Bab Keduapuluhempat
Tema ke-24: ombak
Anubis: Tunggu, gue nanya dulu ke Dewi Isis.
Me: Napa emang?
Anubis: Sungai Nil dulu berombak ga?
Me: Meneketehe.
Anubis memandang lava yang turun dari atas menuju ke bawah. Anubis heran, tumben lava neraka deras sekali. Apa di atas ada masalah? Apa Dewa Toth sedang ngambek?
Entahlah.
Bagi Anubis, lava sudah seperti air. Tidak dingin, namun hangat. Anubis membuka pakaian, memperlihat kulit eksotis. Dada bidang, perut rata, sungguh mempesona mata.
Anubis menyisakan celana sebatas lutut. Mau ngapain dia? Dia mengambil papan selancar. Pria itu celingak celinguk ke kiri dan ke kanan.
Enggak ada orang yang mengintip dirinya. Asyiikk! Saatnya main lava. Anubis mengambil papan selancar dan terjun ke lava.
Yihaaaa!
Di rumah panggung kediaman Anubis, Dewa Toth berdiri mematung di depan pintu. Ada tulisan emas berbunyi:
Orangnya tidak ada!
Dewa Pengetahuan itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu, dia mengeluarkan pena dan menulis di kertas:
Jangan main lava! banyak kutu dan kuman, barusan anak buahmu membuang mayat busuk!
Dewa toth tersenyum dan meninggalkan tempat itu. Mudah-mudahan Anubis tidak ke sana.
175 kata.
Mau bikin cerita rakyat susah sekali ya. Mana settingnya di neraka pula *menghela napas*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top