Chapter 5
"Aku ke kamar dulu ya, Sougo-san"
"Iya. Istirahatlah Riku-kun"
Center grup idol itu pun menghilang dari balik dinding, manik lavender bergulir ke bawah dan menatap ponsel yang memperlihatkan sebuah berita yang masih hangat walau berita itu sudah ada sejak 4 hari yang lalu.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut, manik menatap sendu ke arah ponsel yang menampilkan foto seorang idol terkenal dengan Surai merah muda seperti Bunga Sakura di musim semi.
"Aku harus bagaimana lagi?.."
Raut sendu tergantikan oleh wajah cemas dan khawatir serta takut.
"Sudah 4 hari... Aku tidak bisa bersandiwara seperti ini terus... Kasihan Riku-kun.."
Memori di kepala kembali berputar ke peristiwa 4 hari lalu. Hari dimana semua ini dimulai dan hari dimana semua mulai berubah.
•
•
•
Flashback
Bau tanah menyeruak masuk ke indra penciuman, hujan rintik-rintik jatuh membasahi surai mereka dan air mata yang masih membekas di pipi masing-masing.
Berdiri di atas tanah dengan keadaan basah kuyup akibat tertimpa air hujan. Beberapa ada yang menangis kencang ada juga yang memilih menyembunyikan air mata.
Saat ini industri hiburan tengah berduka, mereka kehilangan sosok orang yang sangat mereka kagumi dan sayangi. Sosok yang membawa perubahan pada dunia musik dan hidup masing-masing.
Surai merah senja menatap kosong ke batu nisan yang terukir nama--
Nanase Tenn
Lahir: 9 Juli 19xx
Tiada: 29 Juni 20xx
Sang kakak telah tiada.
Kujou-- Nanase Tenn sudah tidak ada. Pemuda itu telah pergi, berpulang kepada Tuhan di atas sana.
Suatu kecelakaan yang tidak di sengaja mengantarkan seorang Tenn menemui ajalnya di hari dimana seharusnya ia bekerja seperti biasa.
Luka tembak tak di sengaja menjadi penyebab kematian idol terkenal dan di segani tersebut. Peristiwa terjadi saat ia sedang melaksanakan syuting film layar lebar yang akan ia bintangi, film tersebut berjenis Action dimana di dalam film terdapat aksi tembak menembak.
Jelas harus menggunakan pistol, mereka mengira pistol yang di gunakan adalah palsu alias hanya sebuah properti namun siapa sangka.
Pistol itu asli dan di dalamnya terdapat peluru.
Tenn tertembak akibat ketidaksengajaan. Si lawan main tidak mengetahui jika pistol yang ia genggam ternyata asli dan terdapat peluru di dalamnya, lantas ia menembakkannya tepat di dada sebelah kiri dimana jantung berada.
Saat mengetahui bahwa ia telah merenggut nyawa seseorang, aktor muda yang baru saja masuk ke dalam dunia perfilman itu merasa menyesal dan bersalah. Ia rela di tuntut untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya walau sepenuhnya ini bukan salahnya.
Agensi Yaotome berencana menutut aktor muda tersebut namun mereka urungkan setelah mengetahui bahwa semuanya hanyalah sebuah ketidaksengajaan.
Akhirnya si aktor muda di non aktifkan selama 5 bulan dari dunia perfilman, aktor muda tersebut menerima hukumannya sebagai bentuk penyesalan walau itu bukan salahnya.
Mereka, terutama Trigger tidak mempercayai hal ini dan masih sedikit berharap di lubuk hati terdalam bahwa ini hanya mimpi. Trigger tidak merelakan kepergian sang center yang telah bersama mereka sejak awal--sebelum mereka tenar seperti sekarang.
Namun mereka tidak boleh seperti itu. Manik emas dan perak bergerak melirik si surai merah yang merupakan satu-satunya Keluarga Nanase Tenn.
