Bab 1
* * *
"Mau pilih ramen mana?" tanya pemuda bernama Ye Hyo pada teman di sampingnya. Mereka sungguh bingung apa yang akan mereka pilih di antara Kimchi Ramen atau Jajang Ramen. Padahal perut mereka sudah memberontak di pagi hari.
"Aigoo, sedini itu kita makan ramen instan?" keluh Hyun Woo sambil menggeleng kepala. "Tapi karena kamu yang minta, aku akan pilih."
Hyun Woo menurunkan kepalanya sambil melihat deretan mie cup yang tersedia di minimarket yang dikunjunginya. Tangannya sibuk mencari apa yang cocok di lidah.
Tak lama memilih, ia pun memutuskan makan Kimchi Ramen sementara Ye Hyo memilih Jajang Ramen.
"Bayar," kata Ye Hyo langsung melempar mie cup-nya pada Hyun Woo dan berjalan mendahuluinya.
"Teman tak tahu diuntung," omel Hyun Woo seraya merogoh keras dompet cokelatnya dari kantong belakang.
"Kapan lagi dibelikan ramen instan sama teman sendiri? Enak di kantongku, tidak menggesek kartu debitku lagi," ujar Ye Hyo memancing rasa sebal Hyun Woo.
"Gaejashik!" Hyun Woo memukul pelan kepala temannya tanpa ampun.
"Hei, kepala ini berharga, tahu. Jangan mukul seenaknya." Ye Hyo memegang erat kepala yang dipukul Hyun Woo tadi sambil mengerang kesakitan.
Hyun Woo mengerucutkan bibirnya. Ye Hyo memang jahil, pantas saja Hyun Woo masih bertahan untuk berteman dengan pemuda yang tingkah kekanak-kanakan.
"Akan kubayar. Tapi terakhir kali. Oke?" Hyun Woo menunjuk intens sambil mengeluarkan uang hijau pecahan 10,000 Won pada kasir perempuan.
"Eeiy. Kamu teman sejati, masa ginian aja harus egois begitu?" Ye Hyo bersikap genit yang membuat Hyun Woo mencoba mendorong teman bobroknya menjauh darinya.
"Semua 8 ribu Won ya. Kembalian 2 ribu."
Hyun Woo mengambil uang receh dari kasir itu dan menaruhnya di kantong depan.
"Karena sudah kutraktir, tugasmu adalah menyiram mie di dispenser sana!" Hyun Woo memerintah dengan keras seraya menunjuk arah pembuatan mie cup.
"Ne, ne." Mulut Ye Hyo mengeyel, tanda mengejek Hyun Woo.
"Macam-macam, kupukul," ancam Hyun Woo menyiapkan bogemnya di depan Ye Hyo.
Tentu saja Ye Hyo takut dan cepat membungkam mulutnya sambil berjalan menuju dispenser. Ye Hyo membuka dua kemasan mie cup dan menyiramnya langsung. Setelah itu, ia menutup dua mie cup tadi dan membawanya ke meja.
"Kita harus cepat makan. Kita harus isi SKS dan melengkapi pembayaran kuliah," desak Ye Hyo menarik kursinya mencondong ke depan.
"Tidak usah buru-buru. Masih jam 9 pagi," kata Hyun Woo santai.
"Masalahnya, jam 10 pagi biasanya para mahasiswa sudah menumpuk di bagian keuangan. Di bagian administrasi malah lebih banyak di jam segitu," seru Ye Hyo heboh sendiri seolah waswas dengan situasi ke depan.
"Yaa. Kamu seperti dikejar oleh sesuatu. Kalau mereka banyak, kenapa? Kita tinggal cari strategi untuk mendapat kelas. Itu saja," ucap Hyun Woo menjelaskan.
"Jangan sampai seperti semester lalu. Kita nyaris tidak dapat kelas karena tangan mereka cepat sekali kalau booking kelas," desah Ye Hyo frustasi.
"Tangan kita harus lebih cepat lagi dari mereka."
"Ckck, kamu yang paling pintar dan cemerlang. Sementara aku bagaimana? Anak tukang bengkel, belajar setengah-setengah. Bobroknya tambah." Ye Hyo seolah insecure dengan dirinya, malah membandingkan sang sahabat.
"Syukuri saja, Ye Hyo. Paling tidak, bengkel Appa kamu terkenal. Banyak pemotor yang mau service motor mereka di sana. Kamu juga punya banyak uang, 'kan?"
