Suki On'na

Pukul 07.30. Kediaman Maeda

"Pagi, aku berangkat dulu yah."

"Eh Tsuki, kau tidak sarapan dahulu?"

"Tidak yah, nanti aku bisa terlambat."

Pukul 07.58 di Sekolah

"Pagi!"

"Ho Tsuki! Pagi. Ayo cepat masuk Tsuki, pelajaran akan segera dimulai. Hana Sensei itu killer."

"Iya-iya."

"Lagi-lagi kau nyaris terlambat masuk kelas, bisa di makan habis kau oleh Hana Sensei. Hahaha."

"Memangnya kau tidak mau menyelamatkanku Daiichi?"

"Menyelamatkanmu? Hah, lebih baik aku menyelamatkan Snow White yang sedang tertidur menungguku."

"Hahaha, kau ini hanya bisa bermimpi saja Daiichi. Kapan kau akan berpikir nyata.

"Otakku agak sedikit bergeser karena sering kau pukuli tahu."

"Hah? Ini rasakan!"

"Aduh-duh, hentikan itu sekarang juga Tsuki."

"Kalau tidak mau bagaimana?"
"Kalau tidak ...."

"Sensei Hana datang, Sensei Hana datang. Cepat hentikan kegiatan kalian sekarang juga kalau kalian mau selamat." bisik semua murid dalam kelas.

"Nah anak-anak, langsung saja pada materi hari ini. Buka buku kalian halaman 13 bagian B. Sudah?"

"Ini ...."

"Sssttt!!! Eh Itsuki, Tsuki! Nanti sepulang sekolah aku mau mengajakmu ke suatu tempat. Kau mau 'kan Tsuki?"

"Eng ...."

"Daiichi! Apa yang sedang kau lakukan?"

"Eh, hehehe. Tidak kok, tidak! Tadi ... penaku terjatuh ke bawah kursi Tsuki, jadi aku merunduk untuk mengambilnya."

"Apa benar seperti Itsuki?"

"Eng ... be-benar Sensei."

"Ya sudah kita lanjutkan materinya, tetap fokus dan ...."

"Dan ... ???"

"Daiichi pergi ke depan kelas dan berdiri dengan kedua tangan mencubit telinga serta angkat satu kakimu."

"WHAT?"

KRING ....

"Huh ... tidak kusangka kena juga."

"Hahaha, seharusnya kau tidak perlu melakukan itu Daiichi. Lagipula kau bisa menyampaikan disaat istirahat seperti sekarang 'kan?"

"Aku hanya takut lupa, kau tau sendiri aku itu bagaimana."

"Pikun! Bhahaha."

"Memangnya kau mau mengajakku nge-date kemana?"

"Byuuurrr! Nge-date? Siapa juga yang mau mengajakmu kencan. Aku mau menunjukan sesuatu yang terduga, tapi kau jangan kaget ya!"

"Astaga ... !!! Tidak perlu menyemburku seperti ini Daiichi! Lenyap sudah kecantikanku huhuhu."

"Wakakakak!"

KRING ....

"Huh menyebalkan. Perasaan kita baru duduk di sini, kenapa sudah harus masuk lagi. Sepertinya kita harus menyabotase bel sekolah itu."

"Sudah, ayo masuk Itsuki!"

"Eh, eh, tidak perlu menarik kerah bajuku seperti ini. Daiichi!"

🕛🕧🕐🕜🕑

"Kenapa lamban sekali jam itu bergerak, aku sudah tidak tahan lagi."

"Bersabarlah sedikit lagi Daiichi, ayo tunjukan semangat lelakimu. Kita 'kan mau nge-date. Hahaha."

"Sudah diam! Jangan membuatku semakin pusing. Kepalaku seakan mau meledaaakkk."

"Hey Daiichi! Bersembunyi di mana kau? Di balik buku itu kah?"

"Diaaammm!!!"

"Daiichi ... hello ... tok, tok, tok, Daiichi ...."

