Bab Ketigapuluh
Tema ke-30: Mengakhiri Sesuatu.
"Dia sudah kembali ke dunia atas."
Ucapan dari Dewa Osiris mengejutkan sang Dewa Kematian. "Bagaimana bisa? Bukankah anak itu sudah mati?"
Osiris mengusa jenggotnya. "Sebuah keajaiban menyelamatkannya."
"Mana bisa begitu? Orang yang sudah mati tak mungkin hidup kembali." Anubis mengepal kedua tangannya geram. Manik amber berkilat marah.
Osiris tersenyum simpul.
"Jangan tersenyum kau!" geram Anubis marah.
"Apa kau suka pada anak itu, Anubis?"
Pertanyaan telak dari Osiris membuat Anubis terkejut. Tahu dari mana? Rasanya aku tidak pernah memberitahu pada siapapun.
"Percuma kau mengelak. Kau pria yang dingin, tak peduli sama sekitar. Kau tak segan-segan membuang roh-roh manusia ke neraka."
Anubis mengatup bibirnya.
Osiris melanjutkan perkataannya. "Sejak anak itu datang ke sini, harusnya dia dilempar ke neraka. Kau malah membuat rumah bentuk peti mati untuknya. Bahkan terbuat dari emas. Pasukan Alam Baka kau kerahkan untuk menjaganya. Bukankah itu aneh?"
Skakmat!
Anubis tak bisa mengelak. Pria bertubuh tegap itu hanya menunduk tidak berani menatap pamannya.
"Tatap aku kalau aku sedang bicara denganmu, Anubis!" bentak Osiris sambil menggebrak meja. Pria bertubuh hijau itu tidak suka apabila keponakan menghindar tatapannya.
Anubis menatap sang paman, tapi tak lama dia menunduk kembali.
"Aku tanya sekali lagi. Apa kau suka sama gadis bernama Khepri Berenika, Anubis?" tanya Osiris sekali lagi.
"Ya! Aku mencintainya! Apa kau melarangku? Apa aku tidak boleh menyukai Khepri? Kenapa dia kembali lagi ke dunia atas?! Aku yang berhak mencabut nyawanya atau tidak!!" raung Anubis berapi-api.
Osiris berdiri dari singgasana. Telunjuknya mengarah wajah Anubis. "Jangan mempermainkan nyawa manusia! Seenaknya saja kau! Mentang-mentang Dewa Kuburan. Kau lupa ya, Anubis? dia belum waktunya mati, tapi kau terburu-buru membawanya kemari. Kau melanggar kode etik peraturan kita di dunia bawah!!" Cerocos Dewa Osiris murka.
Anubis hendak menjawab malah tidak bisa berkata apa-apa.
"Kau tega membiarkannya koma berhari-hari. Tidak tahukah kau, ibunya menangis tersedu-sedu? Sekarang anak manis itu sudah siuman. Aku bisa melihat wajah bahagia sang mama." Nada suara Osiris perlahan melembut. Tatapan garang berubah melunak.
"Kau tahu kan kenapa aku melarangmu membuka topeng di depan Khepri? Karena dia belum waktunya mati. Aku dan Beren mengembalikan nyawanya."
Anubis mendongak. "Beren?" Tunggu dulu. Harusnya hanya aku yang bisa mengantar Khepri kembali. Jangan-jangan ....
"Ya, Beren adalah Ayahnya Khepri Berenika."
Dalam hati Anubis berkata, wah, aku kudu sungkem dulu sama calon mertua. Sempat-sempatnya Dewa Alam Baka berpikir seperti itu.
"Bila sudah waktunya, jemputlah anak yang kau sayangi itu, Anubis. Aku mau tidur dulu." Osiris beranjak meninggalkan Anubis duduk seorang diri.
Di dunia atas ....
Salju turun di kota Paris dan natal semakin dekat. Beberapa orang-orang tergesa-gesa berjalan agar sampai tujuan yaitu rumah.
Seorang gadis keluar dari toko makanan. Di tangan kanannya menggenggam kantong belanjaan. Malam ini akan membuat roti isi daging. Dai harus cepat pulang kerumah. Ibu pasti menunggunya.
Sampai di rumah dia melihat mantel cokelat tergantung dekat pintu. Apakah ada tamu?
"Khepri, syukurlah kau cepat datang. Ayo kita segera menyiapkan makanan."
Khepri masih menatap seorang pria berambut pendek, warna mata emas, kulitnya agak kecokelatan, dan dia tinggi sekali. Tunggu, rasanya aku mengenalnya tapi dimana ya?
"Pemuda ini menolong ibu. Tiba-tiba pinggang ibu sakit, jadi sekalian saja mengajaknya makan malam bersama kita, hehehe." Ibu tersenyum kecut melihat putrinya memandang pemuda jangkung ini takjub.
Pria itu membungkukkan tubuhnya. "Hallo, namaku Subaniu. Salam kenal, Khepri."
"Eh, oh salam kenal. Namaku Khepri Berenika. Si-silakan duduk. Aku menyiapkan makan malam," ujar Khepri gelagapan.
Subaniu tersenyum. Anak itu tidak tahu bahwa Dewa Pencabut Nyawa sedang menyamar. Kali ini dia membuka topengnya. Tentu saja Osiris memberi izin. Beruntung Anubis diberi kesempatan ketiga.
Khepri Berenika anak dari sang pengawal setia Berenika alias Beren. Dia sudah berjanji akan menjaga Khepri seumur hidup.
Bagi Subaniu ah tidak. Bagi Anubis, ini bukanlah sebuah akhir. Takdir mempertemukan. Pertemuan kedua mereka baru saja dimulai.
Waww, akhirnya tamat juga. Terima kasih semuanya sudah sempat membaca cerita ini. Maafkan kl Babang Anubis saya buat yaa agak nyerempet dikit. Jangan khawatir, doi ga marah kok.
Anubis sujud syukur dulu.
Sampai jumpa minnaaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top