Bab Keduapuluhsatu

Malam semakin larut. Menyisakan auman anjing menambah kesunyian malam. Dengan adanya cahaya bulan purnama sosok si Topeng Anjing muncul. Dalam sekejap Dewa Kuburan itu sudah berada di pucuk piramida terbesar di dunia. Mata amber Anubis menatap ke segala penjuru.

Di tangan kiri muncul cahaya biru, perlahan cahaya itu berubah wujud menjadi tengkorak. Ya, hanya kepala saja. Anubis menghela napas. Tengkorak itu adalah Khepri. Sekarang gadis berambut cokelat itu sedang tidur di rumah berbentuk peti mati.

Anubis teringat perkataan Dewa Osiris. Hal terlarang yang tak boleh dia lakukan ....

"Jangan kau buka topengmu, Anubis."

Anubis mendongak menatap pamannya duduk di singgasana. "Kenapa?"

"Nanti anak itu jatuh cinta padamu. Hahahaha!" Osiris tergelak. Dia paling suka menggoda keponakannya.

"Jangan becanda, Paman," sungut Anubis. Wajahnya jadi masam. Padahal dalam hatinya dag dig dug derr.

"Maafkan. Oke, aku serius. Kau dilarang jatuh cinta pada anak itu, Anubis."

Pikiran Anubis berkecamuk. Kali ini dia bimbang. Sudah terlanjur hati ini menyukai gadis manis itu. Kenapa aku dilarang jatuh cinta?

Anubis enggak bisa diginiin terus. Enggak mau di PHP in sama si Pak Tua Hijau. Dulu pamannya itu pernah menjodohkan sama roh yang sudah mati, tapi Anubis enggak mau. Ya iya, mana mau sama nenek-nenek?

Anubis terus menatap rembulan. Dia membuka topeng dan menampakkan eajah rupawan yang dia miliki. Wahai angin, tolong katakan padanya bahwa aku cinta Khepri. Aku akan sabar menunggu hingga dia dewasa nanti.

"Oy, Anubis. Ngapain kau duduk di pucuk Piramida?" Hathor yang kebetulan lewat menatap heran.

"Kau juga, ngapain gentayangan malam-malam begini?" ejek Anubis.

"Cih, aku barusan ke kuil Dandera. Ada ritual," ujar Hathor santai. Dalam sekejap dia sudah duduk di samping Anubis. "Mesir sangat indah, ya?"

"Hm."

"Sepertinya kau sedang galau, ya?"

Anubis diam. Lebih baik dia tidak cerita pada wanita ini. Jangan deh. Entar tambah heboh.

"Ayolah, cerita. Sapa tahu aku bisa membantumu," bujuk Dewi Hathor.

Anubis menghela napas. Sekarang, Dewa Kematian yang terkenal dingin ini benar-benar bimbang dan ragu-ragu.

Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top