Chapter 4
"OTANJOUBI OMEDETTO RIKU!! TENN!!"
"HUWAAA! ARIGATOU MINNA!!"
"Terimakasih semuanya. Ini indah"
Saudara kembar itu tersenyum, mereka merasa bahagia atas hadiah dan kejutan dari teman-teman mereka.
Hari ini, tepat di tanggal 9 Juli, Tenn dan Riku berulang tahun yang ke 20 tahun. Umur mereka sudah masuk usia legal dan mereka senang bisa merayakannya bersama teman-teman walau keduanya merindukan orang tua yang kini sudah tidak ada.
Tapi itu tidak membuat mereka bersedih, hari ini keduanya akan bersenang-senang. Untung saja hari ini mereka semua libur.
"Kalian mau hadiah apa? Momo-chan akan belikan apa saja yang kalian mau!"
Riku dan Tenn tampak berpikir, Riku menoleh ke arah Tenn lalu menatapnya. Seolah bisa berbicara dalam batin, mereka sama-sama mengangguk.
"Kami minta..."
Semua penasaran dengan keinginan si kembar ini, jarang-jarang sekali mereka mengabulkan keinginan keduanya.
"... Jalan-jalan!!"
Riku berteriak keras. Membuat beberapa diantara mereka terkejut lalu terkekeh pelan dengan tingkah Riku.
"Jalan-jalan kemana Riku-kun? Ke Osaka? Hokkaido? Okinawa? Atau kau mau jalan-jalan satu Jepang"
Riku mengerucutkan bibirnya. Bukan itu yang ia inginkan, ia hanya mau jalan-jalan biasa bersama kakak dan teman-teman.
"Mou~ Yuki-san~ bukan itu. Aku hanya mau jalan-jalan bersama kalian dan Tenn-nii. Kita pergi makan-makan atau ke taman bermain"
"Hoo~ begitu. Baiklah kami akan turuti kemauan kalian. Kapan kau ingin jalan-jalan dengan kami?"
Riku menyeringai tipis.
"Lusa! Hari ini aku dan Tenn-nii saja yang pergi, kita akan pergi bersama-sama lusa nanti"
"Ku kira kita pergi hari ini.."
Sosok Surai biru langit tampak sedih, dia berharap hari ini bisa berkeliling dengan Riku dan Tenn lalu membeli jajanan yang banyak untuk keduanya.
Riku menarik lengan Tenn dan pergi dari sana.
"Hei! Riku kau mau kemana?!"
"Jalan-jalan!"
Beberapa dari mereka menggeleng pelan melihat tingkah Riku. Biarkanlah si kembar bersenang-senang, lagipula hari ini adalah hari mereka.
Riku dan Tenn berjalan ke luar dari dorm, Riku masih menarik tangan kakaknya. Wajah pemuda itu tampak senang dan bahagia
"Riku kita mau kemana?"
"Um.... Taman bermain! Aku ingin kesana bersama Tenn-nii"
Tenn mengikuti saja kata Riku, yang terpenting mereka bersenang-senang di hari ulang tahun mereka.
Keduanya berjalan beriringan di jalan setapak, melangkahkan kaki menuju halte bus untuk pergi ke taman bermain.
"Riku"
"Ya?"
"Selamat ulang tahun untuk mu"
Tenn tersenyum manis lalu di balas juga dengan senyuman yang sama dari Riku.
"Tenn-nii juga. Selamat ulang tahun"
•
•
•
"Tenn-nii! Kita naik itu yuk!"
"Nanti kau kambuh jika naik wahana itu Riku dan aku tidak mau. Itu terlihat menyeramkan"
Riku kembali mengerucutkan bibir, dalam hati ia ingin sekali menaiki wahan Rollercoaster namun di tantang keras oleh kakaknya.
Ya ada benarnya juga. Permainan itu terlihat berbahaya namun Riku juga penasaran bagaimana rasanya menaiki wahana itu, sejak kecil ia tidak pernah menaiki wahana seperti itu.
Tapi tetap saja Riku tidak bisa membantah kakaknya.
"Naik wahana yang lain saja"
Riku kembali bersemangat, ia kembali menarik tangan Tenn dan pergi lebih jauh lagi ke dalam taman.
Sampai akhirnya permainan rumah hantu menarik perhatian Riku.
"Tenn-nii! Kita main itu yuk!"
Tenn mengikuti arah tunjuk Riku, dari jauh ia melihat permainan rumah hantu yang lumayan ramai.
"Rumah hantu? Kau mau masuk ke sana?"
"Iya! Itu tidak berbahaya kan, hanya masuk lalu mencari jalan keluar rumah itu seraya di ganggu oleh hantu-hantu palsu--"
"Kau sudah tahu kan hantu disana palsu lalu mengapa kau ingin masuk kesana?"
"Tentu saja bermain dan sedikit menguji nyali. Aku tahu Tenn-nii takut dengan hal yang seperti itu~"
Tenn tersentak lalu membuang wajahnya, ia tidak mau di kira penakut oleh adiknya walau apa yang di katakan oleh Riku tidak salah.
