Bab Kesembilanbelas
Tema ke-19: Peti Mati.
Anubis tertunduk lesu. Langkahnya semakin gontai seakan berat sekali untuk mengayunkan kakinya. Pikirannya melayang-layang. Dia sangat ingat sekali apa yang dikatakan Dewa Kesuburan tadi.
"Apa? Coba katakan sekali lagi?" Anubis ingin memastikan apa dia salah dengar atau hanya gurauan belaka.
"Anak bernama Khepri sedang sekarat di rumah sakit," jawab Osiris datar.
"Tidak mungkin ...." desis Anubis.
"Beberapa jam lagi kau jemput anak itu."
"Tunggu dulu, bukankah di kartu merah kematian Khepri masih lama?"
Osiris mengusap janggutnya. "Nyawa anak itu tidak tertolong lagi."
Anubis mengepalkan kedua tangannya geram. Tidak bisakah ditunda dulu? Entah kenapa hati Anubis terasa nyeri. Sakit. Lebih sakit daripada diputusin si Dewi Anput.
Anubis sangat menyayangi Khepri. Baginya, khepri bagaikan matahari yang selalu menyinari hati. Kata-kata Dewa Osiris terngiang-ngiang di dalam benaknya.
"Mau tak mau kau harus mencabut nyawanya. Suka tidak suka, aku tidak terima protes darimu."
Anubis mengalah. Sebagai keponakan berbakti dia akan menuruti perintah pamannya. "Baiklah kalau itu mau Paman. Aku yang akan menyiapkan peti mati untuk anak itu."
Tak berapa lama, Anubis sudah membuat peti mati terbuat dari emas. Seluruh peti itu bertaburan intan permata. Dia sudah menyiapkan 'rumah mungil' di alam baka untuk Khepri.
Anubis berkaca apakah pakaiannya sudah cukup rapi. Tak lupa topeng anjing sudah dia kenakan. Dalam sekejap dia sudah melesat ke dunia atas.
Di rumah sakit kota Paris ....
Napas Khepri memburu. Anak itu merasa hidupnya tidak akan lama lagi, tapi ada seseorang yang dia tunggu. Kemana pria itu?
Samar-samar dia mendengar ibunya menangis. Cahaya menyilaukan mengaburkan pandangannya.
"Siapa itu? Apa kau malaikat maut?"
Seorang pria tinggi memakai baju serba hitam dengan topeng anjing menutupi wajah rupawannya. "Khepri, sudah saatnya kau 'pulang'."
Khepri tersenyum manis. "Ah, rasanya aku tahu. Kau yang selalu menemuiku selama ini kan, Tuan Anubis?"
Anubis menatap datar, padahal di dalam hatinya dia sangat merindukan anak manis ini. Kepala Anubis menunduk. Matanya melirik ke meja kecil. Hatinya terenyuh, si bocah imut menggambar dirinya sambil bergandengan tangan.
"Ayo, Khepri. Kita pergi."
"Gendong ...." ucap Khepri manja setengah merajuk.
Anubis menggendong tubuh harum Khepri. Bocah manis itu menggelayut manja dalam dekapan Anubis.
Selamat datang ke dunia bawah, Khepri Berenika.
355 kata.
Uhuk, tema kali ini emang aduhai. 🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top