"Aaa ... bisa diam tidak sih. Shut-up girl! Don't say anythings again, ok!"

"Wakakak, sok-sokan Bahasa Inggris. Padahal nilainya juga pas-pasan."

"Ya sudah diam!"

"Ok-ok!"

KRING ....

"Eh tidak salah nih, apa yang barusan ku dengar. Yeay ...."

"Senang sih boleh, tapi jangan melempar buku ke arahku juga."

"Maaf-maaf! Itsuki ayo!"

"Kemana?"

"Tadi kau bilang mau mengajakku ke suatu tempat, ayo nanti gelap menerkam."

"Kalau begitu lekas kita bergegas."

🕒🕒🕒🕒🕒

"Ayo cepat sedikit Daiichi, tadi kan kamu sendiri yang mengajakku kesini. Eh ini ... bukankah ini Kuil Gobyokukan-ji. Kenapa kau mengajakku kesini?"

"Ada yang ingin aku tunjukan padamu di dalam. Kau lihat ... itu patung chimera yang menjaga pintu gerbang kuil ini."

"Itu bukan chimera melainkan 'Boku' konon katanya dia suka memakan mimpi manusia."

"Ah masa? Boku? Aku masih bingung."

"Ayo kita pergi dari sini!"

"Eh, tunggu dulu Itsuki. Sesuatu yang ingin ku perlihatkan ada di dalam sana. Kita lihat dulu setelah itu kita pulang."

"Sebaiknya urungkan saja niatmu memperlihatkan sesuatu itu. Di sini ...."

"Itsuki apa yang salah dengan tempat ini? Ayo cepat kita masuk!"

" .... "

KREK ....

"Perlahan Itsuki, perhatikan langkahmu. Pijakan di sini sudah banyak yang lapuk."

"Eh baiklah. Daiichi sebenarnya kita mau apa ke sini? Apa tidak akan terjadi sesuatu? Perasaanku tidak enak."

"Sudah tidak apa-apa. Yakinlah padaku."

Entah kenapa bayangan aneh ini terus menghantuiku. Daiichi ayo lekas pergi dari sini!

"Itsuki! Itsuki! Kau baik-baik saja? Kenapa kau memejamkan mata? Apa yang kau lihat? Dimana? Itsuki!"

"Ti ... tidak ada apa-apa, ayo cepatlah!"

"Apa kau yakin? Wajahmu terlihat pucat sekali."

"Aku tidak apa-apa sungguh."

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Itsuki, kenapa setelah dia menatap patung Boku di depan kuil itu sikapnya jadi berubah aneh. Apa itu pertanda buruk?

"Hati-hati Daiichi!"

"Tenang saja Tsuki, aku tau apa yang harus ku lakukan."

"Bu ... bukan begitu maksudku, tetapi tetaplah waspada."

"Kau tahu Itsuki?"

"Tidak."

"Ini adalah ...."

PRANG ...

"Itsuki! Apa yang ... tidak! Ayo lekas pergi dari sini."

"Maafkan aku Daiichi, aku ...."

"Sudah, mungkin kau benar kita tidak seharusnya pergi ke sini."

"Daiichi!"

"Tenang saja kita akan segera keluar dari sini."

Hosh, hosh, hosh.


🕔🕠🕕🕡🕖

"Tadi itu ... benar-benar mengerikan. Apa yang ku lihat itu? Bentuknya aneh, dan juga menyeramkan. Apa kemampuanku salah? Melihat lima detik ke masa depan, memang tidak seharusnya aku memiliki itu."

"Apa-apaan itu tadi, bagaimana mungkin suasana di kuil itu bisa berubah seketika. Apa yang Itsuki lihat? Dan benda apa yang dijatuhkan oleh Itsuki? Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Aaa .... !!! Apa itu yang kulihat? Daiichi! Ya Daiichi! Tut ... tut ... tut ... ayo angkat telponku, cepat! Daiichi kemana kau, apa kau baik-baik saja di sana?"

"Sial! Kenapa masih belum bisa menghubungi Daiichi! Bagaimana ini?"