Perihal mengapa nama Tenn kembali berganti menjadi Nanase adalah Kujou Takamasa yang sudah menyerahkan hak asuh Tenn kembali dan dia di kebumikan dengan nama dimana ia lahir.
Publik sudah mengetahui hal ini, masyarakat tahu jika Tenn dan Riku adalah saudara kembar yang tidak identik.
Nanase Riku menatap tempat peristirahatan terakhir sang kakak dengan tatapan kosong seolah tidak memiliki semangat hidup-- ah. Tenn adalah hidupnya, kepergian pemuda itu tentu saja berpengaruh besar pada kehidupan dan mentalnya. Para member dan teman-teman tahu hal itu.
"Aku tidak percaya.. dia akan pergi secepat ini... Padahal kemarin kami baru saja bertengkar lalu berbaikan kembali"
Surai mint mengungkapkan seluruh isi hatinya walau ia membenci Tenn namun tetap saja tidak dapat di pungkiri ia juga menangis hebat saat mendengar berita kematian rivalnya.
"Aku juga sama tidak percayanya dengan mu Haruka... Berharap bahwa semua ini hanya mimpi buruk"
Sang Senpai juga mengatakan hal yang sama, ia juga menangis kala mendengar kematian salah satu kouhai tercintanya.
Kini mereka melihat ke Riku, menatap sendu punggung pemuda yang rapuh tersebut. Sejak mendengar kematian sang kakak ia sudah seperti mayat hidup, tidak berbicara, menangis atau apapun.
Dari mereka semua, Riku lah yang paling tidak bisa terima kematian Tenn, keluarganya yang terakhir, bintangnya, dan kehidupannya.
Hujan semakin deras dengan angin kencang menerpa tubuh mereka, tentu saja terbesit rasa khawatir ke center Idolish7 yang masih diam berdiri menatap nisan sang kakak.
"Riku... Ayo kembali.. aku tahu ini berat tapi relakan lah. Ini sudah takdir Kami-sama dan kita tidak bisa menentangnya"
Leader Idolish7 berucap guna menghibur sang center walau ia yakin itu tidak sepenuhnya berhasil.
".. Yamato-san...."
Akhirnya Riku pun bersuara, walau suaranya serak dan lirih namun Yamato masih dapat mendengarnya dengan jelas.
".. bisa kalian pulang saja ke dorm... Aku.. masih ingin disini... sendiri.."
"Ta-tapi ini sedang hujan deras Nanase-san! Kau bisa saja sakit--"
"Aku baik-baik saja.."
Peringatan Iori terputus, ia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Biarlah partnernya berdiri disana sampai hatinya merasa lebih baik.
"Baiklah.. kami akan pergi... Jika ada sesuatu panggil kami"
Mereka melangkahkan kaki pergi menjauh dari makam Tenn. Membiarkan si center Idolish7 berdiri diam disana sepuasnya.
Tapi, tentu saja mereka tidak benar-benar pulang ke dorm. Mereka saat ini tengah berdiri tak jauh dari Riku berdiri, menatap si surai merah yang masih setia pada posisinya.
Tes
Air mata mengalir bersamaan dengan titik air hujan yang jatuh ke kepala. Manik merah itu mengeluarkan air mata yang banyak namun Riku masih tidak berekspresi apapun, datar dan kosong.
"Tenn-nii...."
Ia menggumamkan nama sang kakak. Air mata masih terus mengalir melewati pipinya.
"Kenapa... Kau pergi?..."
Mereka yang melihat itu merasa iba dan sedih dengan keadaan Riku saat ini. Jiwa pemuda itu sedang terguncang dan itu bisa berakibat buruk pada kesehatannya.
"Apa tidak apa membiarkan Riku-kun disana? Hujan tidak cocok untuknya terlebih udara sekarang sangat dingin"
"Tak apa, asal kita mengawasi dirinya dari sini. Dirinya masih syok dan terkejut akan hal ini"
Masih setia menatap Riku yang berdiri, sedetik kemudian teriakan lantang nan pilu terdengar.
