Birthday kid

—————
Birthday Kid
Featuring my own Oc, Ayara.
I own Ayara and his Story.
Do not copy or rewrite this.
Genshin impact belongs to MiHoYo.
Birthday kid song belongs to Mili.
——————

Pagi hari yang cerah di Liyue, Ayara yang baru saja bangun pun menyisir rambutnya dan bergegas ke kamar mandi untuk melakukan ritual pagi. Tentu saja untuk melihat bunga yang berada di toilet atau kasarnya dia sedang buang air besar.

Setelah selesai ritual dan mandi pagi, ia pun melangkah keluar dari penginapan. Sejujurnya ia masih kehabisan ide bagaimana dirinya bisa ditarik oleh Tartaglia ke daerah yang bernama Liyue ini. Tempatnya sangat ramai akan penduduk, orang yang berjualan, juga kapal-kapal yang berlalu lalang.

Lelaki yang memiliki tinggi 168cm itu membuka jendela penginapan yang bisa dibilang cukup mahal, memang Tartaglia ini terlalu tajir.

Suara desir ombak yang halus memenuhi kepala Ayara, ia menutup matanya dan perlahan-lahan jatuh kedalam lubang masa lalu. Sepertinya, ia akan mengingat saat-saat yang menyedihkan itu.

★☆★

Pagi yang cerah di kediaman Kurotori. Sebentar lagi Ayara dan kembarannya -Akemi- akan genap berumur 10 tahun. Akemi yang polos dan ceria itu menyambut hari ulang tahunnya dengan suka cita, berkebalikan dengan Ayara yang justru merasa tertekan.

Selama ini dia hidup berada dibawah angan-angan ayah ibunya, ingin sekali rasanya ia bilang kepada kedua orang tuanya agar mengerti. Tapi tentu saja, mereka tidak akan mengerti.

"Onee-chan! Sebentar lagi kita akan berumur 10 tahun! Senangnya~" Akemi yang melompat-lompat bagaikan kelinci itu membuyarkan lamunan Ayara akan bayangannya yang tidak mungkin terjadi.

"Iya, aku juga bahagia kok." Balas Ayara sambil mengelus puncak kepala Akemi. Tatapannya menghalus selagi ia menatap Akemi.

Menurutnya, hanya Akemi lah yang bisa ia percaya. Yang bisa ia cintai untuk saat ini.

"Akemi-sama! Dimana kamu? Kau tidak lupa kan ada pelajaran tambahan siang ini?" Panggil salah satu penjaga si kembar.

"Pelajaran tambahan?" Tanya Ayara.

"A-ah itu...," Akemi menunduk, "Aku dicap tidak cukup untuk menaikkan nama keluarga ini, jadi aku harus belajar tambahan."

"Aku ingin sekali bisa sepertimu, Onee-chan sangat kuat. Kau mendapat Visionmu tahun lalu, kau juga jenius. Seandainya aku sepertimu...." Akemi merasakan pelukan hangat dari kembarannya, awalnya ia terkejut namun Akemi segera balas memeluk Ayara.

"Akemi, menurutku kau sangat kuat. Hanya saja belum waktunya. Vision adalah berkah ketika kita telah diakui oleh Archon, maka dari itu kita harus bersabar." Balas Ayara.

Akemi menunduk, "Bagaimana jika aku tidak pernah mendapatkannya? Ayahanda dan Ibunda pasti kecewa."

Ayara terdiam tak berkutik, sebenarnya seberat apa tuntutan yang diberikan kepada Akemi? Hanya karena Akemi lebih lemah dari Ayara pantas Akemi harus dipaksa kuat? Bagi Ayara itu adalah kesalahan yang terbesar.

"Jika mereka kecewa, aku selalu ada disini. Karena aku tidak pernah kecewa dengan dirimu yang telah berusaha keras melebihi siapapun."