Ia tidak suka hantu. Riku bisa melihat mereka dan Riku juga sering menceritakan sosok mereka kepada dirinya yang membuat dia takut.
"Aku tidak takut! Baiklah ayo kita masuk ke sana"
Kali ini Tenn yang menarik tangan Riku, si Surai merah terkekeh pelan dengan tingkah kakaknya yang tidak mau jujur akan sesuatu.
'mirip Iori'
Dia tersenyum manis.
'kok aku jadi rindu Iori ya...'
Ia bertanya pada hatinya mengapa ia tetiba rindu akan partner dan teman-temannya padahal mereka baru bertemu satu jam yang lalu.
"Nanase-san... Bangunlah.."
"Siapa itu?!"
Lagi-lagi suara dari orang yang mirip dengan teman-temannya. Sebenarnya itu suara yang berasal dari mana?!
Riku berhenti mendadak lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah, ia yakin sekali ada yang memanggil namanya dan menyuruhnya untuk bangun.
"Riku.. kau baik-baik saja?"
"Tenn-nii.... Aku mendengar seseorang memanggil ku.."
Tenn memiringkan kepalanya, ia tak mengerti apa yang di maksud adiknya. Riku yang melihat kakaknya yang tak mengerti itu pun menjelaskan semuanya.
"A-ada yang memanggil ku Tenn-nii. Dia memanggilku dengan marga ku lalu menyuruh ku untuk bangun.. tapi bangun dari apa Tenn-nii? Aku tidak pingsan.. ataupun tertidur. Aku juga baik-baik saja"
Tenn tersenyum manis lalu ia menatap Riku.
"Sudah. Lupakan saja, ayo kita main. Kau bilang ingin masuk ke rumah hantu kan?"
Riku mengangguk. Ia berusaha membuang apa yang ia pikirkan-- berpositif thinking, mungkin saja itu hanyalah orang yang salah memanggilnya.
•
•
•
Matahari sudah mulai menghilang dari permukaan bumi, langit mulai berwarna jingga sedikit kemerahan. Sinaran senja menerpa mereka yang kini tengah duduk di sebuah wahana.
Saat ini mereka berdua berada di sebuah wahana yang menjadi ikon taman bermain tersebut, melihat pemandangan kota dari wahana tersebut memang menyenangkan.
Ini pertama kalinya ia menaiki sebuah Bianglala. Ia senang karena kakaknya menuruti permintaannya yang satu ini. Melihat kota Tokyo dari ketinggian memang membuat hatinya tenang, ia juga dapat melihat matahari terbenam dari atas sana.
"Kau suka Riku?"
"Suka! Sangat suka! Pemandangan dari sini terlihat menarik"
"Syukurlah kau menyukainya. Setelah ini kau kau kemana lagi?"
Riku menatap kakaknya, ia berpikir harus kemana lagi ia setelah ini.
"Pulang saja. Aku lelah, lagipun besok kita bisa jalan-jalan lagi dan lusa nanti kita pergi bersama yang lain!!"
"Baiklah. Terserah mu"
Keheningan melanda, Riku asik melihat pemandangan kota sementara Tenn hanya memperhatikan adiknya.
Riku terpesona dengan pemandangan kota yang indah, tak jarang ia bergumam 'indah'. Dia merasa senang dengan apa yang terjadi hari ini, di hari ulang tahunnya, akhirnya ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan sang kakak.
"Nanase Riku.. selamat ulangtahun"
"Hah?! Siapa itu?!!"
"Riku... Kau kenapa?"
Dia menatap kakaknya dengan takut, lagi-lagi suara yang entah dari mana memanggil namanya, kali ini namanya di sebut lengkap.
"Suara itu Tenn-nii. Ada yang memanggil ku, dia menyebut nama panjang ku dan mengucapkan selamat ulangtahun padaku.. siapa itu Tenn-nii? Siapa?!"
Riku merasa takut, sudah beberapa hari sejak dirinya mendengar panggilan itu di hari dimana mereka menghadiri sebuah talk show itu. Setelah itu suara-suara orang yang memanggilnya terus menerus terdengar.
Ada yang memanggilnya melalui marga ada juga yang menyebut nama panjang atau nama kecilnya. Tapi satu hal yang sama dari semua panggilan itu.
Mereka menyuruh Riku bangun dan kali ini adalah ucapan selamat.
Tapi.
Bangun dari apa?
"Ssh~ kau tenang saja. Mungkin itu hanya halusinasi mu. Jangan takut.."
Riku memeluk Tenn, membenamkan wajahnya di pundak kakaknya. Tangan sang kakak mengelus punggungnya, ia merasakan kehangatan yang tersalur dari tangan sang kakak.
Nyaman.
"Tenang lah"
Suara kakaknya yang seperti nyanyian pengantar tidur terdengar di telinga, membuat Riku merasa mengantuk.