Perlahan aku berjalan menyusuri ruangan dapur menjauhi toilet dan ... cermin. Apa yang ku lihat di cermin tadi adalah ....

"Aaa ... pergi jangan mendekat. Pergilah! Apa yang kau inginkan dariku?"

"Hahaha, mati! Matilah! Kembalikan persembahanku. Kembalikan!"

"Si ... sia ... pa kau? A ... apa salahku?"

"Iza ... na ... mi ..."

"I ... izanami? Bu ... bukankah itu na ... nama dewi mitologi Shinto?"

"Hahaha, akan kuberikan mimpi buruk untukmu. Atas balasan apa yang kau lakukan di kuilku."

"Tidaaakkk!!!"

🕖🕖🕖🕖🕖

"Mimpi? Ternyata itu hanya mimpi. Syukurlah itu tidak benar-benar terjadi."

Tok, tok, tok.

"Itsuki cepat keluar! Nanti terlambat lagi ke sekolahnya."

"Iya-iya sebentar! Siapa sih pagi-pagi berisik sekali, tidak tahu sopan santun."

KREK!

"Daiichi?"

"Apa-apaan kau ini, mau sekolah atau tidak? Payah!"

Plak! "Tidak tahu diri sekali kau. Pagi-pagi membuat onar di rumah orang. Huh dasar! Ayo masuk!"

"Semalam aku ketiduran maaf, kau menelponku ya?"

"Iya, dan ku pikir itu juga mimpi ternyata ... eh tau tidak, semalam itu ketika aku bercermin wajahku terlihat berlumuran darah dengan warna merah yang pekat. Lalu ada seorang wanita yang menyerupai mayat hidup dengan bau busuk yang menyengat. Dan anehnya dia terlihat sangat cantik di cermin sementara terlihat seperti kebalikannya."

" .... "

"Kenapa kau hanya terdiam Daiichi, setidaknya beri tahu aku apa yang harus aku lakukan."

"Heeemmm, kasus pertama terjadi saat kau menatap patung di gerbang kuil itu. Kedua kau memecahkan guci yang berisi persembahan untuk dewa di sana. Dan ketiga hal aneh muncul secara tiba-tiba. Dan ...."

"Mungkinkah itu kutukan? Sosok itu berkata kalau dia itu adalah Izanami."

"Izanami? Dewi yang menjadi mimpi buruk. Jangan-jangan ... kau ...."

"Daiichi hentikan! Jangan membuatku merasa takut."

"Sudah ayo berangkat!"

🕢🕢🕢🕢🕢

"Awas, lima detik lagi akan ada pot yang jatuh dari atas. Lewat sini!"

"???"

"Berhenti akan ada mobil yang melaju kencang tanpa memperhatikan arah. Apa yang kau cari Daiichi?"

"Katamu tadi ada mobil yang ... 'wush!' Melintas."

Aneh sekali Itsuki, kenapa dia bisa tahu sesuatu yang belum terjadi dan pasti terjadi.

"Daiichi ayo cepat!"

"Tunggu aku!"

Selang beberapa waktu kami sampai di sekolah.

"Pagi!"

"Hey pagi!"

"Kau tahu tidak Itsuki, semalam aku bermimpi aneh sekali. Aku bermimpi kau mendatangiku dan seketika kau merenggut semua mimpiku. Aneh sekali bukan. Dan yang lebih anehnya lagi kau itu memakai sweater yang sedang kau gunakan sekarang, lalu di atas kepalamu ada lingkaran berwarna merah darah. Wajahmu tak tampak, tapi ... pokoknya aneh sekali."

"Eh seperti itu ya?"

Memang apa yang terjadi semalam tidak semuanya ku ingat. Dan juga Daiichi, sedari tadi dia terus mengarahkan tatapannya padaku. Apa yang dia curigai dariku?

"Itsuki aku ingin bicara berdua denganmu, ayo!"

"Eh ...."

"Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Kenapa kau mulai bersikap aneh begitu?"

