BMS : TIGA

As bersenandung ria sambil mengayunkan kakinya. Belum pernah sebelumnya, dia mendapatkan perasaan bahagia seperti ini. Padahal, dia hanya berhasil mengajarkan seluruh teman-teman sekelasnya salah satu mantra, kecuali Bastarnn dan Merald. Kemudian, tanpa aba-aba dan alasan yang jelas, dia dipilih sebagai ketua kelas.

Bastarnn yang duduk sebangku dengan As, mengamati gadis itu sedari tadi.

“Tuan, menurutmu apakah masuk akal, anak yang rata-rata berusia tujuh tahun seperti kita menyukai seseorang?” sindir As, dengan sengaja.

Bastarnn yang merasa dipergoki menatap As sedari tadi, hanya menenangkan dirinya dengan pura-pura minum. As mengetahui bahwa Bastarnn menyukainya, tapi Bastarnn sendiri tidak mengetahui hal itu. Kalau dia tahu, mungkin sosok berambut panjang itu akan berpindah tempat duduk untuk mengurangi kadar malunya.

“Aku rasa tidak. Kenapa tiba-tiba Nona As, bertanya seperti itu?” balas Bastarnn sembari terkekeh dengan gerakan lebih kaku dari sebelumnya.

“Entahlah. Sepertinya Nona Merald menyukaimu, Tuan,” kata As sengaja memancing.

“A-ah ... tidak mungkin.” Bastarnn menjadi sangat gugup akan pernyataan itu. Dia awalnya juga berpendapat, bahwa anak-anak jatuh cinta pada usia sedini ini, tidak masuk akal. Namun kerap kali dadanya terasa sesak, ketika As mendekati anak laki-laki lain, atau bahkan membahas gadis-gadis yang menyukai Bastarnn sendiri.

Bastarnn berpendapat, bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Terutama di desa mereka.

Setelah menyadari bahwa Bastarnn kini sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, barulah As melanjutkan senandungnya. Sejak kecil, dia merasa risi jika ada yang memperhatikan apa pun kegiatan yang dia lakukan.

🥕🥕🥕🥕

Dengan langkah tergesa-gesa, Xi langsung menuju ruangan guru. Namun, Ayahnya tidak berada di sana. Setelah berpikir sejenak, Xi akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

Dari luar jendela, dia sudah bisa memastikan bahwa pria yang sedang duduk sendirian di pojok perpustakaan adalah Ayahnya, meskipun wajah tegas itu tengah ditutupi dengan tumpukan buku tebal.

Setelah melepas alas kaki dan menaruhnya dengan rapi di rak, Xi memasuki perpustakaan dengan langkah yang begitu pelan. Dia benar-benar sangat tahu bahwa penjaga perpustakaan adalah orang yang benar-benar tidak menyukai suara sekecil apa pun itu.

“A-ayah ...,” lirih Xi mendudukkan tubuhnya ke lantai kaca yang dingin.

Sosok yang masih fokus membaca itu, terus menduduk. Xi tersadar, setelah mengamati tumpukan buku-buku di sisi Ayahnya satu persatu.

Ayah tidak menyukai ilmu sains! batin Xi terkejut.

Tiba-tiba sebuah asap gelap memenuhi ruangan perpustakaan. Penglihatan Xi menipis, satu hal terakhir yang diingatnya. Sosok yang 'menyerupai' Ayahnya, melebur.

🥕🥕🥕🥕

“Apakah kau memang merindukan orang tuamu, Sayang?” Sebuah pukulan keras menghantam kepala Xi setelahnya. Gadis kecil itu tersadar dari pingsannya.

“Siapa?” tanya Xi gugup. Iris ungunya tidak dapat menangkap apa pun di balik kegelapan yang tebal.

“Oh ... tidak kenal aku. Bagus, bagus. Akan kuperkenalkan diriku dengan cara yang menarik.”

Enam detik berlalu, Xi tidak mendengar suara apa pun di depannya. Sunyi, gelap, dan dingin.

Bum!

Seseorang telah menghancurkan dinding ruangan. Xi tidak dapat melihat sosoknya, asap putih tebal mengelilingi indra penglihatannya. Satu benda tidak asing melintas di otak Xi. Anak panah dengan cahaya hijau terang menembus tangan-tangan yang memeluknya erat dari belakang.

Setelah berhasil keluar dari ruangan petak itu, Xi menatap sosok yang berdiri di dekat tanaman tebu.

Afregar.”

“Yeah,” tebakan Xi tidak salah rupanya. Tapi kenapa tiba-tiba Afregar ada di sini? Bukankah murid-murid dari kelas Brokoli di larang berada di dekat tanaman tebu.

Brokoli adalah salah satu sayuran yang sangat dibenci oleh anak-anak. Biasanya mereka yang sudah mengonsumsi brokoli akan berlari ke hutan ini untuk menebang tebu dan melahapnya. Menurut Xi itu bukanlah pilihan yang tepat. Terlalu banyak mengonsumsi brokoli dan tebu secara bersamaan dapat meningkatkan kadar kalori yang tinggi. Hal itu dapat berdampak pada penyakit seperti berat badan berlebih.

Sekarang, Xi tidak heran mengapa tubuh Afregar cukup gemuk.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Afregar tiba-tiba. Xi tersentak, suara Afregar yang serak kenapa tiba-tiba terdengar keren? Sial.

🥕🥕🥕🥕

Yeayy! Double update!
Gimana double part kali ini? Seru kah??
Semoga cerita dari Salindri_ bisa menghibur kalian semua yaa.

Sampai jumpa di part berikutnya.
^•^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top