"AAAAAAAAAAAAAAAAARGH!! KENAPA?! KENAPA?!! KENAPA HARUS INI?!! KENAPAA?!!!"
Teriakan pilu yang seolah menyayat hati mereka itu berasal dari Riku sendiri yang saat ini tengah jatuh terduduk di sana. Setelah beberapa saat terdiam seperti mayat hidup, akhirnya pemuda itu mengeluarkan semua tangisan dan kesedihannya.
"Rikkun... Yama-san! Cepat bawa Rikkun kesini. Dia kehujanan"
Tamaki mulai khawatir, ia tidak kuat melihat Riku menangis dan berteriak keras seperti itu.
"Tidak dulu. Dia sedang tidak stabil, bisa saja nanti dia berbuat yang tidak-tidak"
"Tapi--"
"Turuti saja Nikaido-san, Yotsuba-san. Kita sudah mengawasinya dari sini"
Tamaki berdecih kesal, apa tidak ada yang mengerti? Riku sudah basah kuyup di sana dan mereka semua mengetahuinya dengan jelas jika hujan dan udara dingin tidak baik untuk sang center.
Bruk!
"Nanase-san!!"
"Riku!"
Apa yang mereka duga terjadi, Riku jatuh pingsan di depan makam sang kakak. Dengan cekatan Yamato berlari dan mengangkat Riku di bantu oleh Ryu.
Membawa Riku ke mobil dan segera pergi ke rumah sakit. Sisa dari mereka mengikuti dari belakang menggunakan mobil agensi masing-masing.
• • •
Tegang. Semua duduk diam ada pun yabg berdiri, kepala mereka tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini tapi satu yang mereka khawatirkan, yaitu keadaan Nanase Riku yang saat ini masih di periksa oleh dokter.
Ceklek
Pria paruh baya yang bekerja sebagai dokter keluar dari ruangan dengan menggunakan jas putih. Selaku yang tertua dan juga bertanggungjawab atas Riku, Yamato berjalan ke arah dokter dan bertanya.
"Bagaimana keadaan Riku?"
"Dia baik-baik saja tapi saya sarankan untuk tidak membuatnya tertekan atau syok akan sesuatu itu bisa membuat penyakit asmanya semakin parah"
Yamato mengangguk dengan lesu. Sekarang apa? Riku pasti masih syok akan peristiwa tadi.
"Boleh.. kami menjenguknya?.."
"Boleh, tapi jangan semua seperti ini. Kalian akan mengganggu pasien, jika bisa setengah-setengah"
Dokter itu melenggang pergi, Yamato berbalik menatap para membernya. Ia putuskan yang masuk lebih dulu adalah Idolish7 dan Trigger untuk Re:Vale dan Zool bisa nanti.
Yamato membuka pintu, saat masuk mereka melihat Riku yang masih belum sadar. Dengan hati-hati mereka memasuki kamar dan berusaha untuk tidak berisik atau membuat keributan.
"Ngh~"
Lenguhan lembut menangkap atensi mereka, Mitsuki yang berada tepat di sebelah kasur pun langsung menatap ke arah Riku. Kelopak mata pemuda itu berkedut, jemarinya juga mulai bergerak lalu mata itu terbuka.
"Riku..."
Mitsuki memanggilnya dengan lembut, Riku langsung menatapnya.
"..Mitsuki...."
"Syukurlah kau sudah sadar Riku-kun"
".. Sougo-san.."
Dia melihat ke arah mereka semua, Idolish7 dan Trigger ada disini tapi ada satu orang yang belum terlihat sama sekali.
"... Tenn-nii mana...?"
Semuanya tercekat, ingin mengatakan apa yang terjadi tapi mereka tidak bisa. Dokter sudah mengatakan untuk tidak membuat Riku stres ataupun tertekan karena itu tidak baik bagi kesehatannya.
