38 | The Beach [Part 3]
"Apa kau bersedia untuk menerimaku seutuhnya?"
"Tunggu, hanya itu?" tanya Tadashi yang sudah menghabiskan setengah dari es krim cokelatnya. "Mom langsung suka padamu juga, dan kalian pergi berkencan lagi setelah itu?"
"Uh hum." Andrian mengangguk dengan bangga.
"Wow, I'm so jealous. Mengapa kisah asmaramu lebih mulus dariku?" keluh Tadashi. "Lalu, di mana bagian ketika Mom menunjukkan katana itu padamu dan berkata bahwa ia berbeda dengan gadis kebanyakan?"
Mendengarnya, Andrian terbahak. "Sebenarnya Kagumi sudah bilang bahwa dirinya berbeda, 'kan? Namun, aku menganggap hal itu sebagai candaan."
"Lalu, lalu, setelah itu, apa yang terjadi dengan kalian berdua? Aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksimu!" seru Tadashi antusias. Pemuda itu menggigit cone di tangannya.
"Alright, alright, ini bagian terseru. Dengarkan ceritaku baik-baik," jawab Andrian, berusaha menenangkan putranya yang penasaran setengah mati.
Tadashi mengubah posisi duduknya, bersiap untuk kembali mendengar cerita masa lalu kedua orang tuanya. Selama beberapa menit ke depan, Andrian menceritakan segalanya. Tadashi melihat binar cerah di kedua netra ayahnya. Pria itu begitu antusias menceritakan kisahnya, seolah-olah Kagumi adalah hadiah terbaik yang pernah Tuhan berikan padanya.
Ya, hal itu tidak sepenuhnya salah. Mengenal Kagumi membuat Andrian dapat melihat dunia dari sisi yang berbeda, dan hal itu tidak akan pernah Andrian dapatkan dari wanita lain.
*****
Kembali ke dua puluh tahun yang lalu, Andrian muda menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih cepat untuk menghindari lembur. Hari ini, Kagumi memintanya untuk bertemu di Long Beach Boardwalk, tempat yang sama ketika keduanya bertemu untuk yang pertama kali. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, tidak banyak pengunjung yang berlalu lalang di sana. Pemuda berambut pirang itu juga tahu bahwa sebagian besar dari kios-kios yang berjejer di tepi pantai sudah tutup. Maka, ia memutuskan untuk membeli cheese burger di restoran fast food sebelum menuju ke lokasi.
Sudah setengah jam Andrian duduk di kursi komunal, ia bahkan sudah menghabiskan sebagian besar dari menu makan malamnya, tetapi Kagumi tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Karena pada saat itu penggunaan telepon genggam adalah hal yang belum lazim, ia kesulitan untuk menghubungi gadis itu. Maka, tidak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu.
Tidak lama kemudian, terdengar derap langkah kaki dari kejauhan. Pemuda itu menoleh, mendapati seorang gadis cantik berambut hitam panjang berlari kecil mendekatinya. Ia berhenti tepat di hadapan Andrian, lalu sedikit membungkuk untuk mengatur napas.
"Sorry I'm late," ujarnya. Kemudian ia duduk di samping Andrian, meletakkan barang bawaannya di area kursi komunal yang masih kosong.
"It's okay, aku baru sampai setengah jam yang lalu," ucap Andrian, sedikit mengandung sindiran, tetapi itu semua hanya candaan. Pemuda itu menyerahkan cheese burger yang masih dibungkus rapi untuk Kagumi. "Kau pasti lapar."
"Yes! I'm starviiing!" serunya ceria. Kagumi menerima burger pemberian Andrian, kemudian membuka kemasan dan mulai menikmati makan malam.
Dua sejoli itu sibuk mengunyah, tidak ada yang berbicara kala itu. Angin sepoi-sepoi membelai wajah, membuat anak-anak rambut mereka berkibar. Cukup hening, hanya terdengar kicauan burung camar yang terbang membelah langit malam.
"Jadi ... mengapa kau mendadak memintaku bertemu di sini? Di malam hari? Apa ada sesuatu yang mendesak?" tanya Andrian.
Kagumi menelan cheese burger di mulutnya sebelum menjawab. "Jika perhitunganku tidak salah, kita telah berkencan sebanyak empat kali, 'kan?"