★☆★

Rambut dwi-warna milik Ayara perlahan berhembus, matanya terbuka secara perlahan sambil menerima cahaya yang masuk kedalam pengelihatannya.

Ayara meletakkan tangannya kebagian dada kirinya, ia bisa merasakan betapa sakitnya mengingat masa-masa itu. Jika seandainya ia bisa bertemu lagi dengan Akemi....

Netra berwarna merahnya itu menangkap sesosok berambut oren pucat memasuki penginapan, Ayara reflek melihat jam yang tertempel di dinding. Hebat sekali ia bisa bernostalgia selama itu. Ayara langsung mengenakan bajunya dan mendatangi Tartaglia yang baru saja akan naik ke lorong yang menuju ke kamar Ayara.

"Sudah bangun? Ku tunggu dari tadi padahal." Ujar Tartaglia sambil mengacak pinggang.

"Aku ketiduran." Balas Ayara singkat.

"Tumben sekali, ayo kita pergi. Masih ada banyak hal yang harus dilakukan hari ini." Tartaglia berbalik arah dan mulai menjauh dari Ayara.

"Dasar merepotkan."

★☆★

"SUDAH KUBILANG BUKAN SEPERTI ITU DASAR ANAK BODOH!"

Teriakan itu disusul dengan suara gelas pecah dan pekikan Akemi. Ayara yang sedang berjalan menuju kamar langsung berbalik arah ke perpustakaan yang kebetulan terletak 10 langkah sebelum kamarnya.

"AKEMI!" Panggil Ayara, ia mendapati kembarannya itu sudah terduduk dibawah dengan darah yang bercucuran ditangannya.

"Ma-maafkan aku ibunda, aku akan bereskan ini segera." Dengan gemetar Akemi mulai memunguti pecahan-pecahan gelas yang berada didepan sang ibu.

"Biar kubantu." Tawar Ayara sambil ikut mengambil pecahan gelas tersebut, namun Ayara melihat sang ibu mengarahkan tangannya kedepan seakan-akan memisahkan Ayara yang ingin membantu Akemi.

"Pergi." Perintah sang ibu.

"Tidak mau."

"KUBILANG PERGI!" Bentak sang ibu.

"APA-APAAN KAMU MEMBENTAKKU? KAU HANYA ORANG YANG DATANG UNTUK MENGAMBIL HARTA AYAH. AKU YANG MEMEGANG HAK UNTUK MENGATUR RUMAH INI, BUKAN KAU!" Balas Ayara membentak, suaranya lebih tinggi daripada biasanya.

"ENAK SAJA KAU MEMBERIKAN TEKANAN BERLEBIHAN KEPADA ADIKKU! TIDAK AKAN KUBIARKAN!" Lanjut Ayara.

"O-onee-chan," Akemi bingung bagaimana ia harus melerai kakaknya yang sesnag emosi itu. Ia jarang melihat kakaknya semarah itu, dan bisa dibilang ini benar-benar baru baginya.

"Tidak papa, aku bisa membersihkan ini kok, Onee-chan." Ujar Akemi sambil tersenyum pahit, terdengar getaran disetiap kata yang perempuan bernetra hijau limun itu keluarkan.

Ayara yang mendengar itu langsung menghela nafas panjang sambil menatap tajam sang ibu. Urat-uratnya kembali mengeras, dan bisa saja ia membakar wanita yang berada dihadapannya itu sekarang juga. Namun, Ayara tidak ingin sang adik melihat sisi gelapnya itu.

"Baiklah, aku akan pergi ke kamar. Selamat malam." Pamit Ayara segera keluar dari ruangan itu.

Ayara memandang pantulan bayangannya yang berada di cermin, sesekali ia mengelus rambut panjangnya itu. Padahal Ayara bukanlah seorang perempuan namun ia harus berpakaian dan berperilaku seperti perempuan.