"... Tenn-nii mana?... Yaotome-san.. Tsunashi-san... Kalian tahu kan dimana dia?"
Gaku dan Ryu panik, tak tahu harus menjawab apa. Mereka tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa Tenn sudah tiada dan membohongi Riku begitu saja.
"Di-Dia.... Itu Riku-kun.. Tenn sedang--"
"Kakak mu sedang syuting film. Kau tahu kan dia terpilih untuk membintangi film layar lebar"
Senyum cerah merekah di wajahnya, membuat mereka semua juga ikut tersenyum walau harus menyimpan kenyataan pahit dari Riku.
".. oh iya... Tenn-nii sedang sibuk.. kira-kira aku bisa bertemu dengannya tidak Yamato-san?.."
"Bi-bisa.. kau bisa menemuinya tapi nanti.. saat kau sudah keluar dari sini"
"Um! Hehe~ aku tidak sabar untuk menemui Tenn-nii"
'maafkan kami Riku tapi ini demi kebaikan mu sendiri. Beberapa hari lagi aku akan memberitahu mu yang sebenarnya'
Pada akhirnya mereka menyembunyikan kebenaran guna menjaga senyum yang bisa saja hancur karena kenyataan pahit.
Flashback end
•
•
•
Setelah hari itu semua sandiwara ini pun dimulai. Ketika Riku bertanya dimana Tenn, mereka dan Trigger menjawab dengan hati-hati dan berusaha mencari alasan agar Riku percaya.
Dan seperti yang di duga, Riku percaya saja. Mereka sedikit beruntung karena Riku mudah sekali di tipu dan di permainkan walau dalam hati mereka juga menyimpan rasa bersalah yang amat dalam karena membohongi si center Idolish7.
"Aku harus memberitahunya. Tidak peduli jika aku di marahi oleh Yamato-san. Lebih baik aku memberitahunya daripada ia tahu dari media atau orang lain selain kami"
Ia bermonolog kepada diri sendiri, sedikit menyemangati diri. Ia sudah menguatkan hatinya untuk memberi tahu yang sebenar.
Kaki panjang itu ia angkat dan berjalan ke kamar Riku, ia sudah menyiapkan hati jika Riku bertindak yang tidak-tidak.
Tok
Tok
Tok
"Riku-kun"
Sougo memanggil Riku dengan lembut. Mengetuk pintu kamarnya dengan pelan, siapa tahu Riku sudah tertidur dan takutnya ia membangunkan Riku jika ia mengetuk terlalu keras.
"Riku-kun. Kau di dalam?"
Tidak ada balasan dari sang pemilik kamar di dalam. Rasa khawatir mulai muncul di hati Sougo.
Tangannya mulai mengarah ke gagang pintu, memutar gagang pintu tersebut dan membukanya.
"Maafkan aku Riku-kun"
Saat ia membuka pintu hanyalah kegelapan yang bisa ia lihat. Jendela sedikti terbuka, sehingga angin masuk dan menggoyangkan tirai jendela.
"Riku-kun.. kau disini?"
Kemana si center pergi? Bukankah tadi ia pamit ke kamar untuk beristirahat.
Tangan Sougo berusaha mencari saklar lampu kamar Riku, ia meraba-raba tembok dan akhirnya ia menemukan saklar tersebut.
Ctak
Akhirnya ia bisa melihat kamar tersebut. Ia melihat ke lantai--
"RIKU-KUN!!"
Sougo berteriak keras kala melihat Riku berada di ubin dalam keadaan tak sadar, ia mengguncangkan tubuh sang center guna membangunkannya tapi tidak berhasil.
Pikirannya mulai kalut, ia tak tahu harus melakukan apa sampai ia melihat ponsel Riku tergeletak di atas kasur. Lantas ia mengambilnya dan menghubungi seseorang.