Dan seolah elusan lembut itu seperti obat tidur, Riku mulai memejamkan matanya.
Pada akhirnya ia sudah masuk ke alam bawah sadarnya sendiri. Tertidur di pelukan kakaknya yang hangat, di sebuah wahana permainan dan di sore hari yang indah.
"Sebentar lagi ya.. Riku...."
Tenn mengelus punggung adiknya yang tertidur, mengecup pucuk kepala merah tersebut dan tersenyum manis.
"Sedikit lagi... Keinginan mu untuk bersama ku akan terwujud.."
•
•
•
"Riku..."
Ia bisa mendengar seseorang memanggil namanya.
"Riku"
Suara itu semakin dekat dan terdengar jelas.
Ia membuka matanya, menampilkan sepasang manik senja yang indah. Dirinya melihat ke sekeliling.
Ada dimana dirinya?
Ia terbaring di sebuah tempat antah berantah, kabut asap yang tipis menyelimuti sekeliling, membuat ia susah melihat. Dia menatap ke bawah. Ia duduk di sebuah lantai yang sangat bening bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya di lantai tersebut.
"Nanase Riku"
Suara itu kembali terdengar. Ia menoleh ke belakang, tak jauh dari tempat ia duduk terdapat sebuah siluet manusia berdiri menatapnya.
"Tenn-nii..."
Siluet manusia itu mendekat ke arahnya. Pemuda yang ia tahu dan ia sangat kenali, sosok yang ia sayangi. Kakaknya.
"Tenn-nii... Ini dimana?.."
Orang yang dia panggil Tenn-nii itu tidak menjawab pertanyaanya.
"Tenn-nii.. kenapa bisa disini?.."
"Kenapa kau takut Riku?"
"Kita dimana?.. dan kenapa bisa disini?"
"Kau tak perlu tahu hal itu Riku"
Mendengar jawaban kakaknya membuat Riku merasa was-was bahkan takut. Ia mundur satu langkah kebelakang.
"Riku.."
"Ka-kau bukan Tenn-nii ya? Tenn-nii dimana?!"
Tenn yang mendengar pertanyaan adik anehnya terkekeh pelan. Tenn memajukan diri, tangan rampingnya terulur untuk mengelus surai merah milik adiknya.
"Pertanyaan mu aneh-aneh saja. Aku kan ada disini, di hadapan mu. Kau tak percaya padaku?"
Riku mulai percaya. Ia tersenyum lalu mengangguk, membalas pertanyaan kakaknya.
"Tentu saja!"
"Fufu~ itu baru adikku"
Mereka tertawa, suara tawa keduanya terdengar jelas di tempat sepi nan hampa itu. Kemudian tawa itu berhenti.
Tenn menggenggam tangan adiknya, Riku heran dengan apa yang di lakukan sang kakak.
"Riku. Aku ingin mengatakan sesuatu"
"Apa itu?"
Tenn mengelus tangan adiknya. Sensasi dingin terasa menusuk kulitnya, rasa hangat yang sering ia rasakan sekarang tak lagi ada.
"Kau mau ikut dengan ku tidak?"
Riku memiringkan kepalanya. Ikut? Ikut kemana? Dan jika ia mau, kemana mereka akan pergi? terlebih sekarang kedua berada di tempat asing.
"Kemana?"
"Ke suatu tempat. Tempat dimana kita akan selalu bersama-sama dan tidak terpisahkan, tempat dimana tidak ada orang lain selain kita disana. Kau mau kan?"
Riku menimang-nimang permintaan kakaknya. Entah kenapa perasaannya mulai tidak enak namun hatinya mengatakan ia harus mengikuti kakaknya.
"Bagaimana? Kau mau?"
Riku dengan ragu-ragu mengangguk. Tenn tersenyum simpul, genggaman tangan Tenn semakin menghangat padahal tangan pemuda itu tadi terasa dingin.
Cahaya menusuk masuk ke Indra penglihatan, ia menatap ke arah cahaya yang bersinar terang tersebut lalu ia kembali menatap Tenn yang tersenyum ke arahnya.
"Ayo. Waktu mu sudah habis"
Tenn menarik tangannya, menyeret Riku ke cahaya tersebut. Tubuhnya seolah bergerak sendiri dan dia akhirnya pergi ke cahaya itu bersama kakaknya.
Cahaya itu menghilang bersama dengan keduanya yang sudah tidak ada lagi di tempat itu.
--------------------------------------
Gaku: makin ga ngerti gue sama cerita ini.
Tenn:.......
Ugh--semoga Readers ngerti sama yang terjadi atau kalian boleh tanya aku dan juga chap depan nanti mungkin akan menjelaskan semuanya apa yang terjadi.
Momo: sudah~ yuk vote yuk komen juga.
Yuki: kritik atau saran juga boleh dan kalo kalian bingung bisa tanya author kalo sama dia ga di jawab, bantai aja--
Heh! Nanti aku mati terus buku ku yang lain gimana?!
All: bagus dong kalo gitu.
........
All: Jaa Minna 👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top