Chapter Bonus
Gaku: judul chapter Bonus tapi isinya bacotan author
Diem lu uban
Riku: jadi ini chap buat apa?
Jadi aku mau memberikan chap bonus tapi itu nanti karena aku mau ngomong dulu sama para pembaca.
Tenn: ngomong apaan?
Gini-gini
Ehem *batuk ala Riku*
Yamato: ternyata author bengek juga.
Enggak! Gue sehat walafiat nih!
Yuki: cepetan.
Jadi para pembaca pasti udah bisa nebak alur cerita ini dan udah merasa kalo dari awal buku ini pasti ada apa-apanya.
Selamat bagi para pembaca yang udah nebak jika Riku mati, hadiahnya adalah kalian akan mendapatkan berkah Allah nanti.
Momo: jika author mau di santet silahkan...
Woi!
Oke lanjut.
Dari awal pasti kalian udah bisa nebak apa yang terjadi, apalagi saat chap Tentang ultah mereka. Udah merasa janggal kan?
Sebenarnya aku mau buat cerita ini jadi angst tapi malah ga berasa, ga ada malah. Jadinya malah ke UwU an Nanase kyodai. Parah sih aku.
Kepikiran bikin cerita yang rumit banget dan gaje kayak gini udah ada lama, entah kenapa tetiba muncul secara tiba-tiba di otak saat lagi ujian. Bukannya mikir jawaban malah mikir bikin cerita.
Jangan di tiru, sesat kalo kata temen Author mah.
Aku ga mau ngejelasin lagi apa yang terjadi. Para pembaca bisa menyimpulkan sendiri.
Nagi: katanya mau kasih chap bonus. Mana?
Sabar. Orang sabar di sayang Waifu/husbu.
Gaku: dasar wibu.
Aku gak wibu. Aku cuman pecinta Chara anime yang sudah kronis.
Mitsuki: pikirin tuh nilai. Kayak Adek gue dong perfek.
Bodo ah Mak. Kebiasaan emak-emak nih bandingin anaknya Mulu, pen tak amplas congor e.
Sougo: aku baru tahu author orang Jawa.
Tamaki: bukannya dia dari Segitiga Bermuda.
Ga ada pudding buat Tama.
Tamaki: YA MAAP.
oke mari kita ke chap bonusnya.
-----------------------------------------
3 tahun kemudian...
Awan putih terlihat jelas di atas langit, hamparan langit yang luas berwarna biru dan sinar matahari yang cerah. Langkah kaki ringan membawa pemuda itu pergi, di tangan terdapat karangan bunga berwarna-warni.
Tujuannya hari ini adalah sebuah tempat yang selalu ia kunjungi setiap tahun di tanggal yang sama. Namun untuk kali ini ia akan mengunjungi sebuah kafe terlebih dahulu guna menemui teman-teman.
"Itu Iorin!"
"Tamaki-kun kita di tempat umum..."
Izumi Iori tersenyum kala melihat teman-teman dan kakaknya berada di tempat yang mereka janjikan.
"Konnichiwa"
"Selamat siang--"
"KOUHAI KU TERCINTA~"
Suara ini. Mereka sangat mengenalnya dengan cepat Iori menoleh kebelakang dan--
"Ternyata kalian sudah disini!~ jahat sekali Momo-chan ingin ditinggal, bukan begitu Yuki?"
Sunohara Momose memeluk--melompat lebih tepatnya ke arah Iori dan mendekap erat tubuh pemuda itu. Membuat Iori sesak dan tidak dapat bernafas.
Mereka hanya menghela nafas melihat kelakuan Senpai yang tidak pernah berubah dari tahun ke tahun.
Tinggal satu grup lagi yang belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali, biasanya leader grup tersebut akan sangat bersemangat ketika ingin pergi ke sana.
"Yahoo~ menunggu kami?"
"Mido-san.."
Zool menyapa mereka seperti biasa, di belakang Mido Torao ada di center dan leader Zool yang tengah berdebat. Mereka tidak ingin tahu apa yang kedua orang itu debatkan karena pasti hal itu merupakan sesuatu yang tidak penting.
