Bab Kesembilan
Tema ke-9: Danau yang tenang
Entah, sejak Anubis dihukum tidak diperbolehkan ke dunia atas, danau-danau di bawah tanah tampak tenang. Biasanya meletup-letup.
Tumben danau neraka lagi tenang. Sepi. Sunyi. Kalem (kayak lembu #moooo).
*Hathor: siapa yang manggil aku barusan?
Entah. Sudah abaikan saja dia.
Kemana manusia-manusia berjalan ke jurang kematian? Danau merah kekuningan siap melahap orang-orang berdosa.
Tunggu dulu.
Ada yang kurang.
Kemana Anubis? Apa dia sedang semedi? Atau sedang menanam bunga? Oh tidak saudara-saudara, dengarkan nyanyian penuh jiwa dari seorang Dewa Kematian.
"Ampun, Paman. Ampuuun!!"
Anubis sedang diikat seperti sate dililit. Kok bisa?
"Makanya kau jangan seenaknya bilang mau melempar pamanmu sendiri ke danau lava," kata Dewa Pertanian tenang. Pria itu sedang asyik mengayunkan Anubis seperti kambing guling.
"Lepaskan aku, Paman. Masa tega memperlakukanku seperti ini?" Anubis merajuk. Beneran. Seorang Anubis bisa merengut.
Osiris tertawa. "Kau semakin luci apabila merengut. Kini kau jadi AGUL."
Dewa Kematian itu melirik sinis ke arah pamannya. "Apaan tuh?"
"ANUBIS GULING," jawab Osiris enteng.
"PAMAN JA'AT!!" raung Anubis. "Lepaskan akuuu!!"
Anubis kini berada di danau yang tenang tapi penuh lava. Siap diterjunkan kapan saja oleh Osiris.
"Entah apa yang merasuki Paman hingga tega begini ama ponakan!" jerit Anubis nelangsa. Dia hanya terima nasib jadi Anubis Guling. Gelar barunya saat ini.
Rasakan!
213 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top