"Ibu, aku merindukanmu. Wanita itu menghancurkan diriku dan Akemi, aku harus apa...."  Suara parau Ayara menggema dikamar yang sepi itu.

Ingin sekali ia mengambil gunting dan segera mengguntingnya, jika saja ia tidak ingat ia pasti akan dimarahi oleh ayah dan 'ibu'nya.

☆★☆

Ayara menatap sekitar, betapa ramainya kota Liyue ini selagi ia mengikuti langkah Tartaglia. Ayara menebak-nebak kemanakah mereka akan pergi hari ini? Sepertinya kembali menantang treasure hoarder, atau menagih hutang seperti biasa.

"SHISHOUU!" Panggil seseorang dari belakangnya, reflek Ayara dan Tartaglia mengalihkan pandangannya kearah suara tersebut.

"Shishou! Hari ini aku akan belajar apa!?" Tanya lelaki dengan anak ayam yang berada di kepalanya sambil tersenyum antusias.

Tartaglia beralih ke Ayara, "Shishou?" Tanyanya.

Ayara hanya menghela napas kasar, "Anak ini bertemu denganku ketika aku sedang menuju ke Liyue. Tolong jangan berpikir yang tidak-tidak."

Tartaglia tersenyum meledek, "Hee, Ayara-Shishou jangan seperti itu dong~"

Lelaki itu menatap Ayara dan Tartaglia bergantian seakan meminta lelaki bernetra merah itu menjelaskan keadaan sekarang. Ayara memijit keningnya lalu mulai memperkenalkan mereka.

"Xiaoji, kenalkan ini rekan kerjaku, Childr. Dan Childe, kenalkan ini Xiaoji, anak hilang." Ujar Ayara malas.

"AKU BUKAN ANAK HILANG, SHISHOU! Omong-omong, salam kenal tuan Childe." Sapa Xiaoji, netra emeraldnya yang bersinar itu terlihat sangat berbinar-binar.

Tartaglia tersenyum, "Ya, ya. Salam kenal juga. Omong-omong sepertinya Ayara tidak bisa ikut denganmu hari ini, dia ada pekerjaan penting denganku."

Xiaoji menatap Tartaglia lama lalu berkata, "Haah, baiklah."

Ayara menepuk bahu Xiaoji pelan dan mendekatkan mulutnya ke telinga lelaki berambut hitam dengan highlight ungu itu, "Jikalau aku pulang cepat, temui aku di wangshu inn jam 5 sore."

"Un!"

"Baiklah, kami pergi dulu."

"Hati-hati dijalan~" Ucap Xiaoji sambil melambaikan tangan kepada Tartaglia dan Ayara.

Tartaglia sedari tadi mencoba untuk menahan tawanya dan pada akhirnya meledak, Ayara yang pelatuk kesalnya sudah tertarik pun tidak segan-segan menojok perut Harbringer tersebut.

"Diam kau lelaki tahi."

"Aku tidak menyangkanya loh, HAHAHAHA!"

★☆★

Tidak akan ada yang bisa menghentikan Ayara sekarang. Ia menutupi tubuhnya dengan baju serba hitam agar identitasnya tertutupi, memakai penutup muka agar wajahnya tidak dikenali.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam, tepat dihari dimana ia dan saudara kembarnya bertambah umur. Tidak akan ada perayaan yang mendiskriminasikan Ayara dan Akemi esok hari, ia akan membakar habis kediaman ini.

"Aku tidak akan membiarkan kita disakiti."

"Aku tidak mau melihat Akemi menangis lagi."

"Akan kulindungi Akemi."

Ayara membuka pintu kamar kedua orang tuanya yang sedang tertidur pulas, ayahnya yang dulu sangat ia cintai telah lama menghilang menjadi seseorang yang tidak ia kenal. Serta wanita asing yang tertidur disampingnya itu.

"Dasar jalang." Bisik Ayara.

"Selamat malam kalian berdua, silahkan tidur yang tenang." Lanjut Ayara.