"Sudah lengkap kan?"
"Eh! Ex mem Trigger belum hadir"
"Coba seseorang hubungi Yaotome--"
"Tidak perlu. Kami sudah disini"
Mereka di kejutkan dengan suara berat yang berada di dekat mereka, saat melihat ke asal suara, ternyata Yaotome Gaku dan Tsunashi Ryuunosuke sudah ada di sana dengan satu karangan bunga seperti yang di bawa Iori.
"Ok. Ayo kita pergi~"
Semua mengangguk setuju, dengan berjalan kaki mereka pergi ke suatu tempat. Tempat dimana teman mereka beristirahat.
•
•
•
Semilir angin menerbangkan Surai berwarna warni, ditempat ini semuanya berubah.
Idolish7. Grup Idol terkenal dan di segani banyak orang kini telah hanya tinggal sebuah nama. Idolish7 bubar bersamaan dengan bubarnya Trigger dan saat ini grup yang masih aktif di dunia hiburan hanyalah Zool sendiri.
Re:Vale? Senpai mereka membubarkan diri karena sudah tidak bisa berada di atas panggung lagi, mereka sudah harus memikirkan kehidupan mereka kedepannya dan mencari pasangan hidup.
Di depan makam orang yang mereka sayangi, karangan bunga itu di letakkan di kedua makam yang bersebelahan. Nama marga yang sama terukir di batu nisan keduanya, melihat nama tersebut membawa sekelebat memori lama yang masih tertanam hingga saat ini di kepala masing-masing.
Satu persatu berlutut di hadapan batu nisan, mengelus dan mengecupnya lembut seolah batu itu akan hancur hanya dengan di sentuh.
"Sudah tiga tahun ya.. Riku...Tenn..."
"Semua berubah karena tidak ada kalian disini"
"Benar-benar berubah. Tidak ada senyum seperti mentari milik Riku dan tingkah malaikat milik Tenn"
Ini lah kebiasaan mereka selama tiga tahun belakangan, setiap tanggal 9 Juli, di siang hari, mereka menyempatkan diri bertemu per-grup hanya untuk mengunjungi makam Nanase Riku dan Nanase Tenn.
Sesuai janji mereka. Keempat grup idol tersebut akan selalu datang di hari yang sama dengan hari lahirnya si kembar ke dunia. Duduk atau berdiri disana selama beberapa saat, bercerita tentang masa lalu yang menurut mereka indah untuk selalu di kenang.
"Aku baru menyadari tempat ini bisa ditumbuhi Sakura"
"Tentu saja bisa.. Sakura adalah bunga favorit mereka"
Pohon Sakura yang bunganya sudah gugur itu berada tepat di belakang makam Tenn dan Riku, bunga itu tumbuh sejak 1 tahun yang lalu. Entah apa sebabnya bunga itu dapat tumbuh di area makam seperti ini.
"Sudah. Ayo kita kembali. Biarkan mereka menikmati waktu berdua"
"Pfft-- kau kira mereka ada disini?"
"Entahlah.. tapi aku yakin mereka berdua akan selalu mengawasi kita dari tempat mereka saat ini"
Semuanya berjalan menjauhi makam, sudah tidak ada yang ingin di bicarakan atau di lakukan lagi. Mereka berjalan keluar area pemakaman, setelah ini mereka berencana makan siang bersama di kafe milik keluarga Izumi.
Bruk
"A-ah. Maafkan aku adik kecil. Kau tidak apa--"
"A-aku baik...."
"Aduh~ kenapa kau menabraknya. Ayo minta maaf--ah! Maafkan adikku. Dia memang ceroboh"
Surai merah dan baby pink. Manik senja dan magenta. Kulit putih susu dan sedikit gelap. Sifat ceroboh dan dewasa.
Apa Sougo bermimpi?
Ia mengucek matanya, mencubit lengan bahkan menampar pipinya. Hal yang sama pun di lakukan oleh mereka semua membuat kedua anak lelaki itu panik.
"E-eh Nii-chan tachi kok memukul muka sendiri?!"
"A-aku salah ya.. ma-maaf kalau gitu--"
"RIKU! TENN!"