"Halo. Tumben sekali kau menghubungi Riku--"
"Yamato-san! Ini aku Sougo. Bisa kau pulang ke dorm sekarang, Riku-kun pingsan di kamarnya dan aku sendirian, aku takut!"
"Apa?! Ba-baiklah aku akan segera pulang. Tunggu aku"
Panggilan itu di putuskan sepihak. Sougo menaruh ponsel Riku di kasur kembali. Ia tetap berusaha membangunkan Riku seraya menunggu Yamato dan yang lain sampai.
•
•
•
"Tidur?"
"Ya. Teman kalian hanya tertidur, kalian tidak perlu sepanik ini"
Pertanyaan muncul di benak masing-masing. Tidur? Dia hanya tertidur? Mereka pikir Riku pingsan akibat kambuh atau demam.
Beberapa manik lantas menoleh ke arah Sougo, lagipula yang memberi tahu jika Riku pingsan adalah dia. Tentu saja para member akan bertanya padanya lebih jelas.
Sougo yang di tatap intens mulai kikuk, ia tidak tahu jika Riku hanya tertidur. Dia panik tadi, tanpa pikir panjang langsung menghubungi sang leader untuk kembali ke dorm secepatnya.
"A-aku tidak tahu jika Riku-kun hanya tidur! Aku terlalu panik tadi jadi--"
"Hah~ sudah-sudah. Sekarang sudah jelas Riku hanya tertidur saja"
Yamato memotong penjelasannya.
"Apa kami boleh membawa Nanase-san pulang?"
Sang dokter mengangguk membuat mereka bernafas lega, dengan sigap mereka masuk ke kamar Riku dan mengangkat Riku.
Iori dan Sougo sudah menyelesaikan administrasi dan sekarang mereka pergi ke mobil yang Yamato pinjam dari agensi.
Di dalam mobil suasana canggung dan Riku tidak bangun atau pun bergerak sedikitpun, sudah seperti orang mati. Biasanya Riku akan bangun jika merasakan tubuhnya di angkat atau di gerakkan oleh orang tapi ini?
Seperti seseorang yang sedang Koma.
Mitsuki yang menjadikan pahanya sebagai bantalan Riku, mengusap Surai merah milik sang center. Memainkan rambut merah yang lembut itu dan sesekali mengelus pipi lembutnya.
Riku sudah ia anggap adiknya sendiri setelah Iori, melihat adiknya bersedih membuat hatinya sakit. Karena itu ia mencoba sekuat tenaga untuk menjaga senyum Riku dengan cara menyembunyikan fakta.
"Nee Minna.."
"Apa apa Tamaki?"
Tamaki membuka suaranya, tumben sekali pemuda tinggi tersebut tidak merengek meminta jajanan manis kepada Sougo. Ia hanya diam dan duduk manis di belakang seraya menatap keluar.
"Apa kita tidak akan memberitahu Rikkun soal TenTen? Ini sudah lewat 4 hari nanti jika Rikkun tahu berita itu dari orang lain bukan kah kita akan di cap pembohong oleh Rikkun. Aku tidak mau itu"
Sungguh. Apa Tamaki sekarang bisa membaca pikiran mereka? Tanpa Tamaki ketahui, para member pun juga memikirkan hal yang sama. Ini sebuah dilema bagi mereka.
Di sisi lain mereka ingin mengatakan semuanya pada Riku, mereka tidak mau di cap pembohong oleh sang center namun di sisi lain mereka juga tidak ingin menghancurkan senyum indah bak mentari milik Riku.
Melihat Riku yang berteriak-teriak tempo hari membuat luka tersendiri di hati masing-masing. Riku adalah adik dan kakak mereka, tidak mungkin mereka akan menghancurkannya dengan satu fakta menyakitkan tapi Riku berhak tahu.
Tenn adalah kakak kandungnya, keluarganya, orang yang mempunyai hubungan darah dengan Riku. Tentu saja mereka sadar akan posisi mereka yang hanya sebatas teman dan partner.