Andrian mengangguk. "Lima, jika kau menghitung pertemuan kita hari ini. Dan menurutku, kencan ketiga kita adalah yang terbaik."
Kagumi menoleh sambil menyeringai, kemudian menyikut lengan kekasihnya. "Itu karena kau menanti sangat lama untuk bisa menciumku?" godanya.
"I mean, yeah," respons Andrian, sedikit kikuk.
"Dan hari ini, aku ingin melakukan sesuatu yang belum pernah kulakukan bersama pria-pria sebelum kau," ucap Kagumi polos.
Andrian nyaris tersedak karena salivanya sendiri. Dengan cepat ia meraih segelas cola dan meminumnya. "W-what?"
"Is there any problem?" tanya Kagumi.
"Di sini?" Panik, Andrian mengedarkan pandangan ke sekeliling, wajahnya memanas. "Meskipun sepi, aku takut seseorang melihat kita."
"Untuk melangkah ke tingkat yang lebih jauh, kita harus melakukannya secepat mungkin," terang Kagumi.
"Aku tidak yakin apakah aku siap. Maksudku ... ini terlalu cepat," tolak pemuda itu.
Kagumi menekuk wajah, menyiratkan kekecewaan.
"Hei," bisik Andrian. "Pikirkanlah baik-baik. Orang-orang bisa melihat kita."
"Don't worry. Aku bisa menjamin seratus persen hanya kita berdua yang mengetahui semua ini." Gadis itu menautkan jemari dengan milik Andrian. Perlahan, ia berganti posisi untuk berjongkok di hadapan pemuda itu.
Seketika pikiran Andrian kosong. Kepalanya terasa berputar. Ia tidak mengerti mengapa Kagumi begitu agresif malam ini. Bagaimana bisa ia mengontrol debaran jantungnya jika Kagumi yang memintanya? Tiba-tiba saja pemuda itu tidak memiliki tenaga untuk menolak, Andrian menelan saliva ketika melihat keseriusan di kedua netra gadis itu.
Kagumi tidak bercanda.
Andrian pasrah, ia memejamkan kedua netra rapat-rapat. Pikirannya telah berkelana jauh, jauh sekali. Debaran jantungnya kian menggila, dirinya benar-benar tidak siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiba-tiba saja, telapak tangannya terasa hangat ketika Kagumi menggenggamnya erat.
"Open your eyes," bisik Kagumi.
Andrian menurut. Sejenak, ia kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan cahaya menyilaukan di hadapannya. Rupanya, kedua netra Kagumi kini memancarkan cahaya putih keemasan. Pemuda itu nyaris terlonjak dari posisi duduknya.
Kagumi terkekeh, menepuk pelan pipi Andrian. "Silly! Ketika aku berjongkok, apa yang sebenarnya kau pikirkan?"
Malu, takut, bingung, segalanya bercampur menjadi satu. Andrian membelalak, mulutnya sedikit menganga melihat hal menakjubkan di hadapannya. Apakah cahaya di kedua netra Kagumi adalah pantulan dari cahaya bulan? Atau mata gadis itu benar-benar berkilauan seperti ... makhluk dari dunia lain?
Gadis berambut hitam panjang itu beranjak, mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya. Andrian tidak dapat menebak apa sebenarnya benda panjang berlapis kain hitam yang ada di tangan Kagumi. Namun, dengan cepat rasa penasaran tersebut tergantikan dengan keterkejutan yang luar biasa. Kagumi membuka kain hitam tersebut, menunjukkan sebuah pedang khas Jepang. Ketika gadis itu membuka penutupnya, Andrian dapat melihat bayangan dari kedua netranya di permukaan baja yang mengkilap itu.
"A-apakah hidupku akan berakhir di sini?" tanya Andrian dengan suara bergetar.
"What? No!" Kagumi terkekeh. "Inilah yang ingin kutunjukan padamu. Selain memiliki garis keturunan yang rumit, kemampuan supranatural ada dalam diriku. Aku ... melihat dunia dengan cara yang berbeda denganmu, Andrian."
Andrian bergeming, tidak tahu bagaimana harus merespons. Ia merasakan napasnya yang kian memendek. Debaran di dadanya tidak kunjung melambat.
"Apa kau bersedia untuk menerimaku seutuhnya?" tanya Kagumi.