"Tapi Appa-ku tidak mengizinkan bawa uang berlebih. Kata beliau nanti pergi ke klub lah, atau apa lah. Padahal mau beli apa yang kumau. Apa susahnya?" Ye Hyo telanjur kesal.
"Kamu diuji. Ingatlah, Appa-mu melakukannya demi kebaikan kamu." Hyun Woo mencoba memberikan suntikan semangat pada Ye Hyo. "Biar lihat putranya tidak terjerumus dalam hal-hal aneh."
"Hmm ... aku tidak pernah begitu. Aku cuma main sama kamu, Hyun Woo-ah."
Hyun Woo mengangguk. "Tapi tetap, Appa kamu tidak salah kalau beliau tak memberimu uang banyak. Mengertilah sedikit. Jangan seperti pengemis bila ke kampus. Lagipula, ada Imo kamu yang selalu masakkan makanan buat kamu."
"Benar. Tapi beda rasa, Hyun Woo."
"Sssttt, pagi-pagi sudah banyak ngomel. Geuman!" Hyun Woo mengisyaratkan Ye Hyo untuk diam.
Seperti biasa, pria berambut bob itu membungkam mulut rapat-rapat. Kadang ia tak sadar bahwa dirinya takut dengan Hyun Woo. Juga merasa tidak enak karena terus mengemis di depannya.
"Oh, ramennya sudah matang." Ye Hyo membuka tutup mie dan bersemangat mengaduk Jajang Ramen miliknya. "Ayo kita makan."
Hyun Woo langsung mengambil sumpit dan melakukan hal sama dengan Ye Hyo. Asap dari mie cup mengepul di depan Hyun Woo sehingga harus meniupnya.
Ia menyeruput Kimchi Ramen-nya dengan sangat lahap. Meski tidak setuju pembuka adalah mie instan, namun rasa yang lezat membuatnya menarik kata-katanya barusan. Kimchi yang ia kunyah sungguh segar. Tangannya gatal ingin mencoba membuat Kimchi sendiri supaya jika ingin makan mie, ia tinggal membuka kulkas dan menikmati Kimchi buatannya. Ide bagus bila melihat resepnya dari internet.
"Hyun Woo, setelah kita bayar uang kuliah dan mengisi SKS, kamu mau 'kan temani aku nyetok susu pisang?" kata Ye Hyo meminta, sembari terus mengaduk Jajang Ramen-nya.
"Pastinya. Aku juga mau beli susu pisang banyak. Katanya ada promo one plus one."
"Betul. Tidak sabar mau borong." Ye Hyo tertawa dengan khasnya seperti lap berbunyi. Hyun Woo tersenyum miring melihat sahabatnya.
"Sudahlah, cepat habiskan makanannya. Takutnya kita telat," pinta Hyun Woo cepat lalu menyeruput kuah lezat tersebut. Kemudian kembali mengunyah mie beserta kimchi di dalam cup mie itu.
* * *
Universitas Donggo adalah tempat Hyun Woo kuliah. Ia lolos jalur undangan saat SMA dan sangat senang bisa masuk di universitas unggulan di Seoul itu.
Kurang apalagi Hyun Woo? Pintar, tentu saja. Tampan juga. Nilai yang ia dapat selama dua semester tidak sebanding dengan beberapa orang jenius di luar sana. Rata-rata 80 dan 85 adalah hal yang patut disyukuri. Belajar tentang komputer serta perangkat lunak wajib dikuasai Hyun Woo. Cita-cita terbesarnya adalah menjadi Ahli IT di perusahaan teknologi terkenal di Korea Selatan.
Hyun Woo dan Ye Hyo berjalan beriringan hingga memasuki gerbang kampus yang terbuka lebar. Mereka menunjukkan betapa akrabnya mereka kepada warga kampus. Entah mengapa, mereka terus saling lengket bak kekasih. Hyun Woo bahkan geli dengan sikap Ye Hyo kepadanya sekarang.
"Yaa, lepasin tidak?" Hyun Woo berusaha melepaskan rangkulan erat Ye Hyo hingga mereka saling menjaga jarak setengah meter sambil terus berjalan menuju bagian keuangan.
"Hyun Woo-ah. Bwa. Cewek-cewek pada melambai kepadamu." Ye Hyo menunjuk arah lantai dua gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis di mana para mahasiswi sedang memanggil-manggil Hyun Woo dengan sebutan 'tampan mempesona'.