Kedua anak kecil itu tersentak dan langsung bersembunyi di belakang Sougo, mencengkeram erat pakaian pemuda lavender itu. Manik keduanya memancarkan ketakutan yang besar.
Lelaki paruh baya yang memanggil nama mereka sekarang berdiri di hadapan Sougo, tampilan orang itu sangat jauh dari kata baik.
"Oi. Kembalikan mereka"
Sougo yang merasakan sesuatu tidak beres dari pria itu langsung merentangkan tangannya seolah melindungi kedua anak kecil itu.
"Tidak"
"Heh! Kau siapanya mereka?! Kalian hanya orang asing. Jangan mencampuri urusan ku dengan mereka!!"
Kedua anak kecil kembar itu semakin memegang erat pakaian Sougo, Ryu dan Torao yang merasa bahwa ini sudah masuk situasi gawat, segera maju dan berdiri di hadapan Sougo.
"Menyingkirlah kalian! Urusan ku hanya dengan dua bocah itu!"
"Sebelum itu kami ingin bertanya"
Ryu mulai membuka suara.
"Kau ayah mereka?"
"Iya. Aku ayah mereka. Sekarang kembalikan mereka padaku!"
Orang itu mulai menerobos pertahanan Torao dan Ryu, tentu saja Torao langsung mencegahnya dengan menarik lengan pria itu.
"Bisa kah kau memintanya baik-baik? Lihat. Mereka ketakutan karena tingkah mu"
"Peduli setan jika mereka menangis atau ketakutan! Mereka hanya dua oranh bocah tidak berguna dan merepotkan!!"
Ok. Mereka tahu permasalahannya.
"Kau bilang mereka anak mu. Mengapa kau mengatakan anak mu sendiri merepotkan dan tidak berguna? Sepertinya disini kau lah yang terlihat seperti pecundang"
Kalimat mengejek milik Torao sukses membuat pria itu naik pitam, wajahnya sudah memerah tanda amarahnya sudah berada di ambang batas.
"Sialan kau!!"
Pukulan di layangkan namun masih bisa di tangkis oleh Torao. Ia langsung membuang kepalan tangan itu dan menatap dingin pria ini.
"Aku bertanya baik-baik padamu. Kenapa kau malah ingin memukul ku?"
"Cih! Cepat serahkan mereka! Kalian hanya sekumpulan orang asing yang beraninya ikut campur dalam urusan pribadi ku!!"
Pria itu maju dan menarik lengan di Surai senja namun masih di tahan oleh kakaknya.
"Apa yang kau-- ayo kita pulang!!"
"Ti-tidak mau! Kami gak mau kembali kesana!"
Anak yang masih berada di belakang Sougo ini menggeleng cepat tanda mereka menolak permintaan pria itu.
"Hei lepaskan! Mereka tidak mau ikut denganmu. Jangan di paksa"
Yuki maju dan menarik si Surai merah lalu memeluknya, mengelus kepala senja tersebut yang sudah menangis hebat. Si surai baby pink masih berada di belakang Sougo.
"Kalian tidak mau ikut denganku? Baiklah. Kalian boleh pergi, tapi jangan harap aku bisa melepaskan kalian dengan mudah!"
Orang itu berbalik dan melenggang pergi namun Sougo kembali memanggilnya.
"Hei!"
"Apa?!"
"Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"
Pria itu mengerutkan kening, bertanya apa maksud Sougo.
"Kesepakatan apa?"
"Kau serahkan kedua anak mu pada kami dan sebagai gantinya aku akan memberikan mu sesuatu. Setuju?"
"Hah?! Memangnya kau siapa berani membuat perjanjian seperti itu!"
"Aku pemimpin perusahaan FSC, kau pasti tahu kan FSC apa. Nah sekarang kau setuju atau tidak?"
Orang itu tampak terkejut. Setahunya FSC adalah perusahaan besar di seluruh Jepang bahkan mereka sudah mempunyai beberapa cabang di luar negeri, FSC bekerja di segala bidang termasuk bidang industri hiburan.