Ah, Andrian baru mengerti apa maksud dari perkataan Kagumi beberapa saat lalu. Ini pertanyaan serius, dan Andrian merasa tidak bisa memutuskannya secepat itu. Di tengah pikirannya yang kacau, ia terdistraksi oleh seseorang yang sedang jogging di dekat bibir pantai. Sosoknya tidak terlihat jelas akibat minimnya pencahayaan.
"Untuk apa orang itu berolahraga malam-malam? Di pantai yang sepi?" gumamnya tanpa sadar. Kedua alisnya bertaut.
Tiba-tiba, seseorang itu berhenti berlari. Ia menoleh ke arah Andrian, menampilkan kedua netranya yang bersinar merah. Seketika bulu-bulu halus di leher pemuda itu berdiri. Padahal, ia yakin sekali tidak berbicara terlalu keras. Namun, mengapa sosok itu dapat mendengarnya?
"Um, apakah makhluk dengan mata merah itu ada hubungannya denganmu?" tanya Andrian, sedikit ragu.
Kagumi menoleh, mengikuti arah pandangan Andrian, kemudian mengangguk. "Ya, itu adalah salah satu makhluk yang kutulis di dalam daftar."
"Kau tahu makhluk itu ada di sini dan kau memintaku untuk datang?" Andrian protes.
"Jika kau memutuskan untuk menerimaku sepenuhnya, kau akan sering berhadapan dengan situasi seperti ini," terang Kagumi.
Sosok bermata merah itu--yang kini lebih terlihat seperti siluet--melangkah mendekati mereka. Kulitnya begitu pucat, dengan moncong dan taring-taring yang tajam. Andrian menggeser bokongnya untuk mundur, kedua kakinya bergetar hebat. Sedangkan Kagumi tidak terlihat gentar sedikit pun. Gadis itu berdiri membelakangi Andrian, menghadap makhluk itu. Ia membuka sarung katana-nya, lalu melakukan kuda-kuda untuk siap menyerang.
"It's a ghoul. Ia telah melakukan banyak kekacauan di sekitar sini, mengincar orang-orang miskin dan lemah, kemudian meneror mereka, bahkan memakannya," ujar gadis itu, "aku ditugaskan untuk membawanya, hidup atau mati."
Andrian meneguk saliva. "Dapatkah kau mengalahkannya?"
"Of course," jawab Kagumi mantap.
"Apakah kau akan menggunakan kemampuanmu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan? Misalnya ... anggap saja kau ingin meraih suatu keuntungan dalam hubungan kita," tanya Andrian.
"Of course not," jawab gadis itu cepat.
"Apakah aku akan berada dalam bahaya setelah mengetahui dirimu yang sebenarnya?"
"Maybe."
"Apakah aku berkemungkinan akan dijadikan tumbal olehmu?"
Kagumi mengernyit. Ia menoleh ke belakang sebentar. "W-what?" desisnya.
"Hanya berjaga-jaga!" ucap Andrian cepat. "Kalau begitu, apakah kau akan melindungiku dengan kekuatanmu?"
"If it's necessary."
"Okay, good. Lalu ... bagaimana jika aku tidak menerimamu sepenuhnya?"
"Tidak apa-apa. Aku akan menghapus ingatanmu, membuatmu tidak ingat apa pun soal diriku. Kau akan menjalani hidupmu seperti biasa."
"Ah, seperti 'Men in Black'? Atau ... supranatural MIB? Errr ... 'Supranatural Woman in Black'?"
"Something like that. Lalu, apa jawabanmu?" desak Kagumi ketika makhluk itu berada semakin dekat dengan mereka.
"Segalanya terasa menyeramkan, tetapi membuatku bersemangat. Sejujurnya aku tidak masalah dengan jati dirimu. Lagi pula, hidupku akan terasa hampa jika melepasmu begitu saja," jawab Andrian panjang lebar.
Kagumi memutar bola mata. "How can you be so flirty?"
Andrian tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya yang tersusun rapi, membuat Kagumi ingin tertawa. Namun, ada hal penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Gadis itu berlari menuju sosok tersebut, lalu melompati pagar besi yang menjadi pembatas antara jalan setapak beraspal dengan pantai, kemudian mendarat dengan kedua kakinya. Andrian membelalak, terkagum-kagum dengan pendaratan yang mulus itu.