Hyun Woo tak mengindahkan dan terus berjalan ke arah depan.
"Pedulilah sama orang-orang, jangan abaikan begitu," omel Ye Hyo.
Mereka pun sampai di bagian keuangan kampus. Beruntung, kurang 15 menit jam 10 pagi. Hyun Woo dan Ye Hyo menghadap pada Ibu Yoo Jung, selaku kepala bagian keuangan, untuk mengambil blangko bank.
"Silakan menuju pihak bank untuk memproses pembayaran. Setelah itu, kembali ke sini, mengambil username dan password untuk mengisi SKS." Ibu Yoo Jung memberikan arahan kepada Hyun Woo dan Ye Hyo.
"Ne. Gamsahabnida," ucap Hyun Woo ramah kemudian mereka berdua berdiri dan berbalik menuju bank kampus yang jaraknya dekat dari bagian keuangan.
Sesampainya di sana, Hyun Woo langsung mengeluarkan amplop cokelat dari tas punggung hitamnya. Tentu saja isi amplop itu adalah uang kuliahnya selama satu semester.
Pihak teller mengambil amplop yang dipegang Hyun Woo dan menghitung keseluruhan melalui mesin. Setelah memastikan uang pas, Hyun Woo dan Ye Hyo memberikan blanko yang diberikan Ibu Yoo Jung sebagai bukti valid bahwa mereka sudah membayar uang kuliah.
* * *
Dua pemuda tadi berada di lab komputer kampus yang digunakan sebagai tempat mengisi SKS sebelum perkuliahan dimulai. Mereka fokus untuk menentukan mata kuliah yang mereka pilih. Karena ada satu atau dua mata kuliah yang menjadi pilihan. Selebihnya adalah wajib.
"Yaa, jam segini adalah ketegangan bagi para mahasiswa untuk memilih mata kuliah. Pokoknya, yang pilihan itu, kita harus dapat sebelum nanti penuh," kata Ye Hyo beberapa kali menghela napas, tepat di samping Hyun Woo.
"Gogchonghajima. Kita pasti akan dapat kelas Shin Eun Hwan Gyoso-nim. Banyak sekali yang mau masuk kelasnya beliau tiap masuk semester 3," ucap Hyun Woo meyakinkan.
Semenit lagi menjelang pengisian SKS. Bukan hanya mereka berdua yang keringat dingin, tapi seluruh mahasiswa Universitas Donggo dari berbagai semester. Mereka semua fokus di komputer masing-masing.
"Sijak!!" Ye Hyo berseru memperingatkan Hyun Woo.
Tangan telunjuk mereka terus meng-klik untuk mencentang mata kuliah yang akan diambil. Hyun Woo dan Ye Hyo tidak akan ketinggalan memilih mata kuliah pilihan "Bahasa Pemrograman" di mana dosennya adalah yang terpopuler bernama Shin Eun Hwan.
Keberuntungan berada di pihak Hyun Woo dan Ye Hyo. Dalam dua menit, ia dapat memilih mata kuliah pilihan mereka tepat setelah dinyatakan penuh. Hanya 30 orang sebagai kuota per kelas.
"Wanjeon daebak!" teriak Ye Hyo bersemangat. "Setelah kita submit, akhirnya sudah selesai. Tinggal tunggu perkuliahan perdana seminggu ke depan."
"Oke, berarti kita bisa pesan susu pisang setelah kita pulang ya?" tanya Hyun Woo mengkode.
"Eeiy, kamu bisa saja. Kkaja!"
Mereka berdua berdiri dan keluar dari lab komputer dengan perasaan lega. Mereka tinggal membeli peralatan untuk dipakai kuliah, karena tentu mereka harus merasakan euforia ngampus setelah berlibur selama dua bulan.
* * *
Catatan Kaki:
[1]Aigoo = Astaga
[2]Gaejashik = Brengsek
[3]Ne = Ya
[4]Yaa = Hei
[5]Appa = Ayah (dipakai jika biasanya akrab)
[6]Imo = Bibi
[7]Geuman = Hentikan
[8]Bwa = Lihat
[9]Ne. Gamsahabnida = Ya. Terima kasih
[10]Gogchonghajima = Jangan khawatir
[11]Gyoso = Dosen
[12]Sijak = Mulai
[13]Wanjeon Daebak = Hebat sekali
[14]Kkaja = Ayo
*
06 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top