"Aku tanya sekali lagi. Setuju atau tidak?"
"Aku setuju! Dengan syarat kau harus memberi ku uang yang banyak baru aku akan melepaskan mereka"
"Baik. Berapa yang kau inginkan?"
"Satu juta Yen"
"Tidak masalah. Akan ku kirimkan langsung padamu hari ini"
Orang itu tersenyum licik, kemudian dia tertawaan keras.
"Tidak sia-sia aku merawat kalian! Akhirnya kalian bisa ku jual ke pemimpin FSC itu!! Selamat tinggal anak tidak berguna!!"
Orang itu langsung pergi, tawanya tak berhenti seperti orang gila. Mereka hanya menatapnya tajam sebelum akhirnya pria itu menghilang.
Kini mereka beralih ke dua anak yang masih ketakutan akibat peristiwa tadi. Si Surai baby pink maju dan membungkukkan tubuh.
"Ma-maaf kan kami!! Karena kami Nii-chan jadi harus memberikan uang kepada ayah kami! Sebagai gantinya kami akan membantu kalian--"
"Ti-tidak perlu! Kami rela kok membantu kalian. Lagipula uang sebesar satu juta Yen itu kecil untukku"
'kau sekaya apa sih Sougo/Sougo-kun/Sou-chan/Osaka-san/Osaka?'
"Sou benar. Lagipula kami memang berniat membantu kalian"
Si Surai baby pink menatap Yamato dengan binar, manik magenta yang tadinya nampak ketakutan kali ini terlihat riang.
Surai merah yang tadi menangis di pelukan Yuki saat ini sudah mulai membaik, ia langsung berjalan ke arah kakaknya dan menggandeng tangan kakaknya.
"Nama kalian siapa?"
Momo bertanya untuk sekedar basa-basi padahal ia sudah mendengar nya dengan jelas tadi saat ayah kedua anak ini memanggil mereka.
"Aku Tenn. Ini adikku namanya Riku"
Nama yang sama dengan nama kedua kembar itu. Bahkan wajah mereka sama.
"Kalian tidak punya nama marga?"
"Tidak... Ayah tidak pernah memberitahu kami nama marga kami, orang-orang hanya memanggil kami dengan sebutan si kembar"
"Kalau begitu. Bagaimana jika kalian ikut dengan kami dan kami akan memberikan kalian marga kalian sendiri. Bagaimana? Setuju?"
Mitsuki tersenyum manis, entah mengapa ia merasa terharu melihat sosok kedua anak itu yang persis seperti center mereka dan kembarannya.
"Um! Aku setuju. Riku bagaimana?"
"Aku juga setuju"
"Baiklah. Mulai sekarang nama kalian adalah Nanase Riku dan Nanase Tenn, bagaimana? Kalian suka?"
"Kami menyukainya!!"
Tatapan berbinar itu sudah lama mereka rindukan. Mungkin inilah takdir dari Tuhan, ia membawa pergi orang yang mereka sayangi namun membawanya kembali ke kehidupan mereka.
Sungguh tidak bisa di percaya.
"Fufu~ let's go! Hari ini kita akan makan-makan bersama!!"
"U-uwaa!!"
Nagi mengangkat Tenn sementara Tamaki mengangkat Riku, menaruh kedua anak itu di pundak mereka masing-masing.
"Tenn-nii aku seperti terbang!!"
"Aku juga!"
Mereka tertawa bersama.
"Um.. tapi... Siapa nama nii-san semua?.."
Mereka tersenyum tipis dan mulai melangkahkan kaki seraya berkenalan dengan si kembar Nanase.
"Aku Izumi Mitsuki, yang berambut biru tua itu adikku namanya Izumi Iori, lalu yang mengangkat Riku itu Yotsuba Tamaki dan yang mengangkat Tenn itu Rokuya Nagi. Pemuda berambut hijau lumut di sebelah ku ini namanya Nikaido Yamato dan orang yang tadi membantu kalian itu Osaka Sougo"
Mitsuki memperkenalkan temannya dengan panjang lebar, ia tersenyum seraya sesekali mencubit pipi Riku dan Tenn yang gembul.