Kagumi berdiri, masih menggenggam erat senjata terbaiknya. Makhluk itu meraung liar, berlari semakin cepat dan melompat, hendak menerkam gadis itu dari atas. Dari kejauhan, Andrian menggertakan gigi karena tegang. Ia bersembunyi di balik lengannya, tidak sanggup melihat pertarungan di hadapannya. Namun, rasa penasarannya mengalahkan rasa takut. Ia mengintip sedikit, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kagumi berputar untuk menghindar, lalu menebas katana-nya ke perut ghoul. Terdengar erangan menyakitkan yang menusuk indra pendengaran. Makhluk bermata merah itu mendarat di atas pasir, menggelepar layaknya rusa yang terluka. Untuk mencegah makhluk mengerikan itu bangun, Kagumi memotong kedua kakinya.
Tiba-tiba saja, perut Andrian bergejolak. Ia berlari ke tempat sampah terdekat, kemudian mengeluarkan seluruh cheese burger dari dalam lambungnya. Napasnya terengah-engah, tubuhnya terasa lemas akibat mual yang dideritanya. Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki mendekat. Seseorang menepuk punggungnya dan menyerahkan sekaleng soft drink.
"Here, City Boy, drink some." Kagumi tersenyum. "Kurasa kita harus mampir ke restoran fast food untuk membeli cheese burger lagi."
*****
Andrian masa kini selesai bercerita. Berbeda dengan dirinya, Tadashi justru terkagum-kagum dengan kemampuan Kagumi. Wajar saja, saat itu putranya belum lahir ke dunia. Jika saja Tadashi juga melihat secara langsung sang ibu mengalahkan ghoul, pemuda itu tentu akan memuntahkan seisi perutnya.
"Jadi ... Mom juga memiliki 'kemampuan'?" Tadashi mengangkat jari tengah dan telunjuknya, membentuk gestur peace, kemudian menggerakannya ke atas dan bawah. "Sama sepertiku?"
"Yeah, bisa dibilang begitu." Andrian mendesah pelan, kembali bersandar pada komunal.
"Dan jangan bilang kursi yang kita tempati ini adalah kursi yang kalian berdua duduki ketika melihat ghoul di malam itu?" tanya Tadashi.
Pria berambut pirang itu mengangguk sebagai jawaban. "Aku memang sengaja membawamu ke sini. Kagumi bilang kau telah melewati malam yang berat karena Wendigo itu. Ia menyuruhku untuk menghiburmu."
"Well, aku sangat terhibur." Tadashi mengangguk ceria. "Maksudku, berjalan-jalan jauh dari padatnya perkotaan, kemudian menikmati es krim cokelat sambil mendengar cerita masa lalumu, sungguh akhir pekan yang sempurna!"
"Syukurlah." Andrian tersenyum. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi kau malam itu. Untung saja aku sedang lembur."
"Well, Dad belum pernah bertemu Wendigo sebelumnya?"
"I've met so many beasts, monsters, even a wendigo, but I never get used to it." Andrian mengedikkan bahu. "Mau bagaimana lagi, aku hanyalah seorang desainer dengan visi yang cemerlang."
Mendengarnya, Tadashi tertawa.
"Cukup tentang ibumu dan segala keajaiban yang dilakukannya. Bagaimana sesi latihan bersama kakekmu?" Andrian bertanya.
Tadashi mengedikkan bahu. "Yeah, lancar-lancar saja, bahkan sekarang aku bisa mengontrol kemampuanku, berjalan-jalan di alam mimpi tanpa harus berpuasa."
Selama beberapa menit ke depan, Tadashi menceritakan segalanya pada Andrian. Pria berambut pirang itu baru menyadari, dirinya melewatkan banyak hal akibat terlalu fokus pada pekerjaannya, termasuk perkembangan putranya sendiri. Mulai saat ini, ia bertekad akan memperbaiki segalanya. Andrian benar-benar bersyukur hubungannya dengan Tadashi semakin membaik.
Dukung Dream Walker dengan menekan bintang di pojok kiri bawah 🌟
24 Maret 2022
Halo halo, maaf banget udah lama nggak update😭
Boleh absen siapa aja yang masih baca Dream Walker? Berhubung sekarang aku ngerjain 3 cerita (Avenir dan HTGABD juga), aku mau fast update di cerita yang paling banyak ditungguin. Please let me know if you still waiting for this story! Comment di sini ya!🙌
Sampai jumpa di part selanjutnya! 💞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top