Sang anak lelaki itu pun menyalakan Visionnya, dan mulai membakar kamar ledua orang tuanya. Apinya pun mulai menyebar keluar ruangan, segera Ayara mulai membakar ruangan lain satu persatu.

Misinya hari ini, menghanguskan masa lalunya.

"Onee-chan!? Kamu dimana? Tolong aku!" Terdengar suara tangisan yang berasal dari kamarnya.

"AKU DATANG!" Ayara segera melepas pakaian serba hitamnya itu lalu menjemput Akemi.

"A-aku, ketika aku bangun apinya sudah merambat-"

"Ada seseorang yang membakar rumah kita." Potong Ayara.

Akemi mencerna ucapan Ayara, siapa yang bisa masuk seenak jidat ke kediaman ini?

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, sekarang ayo kita melarikan diri. Gawat jika kita harus tertangkap oleh mereka." Ayara segera menarik Akemi pergi.

Langit malam yang gelap perlahan diterangi cahaya yang berasal dari api yang melahap kediaman Kurotori secara perlahan.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya Akemi.

"Aku tidak tau, yang penting kita melarikan diri." Jawab Ayara.

Aku tidak masalah, asalkan kita bebas...

★☆★

"Lalu bagaimana kelanjutannya?" Tanya Xiaoji penasaran.

"Aku diculik, aku terpisah oleh adikku lalu aku ditolong oleh manusia menyebalkan ini, lalu menjadi asistennya." Jawab Ayara sambil menunjuk Tartaglia yang terkekeh.

"Aku tidak menyangka kau akan bergabung ke Fatui hanya untuk berterima kasih." Balas Tartaglia.

"Tunggu, Fatui?" Batin Xiaoji, "Jadi Shishouku ini seorang Fatui dan partnernya seorang Harbringer-" Xiaoji mulai berkeringat dingin.

"Tidak usah takut, aku tidak akan membunuhmu tiba-tiba." Balas Ayara datar.

Ayara menyisip teh yang telah disediakan oleh salah satu kenalannya di wangshu inn, Liwei.
Ia menatap dalam teh itu dan mendapatkan bayangannya, sayang sekali Ayara dan Akemi kembar tidak seiras jadi dia tidak dapat melihat pantulan adiknya disana.

"Omong-omong, Ayara hari ini ulang tahun loh!" Ujar Childe.

"Huh?"

"Oh!? Shishou ulang tahunnya ditanggal 5 Mei? Selamat ulang tahun!"

Ayara saja tidak mengingat kapan ia ulang tahun, lebih tepatnya ia hanya mengingat tanggal itu sebgaai ulang tahun Akemi dan bukan dirinya.

Rasanya sekarang ia melihat para pendahulunya yang bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulang tahun untuknya, berkata bahwa mereka bangga.

Apa yang bisa ia banggakan setelah membakan habis keluarganya, membuang marganya sendiri, dan kehilangan adikknya.

Ayara menatap kearah langit senja, apakabat kembarannya yang nunjauh disana. Apakah ia sudah menemukan jati dirinya? Apakah ia bebas sekarang? Apakah dia masih hidup?

Ayara merasakan tepukan dibahu kirinya, ia pun tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandangan ke arah Xiaoji. Darimana pemuda itu mendapatkan lilin...?

"Shishou, aku tidak punya kue jadi meniup lilin saja tidak papa kan?" Ujar Xiaoji sambil tersenyum malu.

Tartaglia membalasnya dengan kekehan kecilnya, "Kau sudah bekerja keras hari ini, ayo dinikmati makanannya walau hanya di wangshu inn."

Ayara terdiam, selama 20 tahun ia menjalani kehidupannya sendirian... sekarang ia merasakan hangatnya keberadaan orang-orang yang berada didekatnya.

"Baiklah, akan aku tiup lilinnya."

~Birthday kid, finished~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top