"Aku Yaotome Gaku dan ini Tsunashi Ryuunosuke"
"Kami Re:Vale! Aku Sunohara Momose dan ini darling ku Orikasa Yukito!!"
"Hai~ aku Natsume Minami, pemuda bermata emas ini namanya Isumi Haruka--"
"Isumi? Apa kalian satu saudara dengan Mitsuki-nii Chan?"
"Isumi. Pakai S bukan Z"
"Aku lanjutkan ya. Pemuda tinggi itu bernama Mido Torao dan disebelahnya bernama Inumaru Touma"
"Inu? Berarti dia semacam anjing"
"Pfft--"
"Oi!"
"Kau memang pantas di sebut anjing Touma!!"
"Sialan kau Haru!"
Canda tawa menyelimuti mereka, sudah lama mereka tidak merasakan sensasi seperti ini. Tiga tahun hidup dalam bayang-bayang kesedihan dan keterpurukan akan kematian orang tersayang membuat mereka lupa bagaimana tertawa dan bercanda.
Namun hari ini semuanya berubah. Di tanggal yang sama, Tuhan memberikan lagi cahaya kehidupan mereka.
"Kau kenapa Riku-kun?"
"Um.. Sou-Nii ada dua orang disana yang melihat ke arah ku.."
Sougo dan yang lain mengikuti arah tunjuk Riku, anak itu menunjuk ke sebuah pohon Sakura yang telah mati namun disana tidak ada siapapun.
"Wajah kedua orang itu mirip dengan ku dan Tenn-nii. Mereka sekarang tengah tersenyum dan melambaikan tangan padaku"
Sougo diam mencerna apa yang terjadi, yang lain pun melakukan hal yang sama. Apa itu artinya anak ini dapat melihat hantu seperti Riku?
"Hush Riku! Jangan bercerita yang tidak-tidak. Nanti kau akan membuat mereka ketakutan!"
"A-ah maaf! Aku tidak bermaksud menakuti Nii-san tachii hanya saja aku bisa melihat mereka yang tidak bisa di lihat manusia biasa"
"Fufu~ tidak apa-apa. Kami juga terbiasa dengan keadaan seperti ini jadi tak masalah"
"Apa Yama-nii juga bisa melihat mereka?"
"Tidak tapi adikku bisa melihatnya"
"Adik? Yama-nii punya adik?"
"Ya. Lebih tepatnya salah satu adikku. Kapan-kapan kita kan mengunjunginya, Riku dan Tenn mau kan?"
"Um! Kami mau!"
Yamato mengelus Surai senja Riku kemudian Tenn. Mereka berjalan bersama, menikmati siang yang indah di kota Tokyo yang ramai.
Takdir Tuhan memang tidak bisa di tebak. Sebelumnya mereka mengutuk DIA atas kekejamannya mengambil orang yang berharga bagi mereka tapi sekarang Tuhan membawanya kembali dalam wujud dua orang anak kecil yang lucu nan menggemaskan.
Sekarang mereka percaya bahwa Takdir Tuhan itu memang di buat untuk membuat para umatnya merasa bahagia walau harus menghadapi cobaan yang mungkin akan menyiksa bagi mereka.
~Fin~
--------------------------------------
Gaje banget.
Tenn: kayak author.
Riku: ih kita imut Tenn-nii!!
Yamato: hiks... Adikku emang imut.
Kok Yamat kayak pedo ya.
Mitsuki: ketularan Leader Zool gini nih.
Touma: gue terosssss.
Gimana chap bonusnya? Gaje ya? Maaf kalo gitu.
Yuki: udah kan?
Udah.
Banri: ya udah cepet tutup.
.......
Balikkin stellar gue.
Banri: ...... Minta perusahaan sana.
Hah~
Sore jaa Minna-san. Silahkan vote dan komen untuk cerita ini, kritik atau saran juga boleh.
All: sampai jumpa 👋 *flying kiss*
Idih geli aku. Tapi kalo Riku yang gitu gapapa.
Tenn: masih sempet-sempetnya bucin lu. Balik sana! *Nendang Anggun*
*Ke tendang*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top