Mereka sadar jika darah lebih kental di bandingkan air.
"Aku sudah putuskan"
Seraya berkendara, Yamato mengutarakan keputusannya.
"Besok kita akan memberitahu Riku. Dengan jelas dan rinci, usahakan untuk tidak membuatnya tertekan atau syok. Itu bisa mempengaruhi kesehatannya"
"Baiklah. Sang leader sudah mengeluarkan titahnya, kita bisa apa selain menurutinya. Benarkan Ossan?"
"Mitsu.. aku tidak setua itu.."
"24 tahun tidak tua katamu? Yang benar saja. Kau melantur atau bagaimana?"
"Hei! Momo-san saja lebih tua dari ku bahkan dia sudah hampir kepala tiga"
"Tapi dia awet muda. Tidak seperti mu yang sudah terlihat renta seperti Yaotome"
"Asal tangan ku saat ini tidak memegang stir mobil, sudah ku pukul bibir mu itu"
"Coba saja"
Mereka tertawa, canda tawa ini lah yang mereka rindukan walau Riku tidak ikut bergabung bersama mereka tapi itu sudah membuat mereka senang.
Suasana bahagia menyelimuti atmosfer di dalam mobil yang mereka kendarai, tidak menyadari jika sesuatu mulai berjalan salah.
•
•
•
Apa-apaan ini?
Mereka kira Riku hanya tidur biasa karena dokter bilang seperti itu tapi apa?
Sudah seminggu lebih pemuda bersurai merah yang menjabat sebagai center Idolish7 tersebut terbaring di atas ranjang tanpa bergerak barang sedikitpun. Jangankan bergerak seperti berbalik badan atau apapun, menggerakkan tangan dan jari saja tidak. Seperti orang mati.
Mereka mulai panik tidak karuan, mana ada seseorang yang bisa tidur sampai hampir satu minggu? Ini bukan dunia dongeng tentang putri tidur ataupun semacamnya.
Menghubungi dokter pun sudah mereka lakukan namun jawaban yang di berikan tetap sama. Riku hanya tertidur tidak lebih.
"Ini benar-benar aneh dan sungguh memusingkan"
Yamato melepaskan kacamata dan memijat mata untuk menghilangkan rasa pusing, sudah beberapa hari ia berusaha menjauhkan Riku dan dorm dari awak media bersama para manajer. Trigger pun ikut membantu.
Media bertanya mengapa Riku tidak muncul selama beberapa hari belakangan. Ada yang menduga Riku sakit dan ada juga yang mengatakan Riku masih tidak bisa merelakan kakaknya pergi. Akibat itu awak media penasaran dengan apa yang terjadi.
Tak jarang satu atau dua wartawan datang mengunjungi dorm tapi mereka tidak menghiraukannya, mereka lebih memilih untuk tutup mulut dan diam perihal kondisi Riku.
"Aku tahu. Sudah seminggu Riku tidak bangun, ia seperti putri tidur yang menunggu pangeran datang menolongnya"
"Tidak. Lebih tepatnya Pangeran Tidur yang menunggu seorang putri untuk membantunya"
"Haha~ memang ada gadis yang ingin mendekati Riku?"
"Kau tidak tahu penggemarnya di luar sana itu kebanyakan wanita dan gadis-gadis muda, setengahnya masih sekolah pula"
"Dia memang sangat populer. Tak heran bisa menyaingi kakaknya"
Keheningan melanda. Mitsuki asik membersihkan piring dan beberapa gelas sisa mereka makan malam tadi, Yamato duduk terdiam seraya memandang kaleng bir didepannya. Walau arah pandangnya ke satu arah namun pikirannya sekarang tak tentu arah.
Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang sebagai seorang Leader. Tindakan apa yang harus ia ambil agar kondisi Riku tidak tersebar ke media dan publik.
Tak
"Ini"
"Apa ini?"
