, Bukan?
"Tubuhnya tidak pernah ditemukan. Bukankah Ratu Victoria sudah bilang? Bangkitkan keduanya, atau tidak sama sekali. Mau kerajaan mendapatkan potongan kertas itu, mereka tetap tidak bisa melakukannya. Tubuh Alexa tidak ada"
Dan mereka semua bungkam. Tidak, mereka sudah tau. Sean dan Victoria sudah tau. Namun mereka berpura-pura lupa agar kenyataan bahwa sampai kapanpun mereka tidak bisa dibangkitkan itu hilang.
"Akan kutemukan" cetus Sean tiba-tiba.
"Akhㅡ" Bella memegangi kepalanya. Darahnya semakin banyak dan kepalanya sangat pusing.
Rash yang menyadari itu langsung menggendong Bella ala brydal style dan melesat kearah ruang pengobatan. Tentu ia harus mengawasi Bella. Takut ada yang kelepasan menggigitnya. Karena jujur, mungkin Rash sendiri sudah susah payah menjaga nafsunya.
"Kau pernah belajar kedokteran di dunia manusia, sembuhkan anak ini tanpa ada nafsu sedikitpun" titah Rash saat ia sudah tiba di ruang perawatan. Sontak dokter itu hanya menelan salivanya dengan kasar.
Siapa yang bisa tahan dengan wangi darah itu? Darah yang terlihat merah dan kental sudah mengotori lantai. Akan sangat susah, ditambah lagi, dokter ini bukan tipe yang kuat menahan nafsu.
Rash meletakkan tubuh Bella diatas tempat tidur.
"Kau bisa dengar suaraku? Tetaplah sadar dan lihat kearahku"
Bella hanya bisa mendengar samar. Ia terus mencoba membuka matanya walau terlihat sulit.
Dokter itu langsung bekerja. Ia memakai masker untuk mengurangi bau yang masuk.
Disela-sela waktu, terlihat Milea dan Reina yang menyusul. Gaun panjang mereka sedikit menahan pergerakan.
"Untung lukanya tidak perlu dijahit" ucap dokter sambil membersihkan darah.
Semakin disapu, semakin wangi darah Bella menguar. Satu istana langsung gempar. Mereka sangat penasaran dengan pemilik darah manis ini. Iris mata mereka berubah menjadi merah. Bahkan ada yang menerobos masuk, namun berhasil di tahan dengan kekuatan Milea.
"Baiklah selesai. Perbannya jangan sampai basah" setelah itu dokter langsung melesat pergi. Ia harus merenungkan diri untuk menghapus nafsu yang ada.
Rash menatap kearah manik Bella, "kau sudah bekerja keras.. beristirahatlah"
Rash membaringkan tubuh Bella. Dan Bella langsung memejamkan matanya.
"Mau kemana kau?" Tanya Milea saat melihat Rash hendak pergi.
Rash membalikkan badannya, "bukan urusanㅡ"
"Jangan coba-coba berantem sama Sean. Kau akan terluka." sela Milea.
Rash menatap Milea sejenak, "kau khawatir padaku?"
"Ha? tentu saja lah! Kau itu temanku dan pemimpin disini. Tapi kekuatanmu tak ada apa-apa dibanding Sean! Jangan cari mati"
Rash hanya diam. Tentu ia sudah memprediksi jawaban Milea. Dan dia hanya bisa menerimanya. Teman bisa apa?
♡~♡
Walau sudah kupajang di judul, aku tetap menekankan bahwa cerita ini slow update karena lagi liburan.
SLOW UPDATE!!
BETEWE,
🎉SELAMAT HARI LEBARAN🎉
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN!! MAAFKAN DAKUH JIKA ADA SALAH!!
🎶Cover baru alhamdulillah.. tuk dipakai, di hari raya🎶
Regards,
BlueCat87
15.06.18
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top