"A ... aku ... juga tidak tahu. Aku bisa melihat gambaran lima detik ke depan dari berbagai sudut. Lalu semalam itu aku ... tidak semua aku ingat."

"Maksudmu kau bisa melihat masa depan meski hanya lima detik saja?"

"Ya ... mungkin seperti itu. Tapi ... aku juga baru mengetahuinya setelah pergi ke kuil itu bersamamu."

"Tidak mungkin itu kutukan. Pasti ada cara mengatasinya."

"Tolonglah!"

🕒🕒🕒🕒🕒

Langkahmu pelan menuju cermin untuk merapihkan diri dan ....

"Tidak! Tidak lagi. Cukup! Hentikan!"

"Terima saja Itsuki, inilah balasanmu. Hahaha."

"Aaa ... jangan!!!"

Seketika ....

"Itsuki! Sedang apa dia di malam selarut ini? Itsuki! Itsuki!"

"Itsuki ... apa kau mendengarku? Hey! Itsuki! Apa yang ... Itsuki!"

"Lepas Itsuki apa yang kau lakukan ini aku Daiichi. Itsuki!

Tidak mungkin itu Itsuki, tapi sweater itu ... sama persis seperti apa yang dikatakan oleh Mory. Itsuki apa yang sebenarnya terjadi denganmu.

BRUK!

"Itsuki! Aaa ... Its ... tsu ... ki ... a ... apa ... ya ... yang ... ka ... kau ... la ... ku ... kan ... pa ... da ... ku ... sa ... dar ... lah ... bu ... ka ... ma ... ta ... mu.”

Aku melihatnya tumbang di hadapanku, tetapi aku tak kuasa dengan tubuhku sendiri. Aku tidak mau membunuhmu Daiichi.

“Itsuki Maeda! Benar begitu.”

“Ka ... kau si ... apa?”

“Tenang jangan takut, aku adalah Izanagi yang akan membersihkanmu dari hawa kegelapan Yomi. Pergilah ke air terjun Otowa no Taki (Suara-Sayap) di Kuil Kiyomizu, Kyoto. Lakukanlah ritual Miyogi-Harae, basuh seluruh tubuhmu dan sucikanlah. Hawa Bangsa Yomi yang menyelubungimu akan tertanggalkan di sana. Biar aku yang mengurus Izanami.”

“Ba ... baik, Daiichi bertahanlah aku akan menyelamatkanmu. Tunggu aku, tunggulah.”

KUIL KIYOMIZU, KYOTO

“Eh, Mory! Kau ....”

“Pertama lakukanlah furitama (降り魂) atau ‘menggetarkan arwah’ dengan melekatkan tangan di perut dan menggoyangkannya ke atas dan ke bawah. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk menyelaraskan raga dengan arwah di dalam.”

“Selanjutnya apa lagi?”

“Setelah itu lakukan semacam ‘pemanasan’ atau kalistenik (tori-fune 鳥船, mendayung ‘perahu burung’). Kemudian, sang pemimpin kuil akan mulai membaca doa atau mantra untuk mengeluarkan arwah dalam tubuhmu.”

“Berikutnya!”

“Minumlah sake ini lalu muntahkan ke air terjun. Sang pemimpin akan menghitung hingga sembilan dan mengibas-ngibaskan udara sambil berteriak ‘yei!’ untuk mengusir semua yang tidak suci dalam dirimu.”

“Apa ada lagi?”

“Ini yang terakhir, masuklah dalam air terjun sembari terus mengucapkan harai tamae kiyome tamae rokkon shōjō (祓い給え清め給え六根清浄). Kalimat ini meminta para ‘kami’ untuk menyucikan seluruh aspek manusia, yaitu enam unsur pembentuk, lima indera, dan pikiran.”

“Mo ... Mory! Aaa ... aaa ... aaa ....”

“Itsuki! Kau baik-baik saja Itsuki?”

Perlahan Daiichi mulai membuka matanya, “Itsuki!”

“Daiichi! Kau ... aaa ....”

- END -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top