Yamato menatap sebuah gelas yang berada di hadapannya lalu menarao Mitsuki.
"Teh hijau. Minum ini dan tenangkan pikiran mu, jika kau meminum bir terus menerus maka kau tidak akan bisa berpikir jernih"
"Arigatou"
Yamato menyesap secangkir teh yang di hidangkan Mitsuki, benar saja pikirannya langsung rileks dan ia langsung merasa tenang.
Dia menaruh kembali cangkir itu di meja.
"Mitsu. Boleh aku bertanya padamu?"
"Tanyakan saja. Kau tidak perlu meminta izin"
"Katakan padaku apa yang harus ku lakukan? Maksud ku tindakan apa yang harus ku ambil agar kita tidak terkena masalah"
Mitsuki tersenyum tipis mendengar penuturan Yamato, ia tahu pikiran pemuda yang sering ia panggil Ossan itu sedang kacau, walau mungkin di mata yang lain Yamato adalah seorang leader yang cuek kepada membernya padahal sebenarnya ia sangat-sangat peduli dengan Idolish7.
Sudah banyak tindakan yang Yamato ambil demi membuat grup tersebut tidak hancur.
Dan sekarang Yamato berada di ambang batasnya dalam bertindak sebagai leader, jadi wajar saja ia bertanya pada Mitsuki perihal masalah yang kali ini melibatkan sang center.
"Menurutku lakukanlah apa yang menurutmu benar. Keputusan apa yang kau ambil nanti, aku dan yang lain pasti akan menyetujuinya karena kau adalah leader kami, orang yang memimpin Idolish7 dan seorang Onii-san. Kau sendiri yang bilang bukan jika kau adalah Onii-san kami. Jadi berjuanglah Onii-san"
Senyum penuh semangat terukir jelas di wajah Mitsuki. Memang benar jika pemuda jingga ini dapat dengan mudah menghibur orang lain dengan senyuman dan kata-katanya, seperti Riku kedua.
Yamato langsung menyambar gelas teh dan meminumnya sampai habis tak tersisa. Mitsuki hanya memperhatikan Yamato dengan tatapan tak percaya, bukankah teh itu masih panas?
"Aku sudah putuskan"
"Cepatnya.."
"Kita akan Hiatus sementara dari pekerjaan kita sebagai idol dan yang lain seperti pekerjaan MC mu, modelling Nagi, acara Mezzo dan drama Ku. Kita tidak akan bekerja dan tidak akan mengambil pekerjaan apapun sampai Riku bangun"
"Hi-Hiatus? Tapi berapa lama?"
"Sampai Riku terbangun dan saat itu tiba kita akan memberitahu nya semua hal. Tentang Tenn dan yang lain. Saat itu terserah Riku untuk apa, mengecap kita sebagai pembohong atau menerima kenyataan yang ada"
Mitsuki berdiri dari duduknya dan berteriak bersemangat, entah mengapa ia mulai berapi-api sekarang.
"Yosh!! Aku setuju denganmu. Selama Hiatus kita bisa menjaga Riku dan merawatnya"
"Baiklah aku akan pergi ke agensi dan membicarakan ini dengan Sachou dan Manajer"
Yamato menyambar jaket yang tergeletak di sofa, berlari keluar dari Pantry. Mitsuki hanya menatap heran sang leader, sedetik kemudian ia tersenyum.
------------------------------------
3000 kata lebih.... Pegel jari ini.
Bagaimana? Mulai ada pencerahan apa yang terjadi? Dimohon jangan bantai, bunuh, tembak atau siksa author ini.
All: bunuh aja kita ikhlas.
Kalian kenapa sih? :(
Yuki: kita ga di gaji.
Loh? Ku kira nyewa kalian itu gratis. Ternyata enggak ya.
All: ....... Au ah dark.
Jaa Minna silahkan vote dan komen, kritik atau saran juga boleh.
Sampai jumpa 👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top